Liputan6.com, Malang - Pegiat cagar budaya, seniman dan paguyuban MAS TRIP bersama-sama membersihkan serta memperbaiki Monumen Pahlawan TRIP. Aksi itu selang beberapa hari setelah salah satu tetenger peristiwa bersejarah di Kota Malang ini jadi sasaran aksi vandalisme.
Bagian bawah monumen dicoret dengan cat warna biru orang tak bertanggungjawab. Padahal pada 31 Juli 2022 nanti, tepat 75 tahun peristiwa pertempuran Jalan Salak. Peristiwa bersejarah di Kota Malang saat Agresi Militer Belanda I yang diabadikan lewat Monumen Pahlawan TRIP.
Advertisement
Koordinator Komunitas Satus Repes Tri Iwan Widhianto, mengatakan seluruh perbaikan Monumen Pahlawan TRIP dilakukan swadaya tanpa sepeser pun duit dari Pemkot Malang. Monumen itu sangat penting karena menjadi bagian dari sejarah di kota ini.
“Ini kolaborasi dan swadaya bersama, perbaikan setelah aksi vandalisme beberapa hari lalu. Kami berharap monumen ini dirawat dengan baik karena cagar budaya,” ujar Iwan.
Saat perbaikan ulang monumen itu, Ahcmad Asfali, seniman pembuat patung monumen itu turut hadir. Ia tampak memperbaiki sejumlah huruf pada prasasti di bawah monumen yang sudah hilang. Perbaikan ini adalah kali pertama dilakukan.
“Seingat saya ini pertama kali sejak monumen ini didirikan 16 tahun silam,” ujar Asfali.
Beberapa bagian yang dipugar ulang seperti warna patung yang mulai pudar, huruf relief sampai penyangga patung. Perbaikan dilakukan secara swadaya, tanpa ada bantuan sepeserpun bantuan biaya dari Pemerintah Kota Malang.
“Huruf kami buat lagi dan ditambal menggunakan semen, bagian patung dicat ulang seperti warna semula,” ucap Asfali.
Kisah Perjuangan Pahlawan TRIP
Monumen Pahlawan TRIP didirikan pada 31 Juli 2006 untuk mengenang gugurnya 35 anggota Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) dalam pertempuran di Jalan Salak melawan tentara kolonial saat Agresi Militer Belanda I pada 31 Juli 1947.
Saat Agresi Militer Belanda I, tentara republik membagi pertahanan Kota Malang menjadi tiga sektor. Yakni sektor timur (Rampal), tengah (Kayutangan) dan barat (Ijen Raya). Pada 30 Juli 1947, pasukan TRIP tetap bertahan di wilayah Ijen Raya dipimpin Komandan Susanto.
Keesokan harinya, tentara Belanda yang terlatih dan bersenjata lengkap termasuk membawa tank amphibi mengepung wilayah Ijen Raya. Pasukan TRIP dengan senjata sederhana berjuang habis-habisan melawan tentara kolonial tersebut.
Dalam pertempuran itu, 35 pasukan TRIP gugur, termasuk Komandan Batalyon Trip, Susanto. Sedangkan sekitar sembilan prajurit lainnya terluka dan ditawan pihak musuh. Para prajurit yang digugur itu dimakamkan dalam satu lobang di Taman Makam Pahlawan TRIP.
Letak makam tak jauh dari monumen. Nama Jalan Salak, lokasi pertempuran itu turut diganti dengan nama Jalan Pahlawan TRIP. Sedangkan monumen dibangun atas prakarsa Soejoso Tjokrodihardjo, seorang prajurit TRIP yang masih hidup. Monumen diresmikan pada 31 Juli 2006.
Advertisement