Liputan6.com, Jakarta - PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) mengumumkan kinerja perseroan sepanjang paruh pertama 2022. Perseroan meraih pertumbuhan penjualan tetapi laba bersih hingga semester I 2022.
Pada periode tersebut, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan penjualan 23,82 persen menjadi Rp 5,18 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 4,18 triliun. Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan turut naik menjadi Rp 3,93 triliun dari Rp 2,97 triliun pada semester I 2021.
Advertisement
Meski begitu, laba bruto perseroan mengalami kenaikan 3,45 persen menjadi Rp 1,26 triliun dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 1,21 triliun. Perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 666,06 miliar, beban umum dan administrasi Rp 274,23 miliar.
Kemudian bagian atas laba bersih entitas asosiasi sebesar Rp 4,05 miliar, penghasilan keuangan sebesar Rp 6,42 miliar. Lalu biaya keuangan Rp 74,83 miliar, penghasilan lainnya Rp 66,37 miliar. Serta beban lainnya Rp 18,4 miliar.
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi pajak, perseroan mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp 213,61 miliar, turun dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 232,46 milir. Sementara laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 180,82 miliar. Turun 10,48 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 201,99 miliar.
Dengan demikian, laba per saham dasar dan dilusi tercatat Rp 4,95 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,50.
Dari sisi aset sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 6,66 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 6,77 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 2,55 triliun dan aset tidak lancar Rp 4,1 triliun.
Liabilitas hingga Juni 2022 tercatat sebesar Rp 3,63 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 3,74 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 1,62 triliun dan sisanya Rp 2 triliun merupakan liabilitas jangka panjang. Sementara ekuitas Garudafood Putra Putri Jaya relatif sama menjadi Rp 3,032 per Juni 2022 dari Rp 3,030 per Desember 2021.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 29 Juli 2022, saham GOOD stagnan di posisi Rp 535 per saham. Saham GOOD dibuka naik lima poin ke posisi Rp 540 per saham.
Saham GOOD berada di level tertinggi Rp 540 dan terendah Rp 530 per saham. Total frekuensi perdagangan 419 kali dengan volume perdagangan 36.648 saham. nilai transaksi Rp 2 miliar.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengendali Garudafood Beli Saham KEJU Rp 42,23 Miliar
Sebelumnya, PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) mengungkapkan perubahan kepemilikan saham perseroan. Perseroan mengumumkan pembelian 37.500.000 lembar saham oleh PT Tudung Putra Putri Jaya.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/7/2022), transaksi berlangsung pada 8 Juli 2022 dengan harga pembelian Rp 1.126 per lembar saham.
Dengan demikian, total transaksi yakni Rp 42,23 miliar. Tujuan transaksi yakni untuk investasi dengan status kepemilikan langsung. Usai transaksi, PT Tudung Putra Putri Jaya kini genggam 112.500.000 lembar saham KEJU atau setara 7,5 persen, dari sebelumnya 75.000.000 lembar atau 5 persen dari total saham KEJU.
PT Tudung Putra Putri Jaya juga tercatat sebagai pemegang saham PT Garuda Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) dengan kepemilikan 16,54 persen atau setara 6.102.685.450 lembar saham GOOD.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 15 Juli 2022, sesi pertama, saham KEJU menguat 2,31 persen ke posisi Rp 1.330 per saham. Saham KEJU dibuka stagnan Rp 1.300 per saham. Saham KEJU berada di level tertinggi Rp 1.350 dan terendah Rp 1.300 per saham. Total frekuensi perdagangan 70 kali dengan volume perdagangan 1.093 saham. Nilai transaksi Rp 146,6 juta.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Belanja Modal
Pada kuartal I 2021, PT Mulia Boga Raya Tbk mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 39,86 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 36,71 triliun.
Raihan itu sejalan dengan pendapatan yang juga naik menjadi Rp 292,09 miliar dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 35,95 miliar. Ke depannya, perseroan menargetkan pertumbuhan double digit hingga akhir tahun.
Optimisme itu merujuk pada perkembangan ekonomi di tanah air seiring dengan pasar yang semakin kondusif sebagai dampak dari melandainya angka covid-19. Dengan demikian akan semakin mendorong masyarakat untuk kembali beraktivitas di luar dan mendorong meningkatnya konsumsi.
Untuk itu, Direktur Utama PT Mulia Boga Raya Tbk Bobby K Gandasaputra menerangkan belanja modal yang disiapkan perseroan sebesar Rp 60 miliar pada 2022. Naik 20 persen dibandingkan capex tahun lalu sebesar Rp 50 miliar.
"Anggaran capex perseroan tahun ini naik 20 persen dari 2021. Yakni sebesar Rp 60 miliar akan digunakan terutama untuk gudang baru di Cikarang dan berbagai mesin pabrik untuk mendorong pertumbuhan pendapatan di 2022,” ungkap Bobby.
Garudafood Kantongi Pinjaman Rp 1 Triliun dari BTPN
Sebelumnya, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank BTPN Tbk (BTPN) senilai Rp 1 triliun.
Merujuk keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), tujuan transaksi yakni untuk refinancing keseluruhan kredit sindikasi Garudafood Putra Putri Jaya yang telah ada. Selain itu, transaksi ditujukan untuk membiayai belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2021 dan 2022.
"Pada 6 Juni 2022, perseroan dan PT Bank BTPN Tbk telah menandatangani perjanjian fasilitas mengenai perolehan fasilitas kredit dari BTPN kepada perseroan,” ungkap Sekertaris Perusahaan Garudafood, I Made Astawa dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (8/6/2022).
Adapun jangka waktu fasilitas kredit tersbeut yakni 60 bulan terhitung sejak tanggal penandatanganan perjanjian pada 6 Juni 2022.
Pertimbangan dilakukannya transaksi ini lantaran perseroan mendapatkan alternatif pembiayaan yang lebih baik untuk menggantikan saldo pinjaman yang telah ada, dalam rangka terus mencari terobosan yang lebih baik, lebih efisien namun tetap menjaga kualitas untuk memaksimalkan nilai bagi pemegang saham.
Fasilitas kredit tersbeut tidak melanggar peraturan dan perjanjian-perjanjian dengan pihak ketiga dan tidak berdampak negatif terhadap kondisi keuangan perseroan. Lebih lanjut, perolehan fasilitas kredit ini kan menunjang secara langsung pengembangan usaha perseroan dari waktu ke waktu.`
Advertisement