Liputan6.com, San Fransisco - Kamis 28 Juli 2022 San Francisco mendeklarasikan keadaan darurat kesehatan masyarakat, sebagai respons terhadap monkeypox atau cacar monyet.
"Deklarasi darurat ini supaya masyarakat waspada dan untuk menegaskan bahwa kami sangat membutuhkan lebih banyak vaksin," kata Wali Kota San Francisco, London Breed, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (29/7/2022).
Advertisement
Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Xavier Becerra mengatakan pada hari Kamis bahwa Amerika memiliki kapasitas melakukan 60.000-80.000 tes untuk virus cacar monyet per minggu.
"Ketika wabah itu dimulai, Amerika hanya mampu melakukan 6.000 tes per minggu," ungkap Becerra kepada wartawan dalam pengarahan melalui telepon.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) pada hari Rabu mengatakan bahwa pihaknya berencana membuat penyakit cacar monyet yang menyebar dengan cepat menjadi kondisi yang dapat dilaporkan secara nasional.
Penetapan itu, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus, memperbarui kriteria untuk pelaporan data kasus oleh negara bagian ke badan tersebut dan akan memungkinkan badan tersebut memantau dan menanggapi cacar monyet bahkan setelah wabah saat ini surut, kata CDC.
Sampai Selasa, menurut CDC, lebih dari 3.500 kasus cacar monyet dilaporkan di Amerika.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
WHO: Lebih dari 18 Ribu Kasus Cacar Monyet Menyebar di Dunia, Mayoritas di Eropa
Ada lebih dari 18.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan secara global dari 78 negara, dengan mayoritas di Eropa, kata Organisasi Kesehatan Dunia pada Rabu (27 Juli).
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (28/7/2022), WHO menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan global pada hari Sabtu.
Sejauh ini, 98 persen kasus di luar negara-negara di Afrika di mana virus itu endemik telah dilaporkan pada pria yang berhubungan seks dengan pria, kata WHO.
Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak kelompok itu untuk mempertimbangkan mengurangi jumlah pasangan seksual baru dan menukar rincian kontak dengan pasangan baru.
"Ini adalah wabah yang dapat dihentikan ... Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengurangi risiko paparan," kata Tedros dalam konferensi pers dari Jenewa.
"Itu berarti membuat pilihan yang aman untuk diri sendiri dan orang lain."
Monkeypox sedang dalam proses penggantian nama, untuk menghindari nama itu "dipersenjatai" atau digunakan dengan cara rasis, kata direktur darurat WHO Mike Ryan.
Badan PBB merekomendasikan vaksinasi untuk kelompok berisiko tinggi, termasuk petugas kesehatan, dan pria yang berhubungan seks dengan pria dengan banyak pasangan seksual.
Ini memperingatkan bahwa perlu beberapa minggu setelah mendapatkan dosis kedua vaksin untuk sepenuhnya terlindungi, jadi orang harus mengambil tindakan pencegahan lain sampai saat itu.
Advertisement
Cacar Monyet Diduga Bisa Menular Lewat ASI, Ibu Disarankan Rehat Menyusui Saat Terinfeksi
Beragam informasi soal cacar monyet atau monkeypox kini semakin mencuat. Terutama sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit satu ini sebagai Darurat Kesehatan Global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).
Salah satu laporan yang ditemukan sejauh ini berkaitan dengan cara penularan cacar monyet, yang salah satunya ternyata bisa menular pada bayi lewat ASI. Lalu, benarkah demikian?
Dokter spesialis penyakit dalam, Robert Sinto mengungkapkan bahwa laporan dalam The New England Journal of Medicine menemukan cacar monyet ada pada cairan sperma. Namun hingga saat ini, belum dapat dipastikan bahwa virus cacar monyet tersebut hidup atau mati.
"Nah karena dia (sperma dan ASI) sama-sama pernah melewati aliran darah, maka secara hipotesis kita bisa menduga bahwa virus ini bisa ditransmisikan lewat air susu ibu," ujar Robert dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI ditulis Kamis, (28/7/2022).
Robert menjelaskan, itulah mengapa Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyarankan untuk ibu menyusui agar tidak memberikan ASI pada anak secara langsung ataupun ASI perah.
"CDC sampai sekarang ini menyarankan bahwa sampai kita bisa mendapatkan kejelasan apakah dia bisa menular dari ASI atau tidak, maka untuk ibu-ibu menyusui yang terinfeksi oleh monkeypox disarankan untuk tidak memberikan ASI," kata Robert.
"Tujuannya bukan hanya supaya tidak ada kontak erat. Tapi bahkan ASI perah yang dihasilkan pun tidak disarankan untuk tidak diberikan pada anak," tambahnya.
Indonesia Masuk dalam Klasifikasi 1 Cacar Monyet Berdasarkan Rekomendasi WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan cacar monyet atau monkeypox sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada Sabtu 23 Juli 2022.
Hal tersebut lantaran hingga saat ini, cacar monyet sudah terdeteksi pada 75 negara dengan 17.156 kasus yang tersebar. Berdasarkan rekomendasi, WHO menetapkan kasus cacar monyet dalam klasifikasi satu hingga empat.
Sebelumnya cacar monyet pertama kali terdeteksi pada tahun 1958. Bahkan pada 1970, cacar monyet sempat menjadi endemi di negara-negara Afrika Barat dan Afrika Tengah.
Melalui keterangan langsung sore ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril menyebutkan bahwa Indonesia berada pada Klasifikasi 1 cacar monyet.
"WHO mengelompokan negara berdasarkan rekomendasi. Ada yang disebut dengan Klasifikasi 1. Nah, Klasifikasi 1 ini adalah negara yang belum melaporkan kasus atau negara yang pernah melaporkan kasus namun tidak melaporkan lagi selama 21 hari," ujar Syahril dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bertema Perkembangan Kasus Cacar Monyet (Monkeypox) di Indonesia pada Rabu, (27/7/022).
"Indonesia saat ini masuk Klasifikasi 1 karena belum pernah melaporkan kasus monkeypox ini ke WHO," tambahnya.
Advertisement