Liputan6.com, Yogyakarta - Pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1444 H / Jawa 1 Sura Ehe 1955 masih digelar tanpa Lampah Mubeng Beteng atau mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta sembari tapa bisu atau tanpa berbicara sebagai sarana introspeksi diri.
Kanjeng Wijaya Pamungkas selaku perwakilan panitia penyelenggara mengatakan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta menyelenggarakan doa bersama dan pembacaan macapat dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Prosesi mubeng beteng menyambut pergantian tahun baru Jawa atau malam 1 Sura masih ditiadakan mengingat suasana pandemi yang belum kondusif. Sebagai gantinya diadakan prosesi doa bersama dan pembacaan macapat, seraya memohon kepada Yang Mahakuasa agar setahun ke depan berjalan lancar dan pandemi ini lekas usai,” ungkap KRT Wijaya Pamungkas.
Ia mengatakan acara doa bersama berlangsung di Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti, kompleks Pelataran Kamandungan Lor (area Keben) pada Jumat Legi malam Sabtu Pahing (29/07) mulai pukul 18.00 WIB. Diawali dengan lantunan Kidung Pandonga atau tembang macapat, yang dipimpin oleh KMT Projosuwasono.
Baca Juga
Advertisement
"Akan ada utusan Dalem yang hadir untuk membuka acara. Terakhir, agenda ditutup dengan doa awal tahun secara bersama-sama yang dipimpin oleh Kanca Kaji," katanya.
Selain informasi Mubeng Beteng, terkait peringatan tahun baru Islam ini Keraton Yogyakarta memberitahukan jika Museum Pagelaran dan Kedhaton Keraton Yogyakarta pada 1-3 Agustus 2022, akan tutup sementara bagi wisatawan. Hal ini bertepatan dengan agenda Siraman Pusaka yang biasa digelar saat bulan Sura.
Siraman atau jamasan pusaka di kompleks Kedhaton tertutup untuk umum. Sedangkan Jamasan Kereta Kencana dapat disaksikan oleh masyarakat dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Nantinya akan ada dua kereta kencana yang dijamas, yakni Kanjeng Nyai Jimat sebagai kereta utama dan Kiai Manik Retno sebagai kereta pendherek (kereta pengiring).