Liputan6.com, Jakarta - PT Martina Berto Tbk (MBTO) anggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 10 miliar pada 2022. Sebagian besar belanja modal tersebut akan digunakan untuk manufakturing.
Direktur Utama PT Martina Berto Tbk, Bryan David Emil mengatakan, realisasi belanja modal Martina Berto mencapai Rp 1 miliar hingga semester I 2022.
Advertisement
"Mengenai capex kita itu kurang lebih di semester I 2022 menghabiskan lebih dari Rp 1 miliar dengan budget kurang lebih sampai 10 miliar,” kata Bryan dalam paparan publik MBTO, Jumat, 29 Juli 2022.
Dia menuturkan, belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk manufakturing. Karena, hal itu menopang pasokan dari Martina Berto.
"Untuk apa? Capex kita terutama akan besar dalam manufakturing, sebab sangat penting terutama untuk menopang supply chain kita,” ujarnya.
Bryan menyampaikan strategi perseroan pada 2022, antara lain adaptif terhadap perilaku konsumen, rejuvinasi, investasi media digital dan meningkatkan penjualan online, distribusi yang lebih merata, forecast accuracy, inovasi produk baru, serta perbaikan laba.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Absen Bagi Dividen
Sebelumnya, PT Martina Berto Tbk (MBTO) absen membagikan dividen untuk tahun buku 2021. Hal tersebut dikarenakan MBTO masih mengalami kerugian.
Direktur Utama Martina Berto, Bryan David Emil mengatakan, MBTO tidak membagikan dividen karena perusahaan masih rugi pada 2021.
"Yang pasti dengan rugi kita tidak membagikan dividen,” kata Bryan dalam paparan publik MBTO, Jumat, 29 Juli 2022.
Keputusan tersebut telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) MBTO yang diselenggarakan pada Jumat, 29 Juli 2022.
Sementara itu, pada kuartal I 2022, MBTO mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan sekaligus menekan rugi yaitu mencetak pertumbuhan penjualan sebesar 47,71 persen secara secara tahunan menjadi Rp 74 miliar.
Sedangkan, kontribusi terbesar berasal dari segmen kosmetik yang menyumbang penjualan paling besar, tumbuh 73,51 persen secara tahunan menjadi Rp 51,21 miliar. Segmen jamu naik 71,24 persen secara tahunan menjadi Rp 595,23 miliar, lain-lain bertumbuh 25,58 persen ke Rp 35,52 miliar.
Kenaikan penjualan ini juga seiring dengan meningkatnya beban pokok penjualan perseroan yang naik 20,64 persen menjadi Rp 43,17 miliar pada kuartal I 2022. Pada periode yang sama di tahun lalu beban pokok penjualan MBTO sebesar Rp 35,78 miliar.
Selain itu, penyusutan beban juga terjadi pada beban penjualan dan pemasaran yang turun 18,03 persen yoy menjadi Rp 16,48 miliar. Beban umum dan administrasi juga turun dari Rp 19,13 miliar menjadi Rp 16,78 miliar.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Optimistis Raih Target Penjualan 2022
Sebelumnya, PT Martina Berto Tbk (MBTO) optimistis raih target penjualan bersih hingga akhir 2022. Perseroan menargetkan penjualan bersih pada 2022 mencapai Rp 416 miliar.
PT Martina Berto Tbk yakin capai target penjualan seiring anak usaha perseroan Cedefindo mendapatkan kontrak Rp 97 miliar. Selain itu, kontribusi penjualan dari online juga akan mendukung kinerja Martina Berto.
"Seberapa optimis? Cukup optimis di 2022 satu di PT Martina Berto Tbk sendiri dan bagaimana kita memanage TPSMTG dan mengelola Martha Tilaar Shop dan mengelola online shop dan marketplace dan juga tentunya performance Cedefindo mendapatkan kontrak Rp 97 miliar itu tambahan,” kata Direktur Utama Martina Berto, Bryan David Emil dalam paparan publik MBTO, Jumat (29/7/2022).
Ia menambahkan, secara umum prospek kinerja dapat membaik pada 2022 seiring perbaikan dari penjualan dan laba sebelum pajak.
Bahkan, manajemen Martina Berto akan terus berupaya meningkatkan kualitas dan image brand antara lain Sariayu Martha Tilaar, Biokos, dan Rudy Hadisuwarno Cosmetics, rejuvinasi pada desain kemasan, inovasi, dan reformulasi produk, investasi pada media digital dan meningkatkan penjualan online, perbaikan di bagian manufaktur, rantai pasok, purchasing, hingga konsolidasi akuntansi keuangan.
Selain itu, perseroan juga mempertajam strategi untuk pemasaran dan multi distributor yakni dengan Tiga Raksa, dan Penta Valent, serta yang terbaru dengan Dos Ni Roha (DNR). MBTO juga berusaha memperkuat penjualan melalui PT Tara Parama Semesta (TPS) yang mengelola gerai Martha Tilaar Shop (MTS) dan penjualan online, serta unit usaha PT Cedefindo (anak perusahaan MBTO) yang bergerak di bidang contract manufacturing.
MTS merupakan gerai yang menargetkan pasar kelas menengah atas dengan varian produk Perseroan yang lebih banyak dibanding gerai-gerai independen sekaligus berfungsi sebagai customer experience centre bagi para konsumen. Hingga saat ini Perseroan memiliki 9 gerai MTS dan 4 shop in shop.
Target 2022
Sementara PT Cedefindo merupakan perusahaan toll manufacturing dengan mekanisme resource sharing yang memproduksi kurang lebih 80 persen peredaran indie brand di pasar Indonesia. Tak hanya indie brand, beberapa perusahaan nasional dan multinasional. juga mempercayakan produksi produk-produknya kepada PT Cedefindo.
Berpengalaman sejak 1981, PT Cedefindo terus mempertahankan dan meningkatkan existing client maupun klien baru baik lokal ataupun multinasional.
Dengan strategi-strategi tersebut, MBTO merencanakan untuk mencapai target penjualan bersih 2022 sebesar Rp 416 miliar yaitu bertumbuh sebesar 97,15 persen dibanding 2021 dengan antara lain melakukan efisiensi di COGS dari 68,33 persen pada 2021 menjadi 63,23 persen pada 2022.
Kemudian biaya pemasaran dan penjualan dari 38,21 persen di 2021 menjadi 22,78 persen pada 2022, sehingga Earning Before Interest Depreciation (EBITDA) dari minus Rp 66 miliar pada 2021 menjadi positif Rp 28 miliar pada 2022.
Selanjutnya operating profit Rp 7 miliar pada 2022 dari minus Rp 99 miliar pada 2021, sementara profit after tax dari minus Rp148 miliar pada 2021 menjadi minus Rp15,353 miliar pada 2022 sehingga hampir semua rasio keuangan 2022 jauh membaik dibandingkan 2021.
Advertisement