Bandara Pertama di Dunia yang Batasi Penerbangan demi Lawan Krisis Iklim

Kebijakan membatasi penerbangan demi melawan krisis iklim ini akan mulai berlaku tahun depan di bandara tersibuk ke-3 di Eropa, Bandara Schiphol Amsterdam.

oleh Asnida Riani diperbarui 31 Jul 2022, 18:01 WIB
Sebuah pesawat menunggu lepas landas setelah alarm pembajakan pesawat lain berbunyi di Bandara Schiphol, Amsterdam, Rabu (6/11/2019). Bandara tersebut memberlakukan peringatan keamanan karena peringatan pembajakan pesawat secara tidak sengaja menyala. (Giorgio Bonfiglio/@g_bonfiglio via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Narasi perjalanan udara sangat buruk bagi lingkungan sudah sejak lama terdengar. Pesawat bertanggung jawab atas dua persen dari semua emisi karbon dioksida yang dihasilkan manusia, meningkat jadi 12 persen dari emisi transportasi, melansir Time Out, Sabtu, 30 Juli 2022.

Demi mengatasinya, inovasi yang banyak digembar-gemborkan, seperti bahan bakar pesawat berkelanjutan, gagal lepas landas, sementara waktu hampir habis untuk membatasi dampak emisi tersebut terhadap iklim. Alternatif lainnya yang bisa dilakukan adalah mengurangi secara drastis jumlah penerbangan.

Itulah sebabnya keputusan baru-baru ini dari bandara Schiphol Amsterdam dinilai sangat berani. Schiphol adalah bandara pertama di dunia yang mengatakan akan secara permanen membatasi jumlah penerbangan demi memerangi krisis iklim.

Mulai tahun 2023, bandara utama Amsterdam itu akan mengurangi hingga maksimal 440 ribu penerbangan per tahun, yang sekitar 12 persen lebih sedikit dari puncaknya pada 2019. Kebijakan ini penting bukan hanya karena Schiphol adalah bandara pertama yang mengurangi jumlah penerbangan\, tapi juga karena merupakan pusat penerbangan yang sangat penting.

Di belakang London Heathrow dan Paris Charles de Gaulle, Schiphol adalah bandara tersibuk ketiga di Eropa. Menurut sebuah laporan dari pemerintah Belanda, manfaat dari pengurangan penerbangan akan jauh lebih luas daripada hanya membantu memperlambat perubahan iklim.

Karena tingkat kebisingan yang lebih rendah dan emisi lebih sedikit, skema ini diharapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat dan satwa liar yang tinggal di dekat bandara. Aspek lain terkait Schiphol, seperti banyak bandara di seluruh dunia, telah mengalami antrean, penundaan, dan pembatalan penerbangan selama beberapa bulan terakhir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menempatkan Lingkungan di Atas Keuntungan

Bandara Schiphol Amsterdam. (AFP)

Dengan menurunkan jumlah penerbangan, bandara ini juga mengurangi risiko terjerat lagi jumlah penumpang yang tinggi. Bagaimanapun, dengan menempatkan lingkungan di atas keuntungan, Bandara Schiphol berpotensi menunjukkan bagaimana industri penerbangan dapat bertindak memperlambat pemanasan global dan menahan laju krisis iklim.

Senada dengan itu, jaringan kereta api modern, super cepat, dan nyaman yang meluncur di antara setiap kota besar di Uni Eropa siap memberikan alternatif perjalanan yang andal, nyaman, dan berkelanjutan, daripada naik pesawat terbang. Setidaknya itulah visi yang digariskan para pemimpin industri kereta api di Lyon, Prancis, pada 29 Juni 2022.

Gagasan ini disuarakan di tengah rencana ambisius Eropa menggandakan penggunaan kereta api berkecepatan tinggi pada 2030 dan tiga kali lipat tingkat saat ini pada 2050, mengutip CNN. Tidak seperti banyak bagian dunia, Eropa sudah memiliki ribuan kilometer kereta api berkecepatan tinggi khusus.

TGV Prancis yang terkenal di dunia, ICE Jerman, dan AVE Spanyol telah mengubah perjalanan kereta api selama 40 tahun terakhir, tapi sebagian besar tetap berfokus pada pasar domestik. Mencatat hambatan-hambatan sebelumnya, badan organisasi Eropa telah berkomitmen untuk studi baru yang menyoroti banyak manfaat dari jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang diperluas.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kisah Sukses

Ilustrasi kereta api (pexels)

Ini termasuk Komisi Eropa, Komunitas Kereta Api Eropa, Industri Pasokan Kereta Api Eropa, dan ALLRAIL, yang mewakili perkeretaapian non-milik negara. Yang terpenting, kelompok tersebut akan menyelidiki bagaimana membayar puluhan ribu kilometer jalur baru dan bagaimana transformasi radikal jaringan kereta api di benua itu dapat membantu UE mencapai tujuan "Kesepakatan Hijau" untuk netralitas karbon pada 2050.

Beberapa dari ekspansi itu akan datang pada rute baru yang direncanakan atau sedang dibangun, tapi lebih banyak lagi akan dibutuhkan untuk memfasilitasi visi para pemimpin Eropa. Alberto Mazzola, direktur eksekutif Komunitas Kereta Api Eropa, mengatakan bahwa kelompok itu menginginkan sebuah "rencana induk" yang memberi manfaat sosial-ekonomi dari "penghubung berkecepatan tinggi" antara kota-kota besar di benua itu.

Mazzola berkata, "Sementara banyak (rute kereta api) yang telah dicapai sejauh ini, Paris-Lyon, Milan-Roma, Barcelona-Madrid, dan Berlin-Munich adalah kisah sukses untuk (layanan) kereta api, lebih banyak lagi yang dibutuhkan jika tujuan ambisius dari Kesepakatan Hijau Eropa dan Smart and Strategi Mobilitas Berkelanjutan harus dipenuhi."


Perdagangan Emisi Karbon

Ilustrasi stasiun kereta di Jepang. (dok. unsplash/Carina Sze)

Mazzola menyambung, "perdagangan emisi karbon" dapat jadi alat utama dalam mendanai investasi besar-besaran yang diperlukan untuk menyelesaikan jaringan kereta api berkecepatan tinggi di seluruh Eropa. "Total emisi CO2 UE adalah sekitar 3,8 miliar ton setiap tahun, yang mana transportasi menyumbang lebih dari satu miliar ton dari itu," katanya.

"Tapi, jika kita mengurangi tunjangan karbon saat ini untuk sektor penerbangan dan jalan, pendapatan tambahan dapat digunakan mendanai perbaikan transportasi umum, ia menambahkan. Emisi karbon berlebih dari pesawat, truk, dan mobil saat ini dikenai biaya 50 euro per ton di UE, tapi ini bisa segera naik jadi 80 euro per ton.

Jika hanya 10 persen dari pendapatan itu diinvestasikan kembali dalam transportasi, itu bisa menambahkan sekitar 8 miliar euro per tahun untuk peningkatan jaringan kereta api. "Saya merasa bahwa ada keinginan positif yang nyata untuk berinvestasi dalam pergeseran modal sekarang, tapi kita harus bergerak cepat," Mazzola menegaskan.

Teknologi seperti sinyal digital, pengoperasian kereta otomatis, data besar, dan peningkatan tiket akan sangat penting untuk meningkatkan perjalanan kereta api dan menarik jutaan penumpang baru. Prioritas utama untuk Community of European Railways adalah pembuatan platform tiket independen pada 2025.

Fitur ini akan menyatukan semua tarif dan jadwal yang tersedia di seluruh Eropa. Pada 2030, informasi ini dapat diintegrasikan dengan moda transportasi lain, menawarkan informasi dan tarif door-to-door pada wisatawan untuk perjalanan mereka, baik dengan kereta api, bus, sepeda, trem, atau kombinasi beberapa di antaranya.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya