Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyambut terbuka gagasan pemindahan ajang Citayam Fashion Week (CFW) ke Sarinah.
Selama ini, Erick Thohir mengaku tidak pernah membuat pernyataan apa pun mengenai CFW.
Advertisement
Karena menurut Erick, fenomena tersebut merupakan murni gerakan dan aksi kreatif anak-anak muda sehingga mereka lah yang mempunyai hak dalam menentukan arah kreativitas tersebut ke depan.
"Saya masih pelajari dulu, saya tidak pernah bikin pernyataan mengenai CFW, ketika Wagub atau siapa pun menyebut Sarinah menjadi alternatif CFW saya sih terbuka saja," ujar Erick di Jakarta, Sabtu (30/7).
Namun, Erick ingin pemindahan CFW ke Sarinah murni untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi anak-anak muda berkreasi. Erick tak ingin niat baik anak-anak muda justru dicampuradukan dengan hal-hal yang di luar tujuan mereka.
"Selama untuk kebaikan, selama jangan dipolitisir. Kasihan kreativitas anak-anak muda, kita harus hargai," ucap Erick.
Erick menyebut ajang CFW merupakan langkah inovasi anak muda untuk tampil dalam kegiatan yang positif. Hal ini jauh lebih baik mengingat banyak anak muda yang tengah mengalami persoalan terhadap aktivitas negatif hingga terjebak narkoba dan kejahatan jalanan.
"Selama mereka bisa berkreativitas yang positif, kenapa tidak kita jaga. Namanya anak muda, saya juga punya anak, kadang-kadang anak saya bandel, ya kita sebagai orang tua mesti mengingatkan, tapi tidak bisa anak kita bandel, kita hukum sampai dia tidak bisa berkreativitas, jadi saya terbuka saja selama tidak dipolitisir," kata Erick menambahkan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hype Citayam Fashion Week Pudar, Harapan Berlebih yang Timbulkan Kekecewaan
Hingar bingar dan hype dari Citayam Fashion Week tampaknya akan segera berakhir. Begitu lah prediksi Konsultan Pemasaran Yuswohady. Hal tersebut sudah mulai terlihat. Kegaduhan yang ditimbulkan pemuda dan pemudi dari pinggiran Jakarta di kawasan Sudirman Jakarta ini perlahan memudar.
Managing Partner Inventure ini menjelaskan fenomena ini menggunakan Gartner's Hype Cycle, dimana nama besar Citayam Fashion Week muncul karena adanya ide baru atau inovasi (innovation trigger). Itu kemudian turut menciptakan harapan berlebihan (inflated expectation) di masyarakat.
"Namun harapan ini tak terwujud sehingga menimbulkan kekecewaan (trough of disillusionment) hingga akhirnya hype itu pudar dan akhirnya menguap," kata Yuswohady mengomentari soal Citayam Fashion Week di akun Instagram @yuswohady, dikutip Sabtu (30/7/2022).
Menggunakan model tersebut, penulis lebih dari 40 buku ini lantas memprediksi hype Citayam Fashion Week (CFW) tak akan bertahan lama karena adanya tiga indikator.
Pertama, tak lagi otentik. Yuswo menilai, otensitas CFW terletak pada kekuatan cerita tentang kebebasan mode jalanan (street fashion) yang digerakan oleh subkultur power dari anak-anak grassroot pinggiran kota Jakarta.
Terlebih setelah banyak golongan papan atas seperti Baim Wong dan kolega, yang berambisi mengakuisisi Citayam Fashion Week dengan mendaftarkannya ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
"Dengan adanya hype CFW, nilai-nilai otentisitas ini kian memudar dan melenceng. Apalagi setelah terjadi invasi kaum kaya yang mengkomodifikasi CFW. Pudarnya otentisitas ini membuat CFW tak lagi punya akar yang kuat. Rohnya hilang," keluhnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Publikasi Berlebihan
Kedua, publikasi berlebihan yang juga menimbulkan publisitas buruk. Yuswo mengutarakan, dengan adanya over publicity tersebut, segala sisi cerita soal Citayam Fashion Week telah terkuak.
Semua cerita sudah tergali, sehingga kini Citayam Fashion Week sudah telanjang bukan dan tak punya efek takut ketinggalan tren (FOMO effect) dan cool effect lagi.
"Lebih celaka lagi, karena isu tentang CFW kini melebar ke mana-mana dan keluar dr CORE AUTHENTICITY-nya. Mulai daru isu klaim HAKI, pelanggaran lalu-lintas, kriminalitas, hingga LGBT," urainya.
Kehilangan Inovasi
Terakhir, Yuswo menganggap para pelaku budaya Citayam Fashion Week telah kehilangan inovasi. Dalam hal ini, Bonge cs disebutnya terkena jebakan menjadi selebriti. Sehingga lebih sibuk melayani foto para fans ketimbang berinovasi menciptakan gata-gaya street fashion baru yang memperkokoh core authenticity CFW.
"Harajuku di Jepang bisa bertahan 1-2 dekade karena ditopang inovasi gaya fesyen terus-menerus yang menghasilkan beragam gaya (Lolita, Ko-gyaru, Cosplay, Decora) yang memicu tren mode di Jepang, bahkan dunia," tuturnya.
"Dengan adanya hype sebulan ini, inovasi di CFW mati, layu sebelum berkembang," tutup Yuswo Hady.
Advertisement