Telinga Berdenging Ternyata Bisa Disebabkan Gangguan Otot dan Sendi

Telinga berdenging atau tinnitus bisa mengganggu aktivitas harian. Bukan hanya akibat suara bising, telinga berdenging juga bisa disebabkan kejang otot di telinga bagian dalam.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Agu 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi gangguan pendengaran. Foto (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Telinga berdenging atau tinnitus bisa mengganggu aktivitas harian. Bukan hanya akibat suara bising, tinnitus juga bisa disebabkan kejang otot di telinga bagian dalam.

Otot-otot di telinga bagian dalam bisa tegang (kejang), yang bisa mengakibatkan tinnitus, gangguan pendengaran, dan rasa penuh di telinga.

Ini kadang-kadang terjadi tanpa alasan yang dapat dijelaskan, tetapi juga dapat disebabkan oleh penyakit neurologis, termasuk multiple sclerosis.

Kondisi lain yang bisa membuat telinga berdenging adalah gangguan sendi temporomandibular (TMJ). TMJ adalah sendi yang ada di setiap sisi kepala di depan telinga, di mana tulang rahang bawah bertemu dengan tengkorak, jika sendi ini mengalami gangguan maka dapat menyebabkan tinnitus.

Neuroma akustik atau tumor kepala dan leher lainnya berkaitan pula dengan telinga berdenging. Neuroma akustik adalah tumor non-kanker (jinak) yang berkembang pada saraf kranial yang berjalan dari otak ke telinga bagian dalam dan mengontrol keseimbangan dan pendengaran. Tumor kepala, leher, atau otak lainnya juga dapat menyebabkan telinga berdenging.

Bahkan, tinnitus juga bisa disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Kondisi yang memengaruhi pembuluh darah — seperti aterosklerosis, tekanan darah tinggi, atau pembuluh darah yang tertekuk atau abnormal — dapat menyebabkan darah mengalir melalui pembuluh darah dan arteri dengan lebih kuat.

“Perubahan aliran darah ini dapat menyebabkan denging di telinga atau membuat tinnitus lebih parah,” mengutip Mayoclinic, Senin (1/8/2022).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penyebab Pasti Belum Ditemukan

Penyebab-Gejala-Pengobatan-Penyakit-Gangguan-Pendengaran

Sejumlah kondisi kesehatan dapat menyebabkan atau memperburuk tinnitus. Dalam banyak kasus, penyebab pastinya tidak pernah ditemukan.

Sedangkan, pada banyak orang, tinnitus salah satunya bisa disebabkan oleh kehilangan pendengaran.

Ada sel rambut kecil dan halus di telinga bagian dalam (koklea) yang bergerak saat telinga menerima gelombang suara. Gerakan ini memicu sinyal listrik di sepanjang saraf dari telinga ke otak (saraf pendengaran). Otak menafsirkan sinyal-sinyal ini sebagai suara.

Rambut di dalam telinga bagian dalam bisa bengkok atau patah. Biasanya terjadi bertambahnya usia atau ketika secara teratur terpapar suara keras.

Jika rambut itu bengkok atau patah mereka dapat membocorkan impuls listrik acak ke otak dan menyebabkan telinga berdenging.

Penyebab lain yang sering terjadi adalah infeksi telinga atau penyumbatan saluran telinga. Saluran telinga bisa tersumbat oleh penumpukan cairan (infeksi telinga), kotoran telinga, kotoran atau benda asing lainnya. Penyumbatan dapat mengubah tekanan di telinga dan menyebabkan tinnitus.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penyebab Lainnya

ilustrasi gangguan pendengaran. Photo by Jessica Flavia on Unsplash

Cedera kepala atau leher juga bisa berkontribusi pada terjadinya tinnitus. Trauma kepala atau leher dapat memengaruhi telinga bagian dalam, saraf pendengaran, atau fungsi otak yang terkait dengan pendengaran. Cedera seperti itu biasanya menyebabkan tinnitus hanya pada satu telinga.

Di sisi lain, sejumlah obat dapat menyebabkan atau memperburuk tinnitus. Umumnya, semakin tinggi dosis obat-obatan ini, semakin buruk tinnitusnya. Seringkali suara yang tidak diinginkan menghilang ketika berhenti menggunakan obat ini.

Obat-obatan yang diketahui menyebabkan tinnitus termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan antibiotik tertentu, obat kanker, pil air (diuretik), obat antimalaria dan antidepresan.

Penyebab tinnitus yang kurang umum termasuk masalah telinga lainnya, kondisi kesehatan kronis, dan cedera atau kondisi yang memengaruhi saraf di telinga atau pusat pendengaran di otak.

Tinnitus juga bisa menjadi indikator awal penyakit Meniere, gangguan telinga bagian dalam yang dapat disebabkan oleh tekanan cairan telinga bagian dalam yang tidak normal.


Disfungsi Tuba Eustachius

Dua jenis pereda rasa sakit dan nyeri, ibuprofen dan acetaminophen mengancam fungsi pendengaran manusia.

Ada pula disfungsi tuba eustachius. Dalam kondisi ini, tabung di telinga yang menghubungkan telinga tengah ke tenggorokan bagian atas tetap melebar sepanjang waktu, yang bisa membuat telinga terasa penuh.

Perubahan tulang telinga juga disebut sebagai penyebab telinga berdenging yang kurang umum. Kekakuan tulang di telinga tengah (otosklerosis) dapat memengaruhi pendengaran dan menyebabkan tinnitus. Kondisi ini, yang disebabkan oleh pertumbuhan tulang yang tidak normal, dan cenderung diturunkan dalam keluarga.

“Kondisi termasuk diabetes, masalah tiroid, migrain, anemia, dan gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis dan lupus semuanya juga dikaitkan dengan tinnitus.”

Dalam kasus yang jarang terjadi, telinga berdenging dapat terjadi sebagai denyut berirama atau suara mendesing, seringkali bersamaan dengan detak jantung. Ini disebut tinnitus pulsatil.

“Jika Anda memiliki tinnitus berdenyut, dokter Anda mungkin dapat mendengar tinnitus Anda saat melakukan pemeriksaan (tinnitus objektif).”

Bagi sebagian orang, telinga berdenging tidak terlalu mengganggu. Namun, bagi sebagian lainnya, tinnitus dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Jika memiliki tinnitus yang mengganggu, disarankan untuk periksa ke dokter.

Konsultasi ke dokter sangat diperlukan jika mengalami tinnitus setelah infeksi saluran pernapasan atas, seperti pilek, dan tinnitus tidak membaik dalam waktu seminggu.

Pertemuan dengan dokter menjadi sangat penting jika tinnitus menyebabkan gangguan pendengaran atau pusing serta menyebabkan kecemasan atau depresi.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya