Sido Muncul Raup Laba Rp 445,6 Miliar pada Semester I 2022

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) cetak penurunan kinerja pendapatan dan laba sepanjang semester I 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Agu 2022, 15:13 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sidomuncul mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I 2022.

Pada periode tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar.

Raihan itu sejalan dengan penjualan Sidomuncul yang turun 2,58 persen menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2022, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,65 triliun.

Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin (1/8/2022), turunnya pendapatan utamanya disebabkan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.

Sementara dua segmen lainnya tercatat mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.

Saat penjualan turun, beban pokok penjualan justru naik 4,54 persen menjadi Rp 757,61 miliar. Sehingga laba bruto turun 8,13 persen menjadi RP 845,49 miliar. Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 195,25 miliar, beban umum dan administrasi Rp 119,87 miliar, dan beban lain-lain Rp 11 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 19,25 miliar.

Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan penghasilan keuangan sebesar Rp 14,76 miliar dan biaya keuangan Rp 474 juta.

Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mampu mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 445,6 miliar. Turun 11,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 502 miliar.

Dari sisi aset Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul sampai dengan peruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 3,57 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 4,07 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 1,77 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,81 triliun.

Liabilitas juga mengalami penurunan menjadi Rp 337,18 miliar dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 597,79 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 284,34 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 52,85 miliar. Sementara ekuitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 3,24 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 3,47 triliun.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Jurus Sido Muncul Hadapi Tekanan Rupiah

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat melemah dan tembus 15.015 turut pengaruhi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup 14.999 pada perdagangan Jumat, 15 Juli 2022. Selama sepekan, rupiah melemah tipis 0,12 persen ke posisi 14.999 pada 15 Juli 2022 dari posisi 8 Juli 2022 sebesar 14.981 per dolar AS, demikian mengutip data Bank Indonesia (BI).

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menyatakan, rupiah melemah berdampak terhadap kenaikan harga bahan baku terutama bahan baku yang berkaitan dengan dolar Amerika Serikat dan juga bahan kemasan yang kenaikan harga pokok penjualan.

Melihat hal itu,  Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, David Hidayat menuturkan, kenaikan harga jual harus dilakukan meski secara bertahap. Selain rupiah, inflasi juga turut berdampak terhadap kinerja perseroan.

"Inflasi ini menurunkan daya beli masyarakat, mereka memiliki preferensi konsumsi. Kebetulan setelah pandemi masyarakat juga telah memiliki kesadaran terhadap kesehatan, jadi mereka masih membeli produk kesehatan meskipun tidak sebanyak sebelumnya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (17/7/2022).

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Selanjutnya

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

David menilai, dampak inflasi ini memang harus diantisipasi dan mencari terobosan baru untuk mempertahankan kinerja keuangan perseroan. David pun berharap kinerja keuangan semester I 2022 masih cukup bagus meski tidak dapat dibandingkan dengan lonjakan permintaan akibat COVID-19 pada Juni 2021.

Seiring rupiah melemah terhadap dolar AS itu, David menuturkan, perseroan menggenjot penjualan ekspor yang telah menjadi pilar pertumbuhan Sido Muncul. "Selain itu, efisiensi terutama di operasi terus kami lakukan,” ujar dia.

Terkait realisasi belanja modal, David mengatakan, masih sesuai jalur. Hingga Juni 2022, belanja modal masih belum melewati 50 persen dari jumlah yang dianggarkan. Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk siapkan belanja modal Rp 210 miliar pada 2022.


Kinerja Kuartal I 2022

Pabrik Sido Muncul (Foto: Arthur Gideon/Liputan6.com).

Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatat pertumbuhan penjualan dan laba bersih sepanjang kuartal I 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (23/4/2022), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk membukukan penjualan Rp 880,49 miliar pada kuartal I 2022. Penjualan itu tumbuh 10,97 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 793,41 miliar.

Beban pokok penjualan tercatat Rp 398,67 miliar selama tiga bulan pertama 2022, atau tumbuh 15,39 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 345,47 miliar. Dengan demikian, laba bruto naik 7,56 persen menjadi Rp 481,82 miliar pada kuartal I 2022 dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 447,93 miliar.

Perseroan mencatat beban penjualan dan pemasaran turun menjadi Rp 82,61 miliar pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 87,71 miliar. Beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 45,06 miliar hingga kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 42.58 miliar. Beban lain-lain naik menjadi Rp 1,85 miliar selama kuartal I 2022 dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 234 juta.

Perseroan mencatat laba usaha naik 10,56 persen menjadi Rp 367,11 miliar selama kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 332,04 miliar.

 


Kinerja Laba

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Dengan demikian, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 295,03 miliar hingga kuartal I 2022.

Laba tersebut tumbuh 9,66 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 269,04 miliar. Perseroan mencatat laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 9,83 pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 90,4.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk mencatat ekuitas Rp 3,08 triliun pada kuartal I 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 3,4 triliun. Total liabilitas tercatat Rp 1,19 triliun pada kuartal I 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 597,7 miliar.

Total aset tercatat Rp 4,28 triliun pada kuartal I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 4,06 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 1,25 triliun pada 31 Maret 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 1,08 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya