Liputan6.com, Teheran - Penjaga perbatasan Iran bentrok dengan Taliban Afghanistan, kata laporan media Iran. Insiden tersebut adalah pertikaian lintas batas terbaru sejak bekas kelompok pemberontak itu merebut kekuasaan di Afghanistan pada tahun lalu.
Kantor berita resmi IRNA mengutip Meisam Barazandeh, gubernur Hirmand di wilayah Iran utara mengatakan bahwa insiden pada Minggu (31/7) itu sedang dalam penyelidikan. Ia tidak merincikan lebih lanjut mengenai bentrokan atau laporan mengenai jatuhnya korban jiwa.
Baca Juga
Advertisement
Belum ada komentar dari pihak Taliban, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (2/8/2022).
Kantor berita semi resmi, Tasnim, yang dekat dengan Garda Revolusioner Iran, mengatakan Taliban melepaskan tembakan ke beberapa rumah di sebelah timur, di area Shoqalak, di seberang perbatasan dari provinsi Nimruz, Afghanistan.
Laporan itu juga mengatakan pasukan Taliban berusaha menaikkan bendera Taliban di sebuah wilayah yang bukan bagian dari wilayah Afghanistan.
Tasnim mengatakan setelah bentrokan itu, suasana berangsur tenang.
Kejadian Serupa
Sebuah video pendek yang beredar di media sosial Iran pada hari Minggu konon menunjukkan pasukan Iran menembakkan peluru dari belakang sebuah truk di daerah perbatasan.
Beberapa insiden serupa telah terjadi sejak pengambilalihan bersenjata oleh Taliban atas Afghanistan pada Agustus 2021.
Insiden pertama yang dipublikasikan, yang tidak menimbulkan korban, terjadi pada bulan Desember dan disebut sebagai "kesalahpahaman" oleh otoritas kedua negara.
Iran belum secara resmi mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan, mempertahankan bahwa pengakuannya akan bergantung pada pembentukan pemerintahan "inklusif".
Keduanya juga berselisih mengenai hak air Iran dari sungai Helmand, yang belum diberikan Taliban meskipun mengakui hak tersebut.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Janji Taliban
Pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Haibatullah Akhundzada, menegaskan bahwa tanah Afghanistan tidak akan dipakai untuk mengancam negara lain. Ia pun meminta agar komunitas internasional tidak mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan.
Taliban berkata mengikuti persetujuan yang mereka buat dengan Amerika Serikat di 2020 sebelum mengambil kekuasaan, yakni mereka janji akan melawan teroris. Afghanistan terus berjanji bahwa negaranya tidak akan menjadi basis untuk melancarkan serangan ke negara-negara lain.
"Kami memastikan ke tetangga-tetangga kami, kawasan, dan dunia bahwa kita tidak akan mengizinkan siapapun menggunakan kawasan kita untuk mengancam keamanan ngara lain. Kami juga ingin negara-negara lain tidak ikut campur masalah-masalah dalam negeri kami," ujar Akhundzada dalam pidato sebelum Hari Raya Idul Adha.
Sebelumnya, pemerintah Taliban dijatuhkan koalisi AS pada 2001 karena menampung Osama bin Laden. Taliban kembali merebut kekuasaan pada 2020 pada kudeta yang berlangsung cepat. Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyelamatkan diri ke Uni Emirat Arab.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pemimpin Taliban
Sosok Akhundzada yang reklusif menjadi pemimpin spiritual Taliban sejak pendahulunya, Mullah Akhtar Mansour, terbunuh oleh serangan drone AS pada 2016.
Usai berkuasa, Akhundzada mendapat dukungan dari Ayman Al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaeda.
Namun, ia kini berkata berkomitmen ingin memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat.
"Di dalam kerangka interaksi dan komitmen bersama, kami ingin relasi diplomatik, ekonomi, dan politik yang baik dengan dunia, termsuk Amerika Serikat, dan kami menganggap ini kepentingan semua pihak," ujar Akhundzada.