Menakar Prospek Saham HMSP Usai Rilis Laporan Keuangan

Bagaimana strategi saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) setelah rilis kinerja keuangan semester I 2022?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Agu 2022, 08:18 WIB
House of Sampoerna (Foto: Dok PT HM Sampoerna Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terpantau merosot sepanjang paruh pertama tahun ini. Pada perdagangan Senin 1 Agustus 2022, saham HMSP ditutup turun 10 poin atau 1,08 persen ke posisi 920. HMSP bergerak pada rentang 915—930.

Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), HM Sampoerna telah turun 60 poin atau 6,12 persen. Kinerja saham perseroan nyaris sejalan dengan kinerja fundamental perusahaan.

Sepanjang semester I 2022, perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,05 triliun. Turun 26,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,13 triliun. Menariknya, penurunan laba iru terjadi di tengah penjualan yang tumbuh 12,34 persen menjadi Rp 53,51 triliun dari Rp 47,63 triliun pada semester I 2021.

Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan naik menjadi Rp 45,53 triliun dari Rp 38,8 triliun pada semester I 2021. Sehingga perseroan memperoleh laba kotor sebesar Rp 7,98 triliun, turun dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 8,84 triliun.

Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai, tingginya beban pokok penjualan utamanya disebabkan oleh beban cukai.

Dia menjelaskan, pemerintah menaikkan cukai untuk produk tembakau rata-rata sebesar 12 persen mulai 1 Januari 2022 melalui PMK Nomor 192 Tahun 2021. Sehingga beberapa jenis rokok mengalami kenaikan harga cukup signifikan.

"Pasar sepertinya mengurangi semangat investasi ke sektor rokok untuk mengantisipasi cukai. Dan sayangnya, diperburuk oleh pandemi, sehingga pelemahan berlanjut di 2020 dan dikonfirmasi oleh kebijakan cukai di 2022,” kata Wahyu kepada Liputan6.com, Selasa (2/8/2022).

Di sisi lain, Wahyu mencermati gerak saham HMSP memang kurang menarik dibandingkan kompetitornya. Sebagai gambaran, sejak stock split pada Juni 2016, saham HMSP terpantau pada tren turun. Kendati sempat mencapai rekor kenaikan tertinggi pada Januari 2018 yakni ke level Rp 5.500, tetapi setelah itu, HMSP kembali anjlok.

“Memang sebelum stock split harga saham HMSP berada di level Rp 97.000. Dengan harga yang terbilang premium ini, manajemen bermaksud untuk melakukan stock split agar saham mudah dikoleksi oleh investor publik. Namun yang terjadi seperti itu,” imbuh Wahyu.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Strategi Saham HMSP

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sepanjang tahun ini, HMSP juga terpantau mengalami rebound pada kuartal II, seiring dengan ekspektasi pasar terhadap pemulihan ekonomi di tengah pandemi yang berangsur membaik.

Sayangnya hal itu tak berlangsung lama. HMSP kembali terjun bebas pada Juni 2022 seiring dengan sentimen resesi global. Bahkan tren penurunan berlanjut sampai saat ini.

“Strategi buy on weakness bisa relevan. Memang kecenderungan time frame-nya masih mengancam jika jangka pendek. Jadi jika masuk masuk, investor harus siap dengan strategi jangka menengah atau panjang untuk hold,” kata Wahyu.

Dia menambahkan, untuk target terdekat di level 1.000, dengan resistance di 1.100, 1.170, dan 1.195.

Dalam pantauannya, posisi strong medium term resistance pada level 1.970, jika tembus dan bertahan di atasnya, maka akan mengubah bearish trend jadi netral. Sementara strongest medium term resistance pada posisi 2.440, jika tembus dan bertahan di atasnya, maka memicu bullish.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kinerja Semester I 2022

Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022.Pada periode itu, HM Sampoerna berhasil mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,05 triliun.

Laba tersebut turun 26,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,13 triliun.

Sepanjang paruh pertama tahun ini, PT HM Sampoerna Tbk mencatatkan penjualan yang tumbuh 12,34 persen menjadi Rp 53,51 triliun dari Rp 47,63 triliun pada semester I 2021.

Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan naik menjadi Rp 45,53 triliun dari Rp 38,8 triliun pada semester I 2021. Sehingga perseroan memperoleh laba kotor sebesar Rp 7,98 triliun, turun dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 8,84 triliun.

Perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 3,06 triliun, beban umum dan administrasi RP 1,11 triliun, biaya keuangan Rp 22,86 miliar, dan beban lain-lain Rp 50,95 miliar. 

 


Aset Perseroan

Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada saat bersamaan, penghasilan keuangan tercatat sebesar Rp 173,79 miliar, bagian atas hasil bersih entitas asosiasi Rp 1,19 miliar, dan penghasilan lain-lain Rp 71,27 miliar. Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 3,05 triliun. Turun dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 4,13 triliun.

Dari sisi aset perseroan hingga Juni 2022 tercatat sebesar Rp 42,5 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 53,1 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 30,67 triliun dan aset tidak lancar Rp 11,83 triliun.

Liabilitas perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 17,67 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 23,9 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 15,6 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 2,07 triliun.

Sementara ekuitas sampai akhir Juni 2022 tercatat turun menjadi Rp 24,83 triliun dibandingkan posisi akhir Desember sebesar Rp 53,1 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya