Ni Made Arianti Ungkap Peran dan Jasa Pendamping Usai Raih Emas ASEAN Paragames 2022

Bagi Ni Made Arianti peran pendampingnya Bayu Aji Laksono sangat besar saat meraih emas ASEAN Paragames Solo 2022

oleh AY Yustiawan diperbarui 02 Agu 2022, 08:56 WIB
Atlet Ni Made Arianti bersama pendampingnya Bayu Aji Laksono usai meraih emas nomor 100 meter putri T12 ASEAN Paragames Solo 2022/istimewa

Liputan6.com, Jakarta Kontingen Indonesia pada hari kedua gelaran pertandingan ASEAN Paragames Solo 2022 berhasil menambah kepingan medali emas melalui cabang olahraga Para-atletik. Salah satunya diraih atlet Ni Made Arianti yang turun di nomor 100 meter putri T12 (kerusakan pengeliatan).

Arianti sukses meraih emas setelah menjadi yang tercepat dalam lomba itu, dengan catatan waktu 13,7 detik pada perlombaan ASEAN Paragames Solo 2022 di Stadion Manahan, Senin kemarin 1 Agustus 2022.

Usai meraih medali tertinggi di ajang, Arianti tak bisa menutup kebahagiannya. Perasaan senang tidak bisa disembunyikan usai menginjakan garis finis.

Arianti berlonjak gembira dan langsung memeluk pemandunya. Keduanya langsung menyematkan Bendera Merah Putih dipunggungnya untuk difoto media. Senyum lebar tidak lepas dari wajah Arianti.

Dengan nafas yang masih terenggah-enggah, Arianti mengaku bahagia. Meski, sebelum bertanding dirinya sempat gelisah dan tidak dalam kondisi terbaik karena punggung kaki kirinya sempat sobek saat pralomba.

"Sebenarnya deg-degan saat akan tampil. Karena saya tidak dalam kondisi terbaik, kaki belum fit dan ini kali pertama lari di kelas ini pakai guide dan ternyata bisa," ujar Arianti bahagia.


Ikatan Kuat

Atlet Ni Made Arianti bersama pendampingnya Bayu Aji Laksono usai meraih emas nomor 100 meter putri T12 ASEAN Paragames Solo 2022/istimewa

Arianti juga mengungkap kunci keberhasilnnya meraih medali emas. Dia menyebut pencapaian ini berkat ikatan yang kuat bersama pendampingnya Bayu Aji Laksono.

Bagi Arianti, peran Bayu untuknya sangat besar. Karena saat turun di kelas berbeda tanpa pendamping, dia mengaku belum bisa mencatatkan hasil maksimal. Sementara bersama pendamping, justru bisa menghasilkan emas.

"Saya sama mas Bayu kebetulan memiliki kebiasaan yang sama. Jadi di luar lapangan bisa asik komunikasinya. Apalagi dia memberikan perhatian yang bagus, jadi kalau butuh apa-apa selalu dibantu dan dia juga membantu saya dalam latihan teknik. Dia membimbing saya. Seperti saat kaki saya sakit, dia menyemangati saya bahwa mereka pasti bisa," ungkap Arianti.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kategori Baru

Pelari Indonesia, Ni Made Arianti, melakukan selebrasi usai finis di posisi ke dua di nomor lari 100M T13 pada Asian Para Games di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10/2018). Indonesia meraih memborong tiga mendali. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bagi Arianti, nomor T12 ini merupakan kategori baru. Sebelumnya dia turun di klasifikasi berbeda. Karena turun di kelas ini, Arianti yang memiliki kerusakan penglihatan mendapat pendamping Bayu.

Dua bulan dia mempersiapkan diri bersama Bayu untuk bisa mendapat hasil maksimal di nomor ini. Berlatih di kelas baru memang tidak mudah, untuk itu, Bayu berinisiatif untuk lebih memperhatikan Arianti selama dua bulan mereka berlatih pagi dan sore.

Karena diperhatikan, maka Arianti pun mau menurut apa yang dikatakan Bayu sebagai pemandunya. Terutama dalam hal teknis berlari, hingga mereka pun bisa mendapatkan ikatan yang kuat pada saat perlombaan.


Termotivasi

Pelari Indonesia, Putri Aulia, Ni Made Arianti, Endang Sari Sitorus, melakukan selebrasi usai menjuarai lari 100M T13 pada Asian Para Games di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10/2018). Indonesia meraih memborong tiga mendali. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Mendapatkan emas di nomor 100 meter, Arianti pun semakin termotivasi untuk bisa meraih hasil maksimal di dua nomor lainnya yang akan diikuti, yakni 200 meter dan 400 meter T12. Meskipun, di nomor-nomor menengah kelasnya akan digabung dengan kelas T13 sehingga persaingan akan lebih ketat.

"Karena digabung nanti kelasnya, bisa dengan kelasnya Putri Aulia (T13) atau dengan kelas lainnya dengan klasifikasi serupa. Karena ini bukan spesialis kelasnya, dan secara persaingan lawan juga lebih berat," kata Bayu menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya