Moratelindo Pasang Harga IPO Rp 396 per Saham

Moratelindo akan menawarkan 2,52 miliar saham ke publik atau 10,68 persen dari total saham dicatatkan dalam rangka IPO.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Agu 2022, 13:53 WIB
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Mora Telematika Indonesia Tbk atau disebut Moratelindo menetapkan harga perdana Rp 396 per saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Harga perdana yang ditetapkan itu merupakan batas atas dari kisaran harga yang ditawarkan Rp 368-Rp 396 per saham.

Mengutip laman e-ipo.co.id, ditulis Selasa (2/8/2022), Moratelindo akan menawarkan 2,52 miliar saham ke publik atau 10,68 persen dari total saham dicatatkan. Dengan demikian, perseroan akan raup dana Rp 1 triliun dari IPO.

Setelah menggelar book building atau masa penawaran awal, perseroan akan gelar penawaran umum mulai 2 Agustus 2022-4 Agustus 2022. Kemudian penjatahan dilakukan pada 4 Agustus 2022. Selanjutnya distribusi saham pada 5 Agustus 2022. Pencatatan saham di BEI pada 8 Agustus 2022.

Sebelumnya, perseroan akan memakai dana IPO sekitar 85 persen untuk kebutuhan investasi termasuk namun tidak terbatas pada ekspansi jaringan, termasuk backbone, lastmile, capacity upgrades, infrastruktur pasif. Selanjutnya sekitar 15 persen akan digunakan untuk modal kerja dan kegiatan umum perseroan.

Perseroan juga menggelar program alokasi saham kepada karyawan atau employee stock allocation (ESA) sebanyak-banyaknya 0,25 persen saham dari saham yang ditawarkan melaluo IPO. Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 6.526.200 saham.

Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO dan ESA antara lain PT Gema Lintas Benua sebesar 30,07 persen, PT Candrakarya Multikreasi sebesar 40,68 persen, PT Smart Telecom sebesar 18,25 persen, masyarakat sebesar 10,97 persen dan ESA 0,03 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perkuat Kapasitas Data Center

Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Mora Telematika Indonesia Tbk akan melepas 2,61 miliar saham ke publik dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Langkah IPO ini sebagai upaya perseroan memperkuat permodalan.

Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia Tbk atau Moratelindo, Galumbang Menak menuturkan, perseroan selama ini mengandalkan pinjaman, sukuk ijarah, obligasi untuk pendanaan. Seiring ketidakpastian global, perseroan pun menyiapkan strategi untuk perkuat permodalan. Modal ini akan digunakan untuk ekspansi perseroan ke depan.

"Bukan hanya kita, seluruh dunia paling menonjol turbulensi ketidakpastian. Hadapi ketidakpastian tentu kami lakukan imunitas terhadap perubahan, perkuat struktur permodalan tak hanya pinjaman. IPO perkiraan Rp 1 triliun sehingga modal perusahaan naik jadi Rp 1 triliun," ujar dia saat konferensi pers virtual, Selasa (12/7/2022).

Ia menambahkan, perseroan pun tetap menjaga rasio meski akan memiliki modal Rp 1 triliun yang digunakan untuk investasi. Galumbang menuturkan, pihaknya akan investasi untuk perluas coverage yaitu backbone, perluas akses ke rumah dan gedung, ducting, dan meningkatkan kapasitas data center.

"Kami memiliki enam data center, kapasitas 70 persen, segera kami upgrade perbesar kapasitas," kata dia.

Sementara itu, Direktur PT Mora Telematika Indonesia Tbk Jimmy Kadir menuturkan, perseroan siapkan capital expenditure atau capex Rp 1,4 triliun untuk pengembangan backbone, akses, penambahan kapasitas, ducting, data center dan perluas jaringan ke rumah.

"Strategi target dua tahun ini pendanaan dari aksi korporasi equity, punya rasio fasilitas dari bank. Serta strategi bisnis tanpa mengesampingkan backbone perseroan, (sasar-red) ritel," kata dia.

 

 

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Tanggapan Penjamin Emisi

Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam pelaksanaan IPO ini, perseroan telah menunjuk PT BNI Sekuritas dan PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Direktur PT Sucor Sekuritas, Yansen Poaler menuturkan, pihaknya optimistis terhadap IPO Moratelindo yang didukung sejumlah faktor antara lain fundamental, pertumbuhan pasar, populasi masyarakat kelas menengah dan adaptasi teknologi yang dipercepat lantaran pandemi COVID-19.

"Revolusi gaya hidup digital dipercepat dari COVID-19 merupakan faktor positif untuk investor pertimbangkan bisnis sangat baik seperti Moratelindo. Moratelindo perusahaan swasta, dengan pencapaian sebagai penyedia jasa infrastruktur dan cukup besar, saya rasa kita bisa melihat prospek IPO ini menjanjikan," kata dia.

Moratelindo mencatat pendapatan Rp 4,18 triliun pada 202, naik 11 persen jika dibandingkan kinerja 2020 sebesar Rp 3,76 triliun. Sementara itu, laba tahun berjalan perseroan tercatat Rp 671 miliar pada 2021, atau turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 679 miliar.

Dari sisi aset, perseroan membukukan total aset Rp 14,56 triliun dari posisi 2020 sebesar Rp 13,39 triliun. Liabilitas mencapai Rp 10,01 triliun pada 2021 atau sedikit turun dari liabilitas 2020 sebesar Rp 10,18 triliun.


36 Perusahaan Jalani Proses IPO, Dominan Sektor Konsumer Nonsiklikal

Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat masih ada 36 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI hingga kini. Dari 36 perusahaan itu, sektor saham nonsiklikal yang mendominasi.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga 27 Juli 2022, terdapat 29 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI.  Di samping itu, terdapat 55 perusahaan yang telah mencatatkan 73 emisi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan masih ada 19 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan EBUS.

“Hingga saat ini, terdapat 36 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata dia, ditulis Jumat, 29 Juli 2022.

Adapun rincian sektornya sebagai berikut:

-2 perusahaan dari sektor basic materials

-8 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-9 perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-2 perusahaan dari sektor energi

-2 perusahaan dari sektor healthcare

-3 perusahaan dari sektor industri

-2 perusahaan dari sektor infrastruktur

-2 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-2 perusahaan dari sektor teknologi

-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya