Jurus BTPN Tambah Saham di Publik

PT Bank BTPN Tbk (BTPN) sedang proses saham treasuri ke publik.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Agu 2022, 21:33 WIB
BTPN.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) menyatakan berupaya menambah saham ke publik. Salah satunya dengan melepas saham treasuri ke publik.

"Mengenai rencana penambahan saham, BTPN dimiliki publik 7,5 persen, saat ini juga kami sedang melakukan pelepasan saham ke publik mungkin volume transaksi belum banyak di Bursa,” kata Direktur Kepatuhan Bank BTPN, Dini Herdini dalam konferensi pers BTPN, Selasa (2/8/2022).

Dia menuturkan, terkait pelepasan saham treasuri tersebut tidak terlalu banyak."Namun kami sekarang ini sedang melakukan pelepasan atas saham treasury stock kepada publik, jadi memang on going meski volume tidak terlalu besar," ujar dia.

Sebelumnya, BTPN akan menjual saham hasil pembelian kembali (buyback) atau saham treasuri di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengutip keterbukaan informasi ke BEI, ditulis Minggu, 29 Mei 2022, PT Bank BTPN Tbk akan mengalihkan saham buyback sebanyak-banyaknya 92.462.798 saham. Penjualan saham buyback tersebut dimulai 10 Juni 2022-23 Mei 2023. Bank BTPN telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas untuk menjalankan rencana pengalihan/penjualan saham buyback tersebut.

Sebelumnya sesuai keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank BTPN Tbk pada 22 April 2021, perseroan melakukan pengalihan sebagian saham buyback sebanyak 2.633.202 saham sebagai bagian dari remunerasi yang bersifat variabel untuk para material risk taker yang telah secara lengkap dilakukan pada 31 Agustus 2021.

Dengan demikian masih terdapat  92.565.698 saham buyback. Proses pengalihan sisa saham buyback dengan cara dialihkan atau dijual melalui BEI telah dimulai sejak 14 Oktober 2021.

Berdasarkan data RTI, pemegang saham BTPN per 31 Mei 2022 antara lain Sumitomo Mitsui Banking Corporation sebesar 92,43 persen, masyarakat 5,27 persen, PT Bank Central Asia Tbk sebesar 1,02 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,15 persen dan saham treasuri sebesar 1,13 persen

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Belum Berencana Tambah Modal

Ilustrasi Jenius (Dok. Jenius BTPN)

Tak hanya itu, Dini juga menyebutkan BTPN belum ada rencana untuk menambahkan modal. "Mengenai rencana penambahan modal, jadi memang untuk mengantisipasi resesi ini banyak cara untuk melakukan dan mengantisipasi,” ujar dia.

Di tengah antisipasi resesi, BTPN tidak melakukan penambahan modal karena permodalannya masih terbilang lebih aman.

“Saat ini kondisi BTPN, permodalan masih lebih aman, walaupun tidak mengurangi kemungkinan penambahan modal. Namun, pada saat ini belum ada rencana untukmenambahkan modal,” ungkapnya.Meskipun demikian, BTPN juga mengungkapkan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penambahan modal ke depan.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kinerja Semester I 2022

Nasabah duduk di bawah layar layanan digital Banking BTPN bernama Jenius di Jakarta, Jumat (26/1). Nasabah di Indonesia kini lebih membutuhkan layanan digital yang disediakan perbankan sejalan dengan mobilitas yang makin tinggi (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatatkan kinerja yang solid pada semester I 2022, antara lain karena upaya terus menerus dari berbagai pihak untuk memulihkan perekonomian.

Pencapaian ini sejalan dengan laporan Indonesia Economic Prospect yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada Juni 2022. Laporan tersebut menyebutkan sejak pertumbuhan ekonomi perlahan berpindah sejak akhir 2021 dari ekspor dan konsumsi pemerintah ke konsumsi dan investasi swasta.

BTPN melaporkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan. Seperti yang dilaporkan Bank Indonesia, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 9,03 persen secara tahunan per Mei 2022.

Permintaan kredit bertumbuh sesuai dengan momentum pertumbuhan yang optimis, hal ini terlihat dari segmen korporasi meningkat sebesar 22 persen secara tahunan dan adanya peningkatan pada kredit syariah sebesar 11 persen secara tahunan, sehingga total kredit yang disalurkan BTPN per akhir Juni 2022 meningkat 10 persen secara tahunan ke posisi Rp149,26 triliun.

Tak hanya itu, BTPN juga mencatatkan peningkatan aset 11 persen secara tahunan, dari Rp175,93 triliun menjadi Rp195,47 triliun pada kuartal II 2022.

“Bank BTPN berhasil menunjukkan kinerja baik sepanjang semester I tahun ini. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi kami yang senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit sekaligus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional,” kata Plt Direktur Utama Bank BTPN, Kaoru Furuya, dalam keterangan resminya, Selasa (2/8/2022).

Bahkan, BTPN mampu menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross Non-Performing Loan (NPL) yang berada di level 1,35 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 1,46 persen dan masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,04 persen pada akhir Mei 2022.

 


DPK dan Laba

Nasabah mengamati layanan digital Banking BTPN bernama Jenius di Jakarta, Jumat (26/1). Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, perbankan semakin gencar mengembangkan layanan berbasis digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, BTPN mengoptimalkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui penyesuaian dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas bank, sehingga DPK BTPN tercatat meningkat sebesar 7 persen secara tahunan dari Rp96,64 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp103,17 triliun pada akhir Juni 2022.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya saldo Current Account Saving Account (CASA) sebesar 38 persen secara tahunan dari Rp28,28 triliun menjadi Rp38,93 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 29,3 persen menjadi 37,7 persen, sementara time deposit mengalami penurunan sebesar 6 persen secara tahunan menjadi Rp64,24 triliun.

Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih rendah, cost of fund (Rupiah) turun dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.

Laba bersih setelah pajak BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk per akhir kuartal II 2022 tercatat Rp1,67 triliun, naik 2 persen secara tahunan dari Rp1,64 triliun.

Hal ini disebabkan oleh penurunan beban bunga sebesar 9 persen secara tahunan serta peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 5 persen secara tahunan, meskipun biaya operasional sedikit meningkat sebesar 2 persen secara tahunan dari Rp3,44 triliun ke Rp3,50 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya