Jakarta Akan Punya 25 Alat Pemantauan Kualitas Udara

Humas Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Yogi Ikhwan mengatakan pihaknya akan menambah Stasiun Pemantauan Kualitas Udara. Sebab kata dia, idealnya di Jakarta memiliki 25 titik pemantauan kualitas udara.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Agu 2022, 10:31 WIB
Pemadangan saat polusi menyelimuti langit Monumen Nasional (Monas) dan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (20/6/2022). Berdasarkan data IQAir indeks kualitas udara Jakarta berada pada angka 193-196 Air Quality Index (AQI) US. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Humas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Yogi Ikhwan mengatakan pihaknya akan menambah Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU). Sebab kata dia, idealnya di DKI Jakarta memiliki 25 titik pemantauan kualitas udara.

Adapun, DKI Jakarta saat ini sudah memiliki lima SPKU yang terletak, di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Kelapa Gading, Jagakarsa, Lubang Buaya dan Kebon Jeruk.

"Nah ke depannya itu berdasarkan kajian dari Prof Puji dari ITB itu Pakar Pencemaran Udara, idealnya ada di Jakarta itu ada 25 titik SPKU untuk mengcover perluasan Jakarta. Kita memang punya rencana untuk melengkapi tadi, dari 5 menjadi 25," kata Humas DLH DKI, Yogi Ikhwan kepada wartawan, Rabu (3/8/2022).

"Kemarin sih sudah kita bicarakan masalah penganggaran, segala macamnya. Tapi baru proses awalnya ya, jadi belum ketemuan angkanya, belum ketahuan. Tapi kita punya komitmen memang menambah SPKU kita itu di Jakarta dari lima menjadi 25 tadi," sambungnya.

Namun demikian, Yogi belum membeberkan secara rinci ada di mana saja lokasi yang bakal dipasangkan SPKU tersebut. Akan tetapi, alat itu nantinya tidak akan dipasang disembarang tempat.

"Nanti itu kita hitung (di mana saja), Prof Puji itu sudah punya hitungannya, lokasinya dimana-mana saja kira-kira. Jadi itu bisa mewakili luasan Jakarta, semua tutorial di Jakarta ini bisa tercover pemantuan kuliatas udara, jadi enggak asal maen taruh aja," ujarnya.

Yogi menjelaskan, tidak ada tolak ukur dalam menaruh SPKU tambahan. Namun, alat itu nantinya akan mewakili sekitaran lokasi yang mempunyai jarak hingga mencapai 10 kilometer.

"(Tolak ukur pemasangan) Enggak, itu sebaran saja. Jadi dia mewakili seluruh teritorial saja, tadi kan disebut 1 alat itu bisa menjangkau sampai 5-10 kilometer ya, nanti kita akan membagi-bagi seluruh itu. Jadi seluruh Jakarta itu tercover pemantauan kualitas udaranya," jelasnya.

Selain itu, untuk anggaran dalam pengadaan SPKU itu masih belum diketahui. Karena memang itu hanya baru perencanaan awal saja.

"(Anggaran) belum sampai ke sana sih, baru perencanaan awal saja untuk anggaran 2023. Coba temen-temen searching aja berapa sekarang harganya, misal fix statiun air cuality meter gitu di search di google itu ada harganya, memang dollar itu, kita impor soalnya, impor dari Eropa ya dari Swiss, dari beberapa negara," sebutnya.

Lalu, terkait dengan tiga SPKU Mobile. Nantinya tidak akan lagi berkeliling, hal ini akan dilakukan setelah SPKU tambahan sudah terpasang.

"Jadi tiga saja, bahkan kita punya rencana mobile itu kita jadiin fix saja. Karena kan kalau fix sudah tercover semua, kita enggak usah geser-geser lagi. Seluruh Jakarta berarti kan sudah ternaungi gitu kan," ungkapnya.


Respons Anies Soal Kualitas Udara Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merespons soal data dari situs AQ Index yang menyebut kualitas udara DKI menjadi yang terburuk di dunia pada Rabu, 15 Juni 2022.

Menurut Anies, buruknya kualitas udara di Jakarta perlu dibahas secara khusus. Dia menilai buruknya kualitas udara di DKI Jakarta tidak terlepas dari aktivitas pencemaran yang berasal dari wilayah-wilayah lain di luar Jakarta.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengacu pada pantauan mobilitas warga di Jakarta. Dia menyebut beberapa minggu pada weekend sebelumnya, tidak ada aktivitas kendaraan yang tinggi di Jakarta, tapi kualitas udara tetap buruk.

"Kita menemukan beberapa weekend sebelumnya juga ada kondisi di mana tingkat polusi tinggi, sementara kegiatan mobilitas sedang rendah," kata Anies di Jakarta Internasional Stadium (JIS), Minggu, 10 Juli 2022.

"Ini menggambarkan bahwa kondisi udara di sebuah wilayah tidak terlepas dari wilayah-wilayah yang lain karena udara angin tidak memiliki KTP yang hanya tinggal di tempat tertentu," lanjut Anies.

Anies mengatakan karena adanya pergerakan yang besar itu, dia mengajak semua pihak untuk ambil tanggung jawab mengatasi buruknya kualitas udara.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, lanjut dia, akan mengambil langkah mencabut izin perusahaan apabila terbukti melakukan pencemaran udara.

"Ada pergerakan yang begitu luas. Sehingga saya berharap justru kita semua ambil tanggung jawab. Kami di Jakarta, misalnya, ketika ada sebuah perusahaan yang mengotori udara, kami ambil langkah mencabut izin lingkungan hidupnya," jelas Anies.

Anies juga mengimbau seluruh perusahaan baik di dan luar Jakarta yang mengakibatkan polusi hingga ke Jakarta untuk ditindak secara tegas.

"Jadi termasuk cerobong-cerobong pembangkit listrik. Pastikan bahwa tidak menghasilkan polusi udara yang mengotori dan sehingga berdampak kepada kita semua, penduduk di Jakarta dan sekitarnya," kata dia.


Beralih ke Transportasi Umum

Bus Transjakarta antre saat melintasi Shelter Harmoni, Jakarta (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengajak masyarakat ikut serta membantu menjaga kualitas udara agar lebih bersih dan sehat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan masyarakat dapat berperan serta menjaga kualitas udara ibu kota. Salah satunya dengan meminimalisasi penggunaan kendaraan pribadi.

"Kami juga terus berupaya memindahkan penggunaan sarana kendaraan pribadi ke transportasi publik," kata Asep Kuswanto di Jakarta, Minggu 5 Juni 2022.

Asep menambahkan saat ini Pemprov DKI Jakarta juga tengah membangun moda transportasi terintegrasi untuk memudahkan masyarakat dalam beraktivitas.

Beberapa contoh di antaranya pengintegrasian rute MRT Jakarta, TransJakarta, hingga LRT Jakarta yang terhubung dengan angkutan umum lainnya, seperti kereta rel listrik (KRL).

"Di Jakarta juga sedang kami galakkan dan kami harapkan masyarakat untuk melakukan uji emisi kendaraan," ujar Asep.

Tak hanya itu, Pemprov DKI juga gencar membangun taman sebagai ruang terbuka hijau untuk menghasilkan udara Jakarta yang lebih baik, salah satunya seperti Tebet Eco Park.

Lebih lanjut, dia menuturkan dengan kolaborasi dari seluruh pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat diharapkan dapat membuat kualitas udara Jakarta lebih baik.

"Kita berharap ke depannya baik Pemprov DKI, para kolaborator dan masyarakat dapat sama-sama bekerja sama meningkatkan udara bersih di Jakarta," tutur Asep.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka.com

Infografis Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Sedunia. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya