Satgas: Penularan Virus PMK Berhasil Terkendali dalam 3 Minggu Terakhir

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Wiku Adisasmito menyebut Indonesia berhasil mengendalikan penularan virus PMK dalam tiga minggu terakhir.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 03 Agu 2022, 10:16 WIB
Proses vaksinasi di Banyuwangi. (Foto/istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Wiku Adisasmito menyebut Indonesia berhasil mengendalikan penularan virus PMK dalam tiga minggu terakhir. Dia mengatakan kasus PMK terindentifikasi pada 22 dari 34 provinsi di Indonesia per 1 Agustus 2022.

"Hal ini menyiratkan bahwa dalam 3 minggu terakhir Indonesia berhasil mengendalikan penularan virus PMK dengan mencegah penyebaran ke provinsi lain yang dibuktikan dengan pergerakan relatif stabil pada grafik area zona merah," kata Wiku dikutip dari siaran pers, Rabu (2/8/2022).

Kendati begitu, dia menekankan masih ada hal yang harus tetap diwaspadai. Pasalnya, saat ini ada penambahan kasus yang terjadi pada 279 kabupaten/kecamatan.

"Sehingga surveilans dan penerapan tindakan pengamanan biosekuriti secara berkelanjutan harus terus dilakukan bersama-sama," jelasnya.

Wiku menyampaikan dari perkembangan per provinsi, saat ini ada 4 provinsi yang tidak melaporkan kasus PMK yakni Bali, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Kalimantan Selatan. Rincian dari keempatnya, seperti di Bali, ada 556 kasus terkonfirmasi PMK.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 553 ekor sapi yang diperiksa dan dipotong, lalu 3 kasus lainnya dilaporkan mati. Di Kepulauan Riau, ada 415 kasus sapi potong dan sapi perah terinfeksi terdiri dengan 389 sembuh secara klinis, 25 di antaranya diuji dan dipotong, dan 1 kasus dilaporkan mati.

Sedangkan DKI Jakarta dan Kalimantan Selatan, masing-masing menangani 1.048 dan 531 kasus. Adapun yang sembuh secara klinis sebanyak 991 kasus untuk DKI Jakarta, dan 505 kasus di Kalimantan Selatan.

"Sisanya, susah diperiksa dan disembelih, atau mati," ucap Wiku.

Dalam penanganan PMK, kata dia, pemerintah bertujuan untuk terus menekan penularan penyakit ini terutama di provinsi dengan penyumbang kasus konfirmasi PMK terbesar. Khususnya, di Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah sapi terbanyak dengan terkonfirmasi PMK mencapai 172.306 kasus.

Selanjutnya, Nusa Tenggara Barat 90.015 kasus, Jawa Barat 48.907 kasus, Aceh 42.584 kasus, dan Jawa Tengah 36.595 kasus.

Disamping itu, pemerintah juga aktif memvaksinasi ternak yang sehat sebagai upaya mencegah penularan. Wiku menuturkan program vaksinasi hewan ternak rentan PMK dipercepat di lebih dari 300.000 dosis dalam kurun waktu antara 26 Juni dan 10 Juli 2022.

"Sejauh ini, ada sekitar 840.687 ternak yang telah divaksinasi di daerah terinfeksi," ujar dia.

"Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan vaksinasi memiliki kemampuan untuk mengendalikan jumlah kasus PMK," sambung Wiku.

 


Vaksin PMK

Ilustrasi Sapi terpapar PMK di Jember (Istimewa)

Untuk stok vaksin PMK, saat ini ada 3 juta dosis yang terbagi dalam dua fase agenda vaksinasi. Untuk tahap pertama, 800 ribu dosis didistribusikan dan sebagian besar ternak di daerah terinfeksi sudah divaksinasi.

Pada tahap kedua, ada 2,2 juta dosis yang saat ini beredar dan beberapa di antaranya sudah disuntikkan ke ternak rentan PMK misalnya di Provinsi Jawa Timur.

"Terakhir, kami terus melakukan upaya agar penyakit ini tidak menyebar ke provinsi lain. Kami sangat mendorong tim gugus tugas PMK untuk menindaklanjuti kasus di seluruh wilayah masing-masing dan untuk menjaga langkah-langkah biosekuriti juga," pungkas Wiku.

Infografis Biosekuriti sebagai strategi pencegahan penyebaran PMK/Istimewa.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya