Liputan6.com, New York - Presiden Amerika Serikat Joe Biden masih mengidap COVID-19, setelah hasil tes yang dilakukan pada Selasa 2 Agustus 2022 waktu setempat. Itu menunjukkan bahwa ia masih positif terjangkit Virus Corona tersebut, dalam kasus yang para dokter sebut sebagai kasus "rebound".
Dalam sebuah memo Gedung Putih, dokter presiden, Dr. Kevin O’Conner, mengatakan Joe Biden kembali mengalami "batuk-batuk," meskipun "suhu tubuh, detak jantung, tekanan darah, dan laju pernafasan, serta saturasi oksigennya berada dalam kondisi normal."
Advertisement
"Dia tidak lagi demam dan semangatnya bagus," kata O’Conner seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (3/8/2022).
Joe Biden positif COVID-19 pada akhir Juli, tepatnya 21 Juli 2022. Ini adalah pertama kalinya Presiden AS berusia 79 tahun itu dinyatakan terinfeksi Virus Corona.
Pada Rabu 27 Juli lalu Joe Biden dinyatakan sembuh setelah meminum obat anti-virus Paxlovid selama beberapa hari dan hasil uji medisnya menunjukkan negatif Virus Corona COVID-19. Ia pun menyudahi masa isolasi mandiri di Gedung Putih setelah lima hari.
Setelah keluar dari isolasi, presiden akan mengenakan masker selama 10 hari ketika berada di sekitar orang lain dan terus melakukan tes virus secara teratur. Biden tidak mengalami demam, tambah dokter, mencatat "gejalanya terus membaik, dan hampir sepenuhnya sembuh".
Selang tiga hari kemudian, ia kembali terjangkit COVID-19.
Kasus kambuh kembali terjadi dalam sejumlah kecil pasien yang mengkonsumsi obat Paxlovid, sebuah pil yang dibuat oleh Pfizer dan diizinkan untuk diberikan kepada pasien yang mempunyai risiko tinggi.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), kebanyakan kasus kambuh kembali ini menimbulkan sakit ringan, dan tidak ada laporan terjadinya komplikasi yang serius.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Joe Biden Masih Alami Gejala Awal Positif COVID-19
Juru bicara Gedung Puith Karine Jean-Pierre mengatakan kepada reporter pada Senin 1 Agustus 2022, Joe Biden kemungkinan masih mengalami gejala dari infeksi COVID-nya yang pertama, seraya mengatakan bahwa "gejala minimum itu akan bertahan untuk beberapa waktu, jadi hal itu dapat diantisipasi."
Selama infeksi COVID-19 yang pertama, gejala yang dialami Biden mencakup pilek, rasa letih, suhu tinggi, dan batuk. O’Conner menulis dalam memonya pada Sabtu 30 Juli bahwa Biden tidak menunjukkan gejala, tetapi dia tidak mengatakan apakah Biden mengalami gejala-gejala dalam memo terbarunya yang dirilis pada Minggu dan Senin.
Sejak hasil tes ulang COVID-19 masih menunjukkan tanda positif, Biden telah membatalkan perjalanan ke Michigan dan ke rumahnya di Delaware. Pada Senin malam, dia menyampaikan pidato di hadapan sejumlah kecil wartawan dan menjaga jarak, tentang tewasnya pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri dalam serangan pesawat nirawak Amerika pada Minggu 31 Juli.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
COVID-19 Masih Bersama Kita
Dalam akun Twitternya, Biden mengatakan bahwa suntikan vaksin booster gratis dapat membantu siapapun menghindari penyakit serius. "Dengan suntikan booster gratis, tes di rumah, dan perawatan yang efektif, hari ini, kami dapat melindungi diri dari penyakit serius dan mencegah sebagian besar kematian akibat COVID," tulis Biden.
"COVID-19 masih bersama kita, tetapi perjuangan kita melawannya lebih kuat dari sebelumnya," lanjutnya.
Ia menambahkan, setiap orang di atas 5 tahun harus mendapatkan suntikan booster. Dan jika penduduk di atas usia 50, maka harus mendapatkan dua suntikan seperti yang ia sendiri dapatkan.
"Setelah dikuatkan, peluang Anda untuk sakit parah akibat COVID sangat sangat rendah."
Saat ini, lanjutnya, dunia menghadapi BA.5. Subvarian Omicron ini pula lah yang membuat Biden sakit. "Kami menghadapi BA.5, itulah alasan saya jatuh sakit dan telah menginfeksi banyak orang di seluruh dunia."
Usia Lanjut Joe Biden Picu Kekhawatiran
Sebagai presiden AS tertua yang pernah terpilih, usianya meningkatkan kekhawatiran atas dampak COVID-19.
Menghadapi beban kerja yang berat, Biden - seperti presiden lain sebelum dia - telah menunjukkan ketegangan dalam beberapa bulan terakhir: jalannya lebih kaku, rambutnya lebih tipis, dan pidatonya kurang lancar daripada ketika dia menjabat pertama kali.
Dan secara politik Biden berada dalam fase sulit kepresidenannya, menghadapi pemilihan paruh waktu November yang diperkirakan akan menyakitkan bagi Partai Demokratnya, serta penurunan peringkat persetujuan pribadi.
Gedung Putih telah menekankan sejak diagnosis positif COVID-19 Biden bahwa presiden telah divaksinasi dosis penuh dan dua kali booster -- dan O'Connor menegaskan kembali bahwa ia diharapkan "merespon dengan baik" terhadap pengobatan.
"Tidak ada apa pun dalam perjalanan penyakitnya sejauh ini yang memberi saya alasan untuk mengubah harapan awal itu," tulisnya.
Advertisement