Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk telah membangun spaceport atau pelabuhan antariksa, dan saat ini dia dikabarkan ingin membangun bandara pribadi di Texas.
Menurut laporan Austonia, sebagaimana dikutip dari New York Post, Kamis (4/8/2022), bandara akan dibangun di Bastrop, Texas, yang terletak di sebelah timur Austin.
Advertisement
Lokasi pasti dan juga tanggal dimulainya konstruksi belum diketahui, tetapi konseptualnya disebut telah direncanakan.
Terkait kabar ini pejabat daerah di Bastrop mengaku tidak mengetahui rencana Musk dalam membangun bandara pribadi. Demikian menurut San Antonio Express News.
“Belum ada komunikasi formal dengan daerah mengenai bandara ini,” kata Adena Lewis, direktur pariwisata dan pengembangan ekonomi di Bastrop, kepada San Antonio Express News.
Bandara pribadi disebut sangat berguna bagi Elon Musk yang sering terbang ke Bandara Eksekutif Austin untuk mengawasi Gigafactory baru Tesla, situs pengujian SpaceX, dan perusahaan terowongan Boring Co.--semuanya di area Austin.
Pada akhir 2021, Musk secara resmi memindahkan kantor pusat Tesla dari Palo Alto, California ke Austin, dengan alasan tingginya biaya hidup di Golden State.
Elon Musk diketahui kerap mendarat dan lepas landas dari Austin beberapa kali dalam dua minggu terakhir, termasuk terbang dari Yunani pada 18 Juli.
Dia meninggalkan Austin pada hari yang sama dan terbang ke Long Beach, California. Menurut Express News, dia kembali ke Austin lima kali sejak saat itu.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Elon Musk Gugat Balik Twitter
Di sisi lain, Elon Musk membalas gugatan Twitter pada Jumat, (29/7/2022). Balasan ini membuat konflik antara CEO Tesla dan perusahaan jejaring sosial itu semakin memanas. Meskipun begitu, gugatan itu belum tersedia untuk umum.
Dilansir dari CNBC, Sabtu (30/7/2022), tidak jelas mengapa Musk meminta pengadilan untuk merahasiakan perincian gugatan baliknya ketika miliarder, yang juga CEO SpaceX, secara vokal mengkritik Twitter di media sosial dan dalam wawancara pers dalam beberapa bulan terakhir.
Pada 25 April 2022, Twitter dan Musk mengumumkan Musk akan membeli perusahaan jejaring sosial tersebut dan menjadikannya pribadi dengan harga sekitar USD 44 miliar atau sekitar Rp 651,8 triliun. Tak lama setelah Musk mencapai kesepakatan USD 44 miliar, penurunan pasar menyebabkan penurunan saham teknologi termasuk Tesla dan Twitter.
Segera setelah mereka menandatangani kesepakatan, Musk menuduh Twitter berbohong tentang jumlah akun spam dan bot di platformnya, dan menolaknya mengakses informasi tentang penanganan mereka atas akun ini.
Musk secara resmi mengatakan dia ingin mengakhiri kesepakatan awal bulan ini, dan Twitter menggugatnya di Pengadilan Negeri Delaware untuk memaksanya menyelesaikan kesepakatan itu.
Tim hukum Musk mengajukan gugatan balik rahasia di pengadilan Delaware pada Jumat, yang berarti salinannya tidak tersedia untuk umum, tetapi versinya dapat dipublikasikan dalam waktu dekat dengan rincian sensitif yang disunting.
Hakim yang memutuskan kasus tersebut, Kanselir Kathaleen St. J. McCormick, pada Kamis malam mengeluarkan perintah yang menetapkan jadwal termasuk persidangan lima hari yang akan dimulai pada 17 Oktober.
Advertisement
Twitter Salahkan Elon Musk karena Bikin Perusahaan Kehilangan Cuan
Twitter menyalahkan Elon Musk atas penghasilannya yang lebih kecil ketimbang perkiraan. Menurut Twitter, jika Elon Musk tidak hadir dan berencana membeli Twitter, pendapatan Twitter bakal sedikit lebih besar.
Hal ini dikatakan Twitter dalam rilis pendapatan kuartal keduanya. Mengutip The Verge, Minggu (24/7/2022), Twitter menuding Elon Musk jadi faktor yang membuat pendapatannya turun dari USD 1,19 miliar (Rp 17,8 triliun) menjadi USD 1,18 miliar (Rp 17,6 triliun).
Meski begitu, masuknya Elon Musk bukan satu-satunya alasan Twitter menghadapi masalah pendapatan. Perusahaan juga menyebut, masalah pada industri periklanan dan kondisi ekonomi secara umum.
"Ketidakpastian terkait akuisisi Twitter yang tertunda oleh afiliasi Elon Musk menjadi masalah paling spesifik bagi Twitter," kata The Verge.
Sebelumnya pada April 2022 lalu, Elon Musk beli Twitter. Beberapa minggu setelahnya, Elon Musk mundur dari perjanjian tersebut.
Orang terkaya di dunia ini pun secara resmi mengajukan pengakhiran kesepakatan akuisisi Twitter ke Securities and Exchange Commision. Kini, Twitter dan Elon Musk akan menempuh langkah pengadilan pada Oktober mendatang.
Lewat pengadilan, Twitter berupaya 'memaksa' Elon Musk untuk melanjutkan akuisisi Twitter dengan harga yang disepakati sejak awal.
Sekadar informasi, Elon Musk pada April lalu menawar Twitter seharga USD 44 miliar atau setara Rp 658,9 triliun. Nilai tersebut setara dengan USD 54,20 per lembar sahamnya.
Twitter Sulit Jual Iklan Gara-Gara Elon Musk
Sayangnya, keputusan akuisisi itu tampaknya justru membuat Twitter kesulitan menjual iklan. Sebelumnya Bloomberg melaporkan, Twitter mencoba yang terbaik untuk menenangkan kekhawatiran pengiklan, mengenai bagaimana Elon Musk bisa mengubah platform microblogging tersebut.
Firma periklanan Ad Age belum lama ini melaporkan, drama tentang akuisisi Twitter ini telah membuat penjualan iklan perusahaan menjadi "berantakan."
Dikatakan, penjualan iklan Twitter naik 2 persen dari tahun ke tahun, bahkan jika pendapatan keseluruhannya mengalami penurunan. Meski begitu, Twitter tetap perlu meningkatkan pendapatan dari penjualan iklannya.
Apalagi, Twitter melaporkan kerugian bersihnya sebesar USD 270 juta, turun dari laba USD 66 juta pada kuartal yang sama tahun lalu.
Tahun lalu, pendapatan Twitter tumbuh 74 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara, tahun ini justru menyusut.
Sekadar informasi, saat ini Twitter memiliki 237 juta pengguna harian. Jumlah tersebut naik dari 229 juta pengguna harian pada kuartal terakhir. Ditengarai peningkatan jumlah pengguna ini karena "perbaikan produknya yang berkelanjutan."
Advertisement