Liputan6.com, Jakarta - China menangguhkan impor dari ratusan pabrik makanan Taiwan menjelang kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi di wilayah tersebut.
Dilansir dari South China Morning Post, Rabu (3/8/2022) Administrasi Umum Bea Cukai China mengatakan bahwa produk makanan manis dari Taiwan di antaranya biskuit, kue kering, dan roti telah terdaftar daftar barang impor yang ditangguhkan.
Advertisement
Laporan outlet berita United Daily News yang berbasis di Taipei menyebut, larangan ekspor itu diberlakukan pada Senin malam (1/8) waktu setempat.
Taiwan juga mengkonfirmasi sudah mengetahui adanya larangan ekspor produk makanan manis ke China.
"Kementerian Perekonomian dan Dewan Pertanian saat ini mengetahui (larangan impor)," kata Biro Perdagangan Luar Negeri Taiwan pada Selasa (2/8).
Badan itu pun menambahkan bahwa Taipei akan membantu perusahaan yang terdampak untuk merespons larangan ekspor dengan benar.
Adapun Wei Chuan Food Corporation, produsen makanan kaleng dan minuman asal China yang juga mengkonfirmasi pihaknya "menerima kebijakan perdagangan baru".
Menyusul berita larangan impor makanan manis, harga merek populer anjlok hampir 2,5 persen di Bursa Efek Taiwan pada Selasa (2/8),
Sejumlah perusahaan Taiwan juga mengakui masa depan impornya masih belum jelas serta produk yang diproduksi di pabrik China.
Diketahui, ini bukan pertama kalinya China memberlakukan larangan impor produk makanan dari Taiwan.
Tahun lalu, China menangguhkan impor nanas, apel gula, dan apel – tiga ekspor buah teratas dari Taiwan ke China karena terdeteksinya hama.
Adapun larangan impor ikan kerapu Taiwan pada bulan Juni 2022 karena terdeteksinya "obat terlarang".
China Sebagai Tujuan Ekspor Taiwan yang Paling Menguntungkan
Ekspor ikan kerapu Taiwan ke China sebelumnya menyumbang 91 persen dari total penjualan ekspor pulau itu dan 36 persen dari total produksi di Taiwan, menurut menteri pertanian Chen Chi-chung.
"Dulu, 80 persen ekspor buah Taiwan bergantung pada satu pasar di China, tapi sekarang menyusut menjadi 45 persen," ungkapnya bulan lalu.
Pada 2021 lalu, terlepas dari ketegangan yang sedang berlangsung, China dan Hong Kong digabungkan sebagai tujuan ekspor utama Taiwan dengan 42,3 persen dari nilai ekspor keseluruhan, menurut cabang eksekutif pulau itu.
Tercatat pada Juni 2022, ekspor Taiwan ke Chin dan Hong Kong mencapai USD 15,428 miliar atau setara Rp 229,8 triliun, turun 4,5 persen YoY, sementara impor naik 14,6 persen YoY menjadi USD 7,911 miliar atau setara Rp 117,8 triliun.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kemendag Bersiap Tindak Lanjuti Ekspor 1 Juta Ton CPO ke China
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan, pihaknya siap menindaklanjuti persetujuan hasil pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri China (Premier) Li Keqiang di Beijing, untuk menambah ekspor 1 juta ton CPO crude palm oil.
"Kementerian Perdagangan siap dan akan segera menindaklanjuti hasil pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri RRT (Premier) Li Keqiang untuk menambah ekspor CPO 1 juta ton ke RRT. Komitmen ini diharapkan dapat memperlancar ekspor CPO Indonesia dan memperbaiki harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani hingga di atas Rp 2.000/kg," kata Mendag dikutip dari keterangan tertulis Kemendag, Jumat (29/7/2022).
Kementerian Perdagangan mengungkapkan, saat ini sedang diupayakan percepatan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya.
Langkah itu bertujuam untuk mengosongkan tangki-tangki penampung CPO yang penuh sehingga industri CPO dapat menyerap TBS petani sawit.
Melalui percepatan ekspor tersebut, harga TBS diharapkan bisa di atas Rp 2.000/kg.
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan Li Keqiang, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa China adalah mitra strategis Indonesia.
Selama ini, kedua negara telah berhasil membangun kemitraan tersebut dengankerja sama yang saling menguntungkan. Saat ini nilai perdagangan kedua negara mencapai USD 100 miliar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, volume ekspor CPO dan turunannya (HS 15) pada Juni 2022 mencapai 2,17 juta ton, dan meningkat pesat dari Mei 2022 yang sebesar 0,51 juta ton.
Nilai ekspor CPO dan Turunannya pada Juni 2022 juga naik 300,66 persen menjadi USD 3,38 miliar dibandingkan Mei 2022.
Pada Juni 2022, Indonesia paling banyak mengekspor CPO dan turunannya ke China senilai USD 591,57 juta, Pakistan USD 454,47 juta, India USD 273,97 juta, dan Bangladesh USD 163,75 juta.
Lonjakan Ekspor CPO jadi Penyelamat Harga TBS Sawit Petani
Peneliti dari Universitas Indonesia (UI) menyebutkan peningkatan ekspor minyak sawit atau CPO sangat diperlukan untuk mendongkrak harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani yang sangat rendah saat ini.
Ketua Tim Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Doktor Eugenia Mardanugraha menyatakan peningkatan ekspor minyak sawit mentah dapat menyelamatkan para petani sawit swadaya dari anjloknya harga TBS.
"Namun kebijakan yang menjadi disinsentif bagi industri dalam mendorong laju ekspor, harus diperbaiki, dan sebagian diantaranya dihapuskan," ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (2/8/2022).
Dalam studinya bertajuk "Analisis Dampak Kebijakan Pengendalian Harga Minyak Goreng Bagi Petani Swadaya" ia melakukan sejumlah simulasi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan ekspor perlu dilakukan, agar tangki penyimpanan dapat segera kosong, kemudian harga TBS pulih.
Satu diantaranya menunjukkan besarnya ekspor yang diperlukan untuk meningkatkan harga TBS dari Rp861 (asumsi harga petani swadaya per 9 Juli) menjadi setara harga pokok penjualan senilai Rp2.250 per kilogram, butuh peningkatan ekspor sebesar 1.740 persen atau 17 kali lipat.
Sementara kajian lapangan di Riau dan Kalimantan Barat menemukan jika harga pokok penjualan ideal TBS petani swadaya Rp2.000 per kilogram.
"Untuk mencapai harga tersebut, diperlukan peningkatan ekspor minimal 200 persen dari tingkat ekspor saat ini (per April 2022)," katanya.
Menurutnya, kemampuan Indonesia meningkatkan ekspor sangat terbuka, karena berdasarkan besaran ekspor bulanan sejak Januari 2014 hingga April tahun ini, ekspor sawit berada pada interval 1 juta sampai 4,3 juta ton per bulan.
Advertisement