Ketua ARSSI: Tingkat Keterisian Tempat Tidur Pasien COVID-19 di RS Swasta Menurun

Kasus COVID-19 mengalami kenaikan dari hari ke hari. Meski begitu, lonjakan kasus tidak separah di era dominasi Delta.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Agu 2022, 16:00 WIB
Ketua ARSSI Drg. Susi Setiawaty, MARS soal Seminar Nasional Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Rabu (3/8/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 mengalami kenaikan dari hari ke hari. Meski begitu, lonjakan kasus tidak separah di era dominasi Delta.

Menurut Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Drg. Susi Setiawaty, MARS, kasus COVID-19 yang tak separah sebelumnya bisa disebabkan gencarnya vaksinasi yang dilakukan. Bahkan, kini ada vaksin booster dosis kedua untuk tenaga kesehatan.

“Kami mengharapkan kasus-kasus COVID-19 tidak dirawat di rumah sakit karena gejala juga tidak separah sebelumnya sehingga masyarakat harus tetap melakukan prokes dan booster pertama karena mungkin masih banyak masyarakat yang belum booster,” ujar Susi ketika ditemui di Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Terkait tingkat keterisian tempat tidur oleh pasien COVID-19, Susi mengatakan bahwa sekarang ini jumlahnya sudah menurun.

“Keterisian tentunya sekarang sudah menurun, teman-teman di rumah sakit swasta sudah mengembalikan jumlah tempat tidur yang waktu itu dipakai untuk COVID-19, dikembalikan ke ruang perawatan rawat inap pasien-pasien umum.”

Pasien-pasien umum sekarang sudah mulai kembali berobat ke rumah sakit, lanjut Susi. Pihaknya sudah meyakinkan para pasien bahwa rumah sakit swasta dapat memberikan pelayanan yang aman dari paparan virus Corona.

Baru-baru ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait transformasi sistem kesehatan yang salah satunya menyoroti soal digitalisasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menyesuaikan Diri

Seminar Nasional Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Rabu (3/8/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Terkait kebijakan ini, rumah sakit perlu ikut serta menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Berbagai rumah sakit termasuk rumah sakit swasta perlu belajar beradaptasi dengan sistem digital.

Untuk itu, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mengadakan seminar nasional VIII dan Health Care Expo VI dengan mengusung tema “Tumbuh dan Berkembang Bersama Transformasi Sistem Kesehatan.”

Menurut ketua Susi, acara tahunan ARSSI ini digelar untuk kedelapan kalinya dan akan berlangsung mulai 3 hingga 5 Agustus 2022 di Jakarta. Tujuan digelarnya acara ini yakni untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pemilik dan manajemen rumah sakit swasta dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan kebijakan pemerintah terkait transformasi sistem kesehatan.

Pasalnya, ada tuntutan mutu pelayanan yang haru dipenuhi setiap rumah sakit. Perkembangan digitalisasi sistem pelayanan rumah sakit ini perlu dipenuhi agar rumah sakit bisa bertahan, tumbuh, dan berkembang dengan baik.

 “Digitalisasi sangat-sangat penting karena bisa menghubungkan rumah sakit dengan pasien, pasien dengan rumah sakit, telekonferensi, dan telemedisin. Digitalisasi sendiri tidak hanya penting di masa COVID-19 tapi juga di masa-masa berikutnya,” ujar Susi.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Topik yang Dibahas

Seminar Nasional Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Rabu (3/8/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Beberapa topik yang dibahas dalam seminar nasional ini yakni terkait:

-“Digitalisasi Rumah Sakit Adalah Suatu Keharusan serta Peluang Telemedicine ke Depan.”

-“E-medical Record dan Kesiapan Rumah Sakit.”

-“Digital Marketing.”

Topik-topik ini diambil lantaran menurut Susi, rumah sakit harus bisa mempersiapkan sistem informasi yang bisa menjembatani pada sistem-sistem dan data kesehatan yang lain.

Terkait kendala digitalisasi di rumah sakit swasta, Susi mengatakan yang pertama adalah tentang strategi apa yang akan dilakukan.

“Kemudian yang kedua adalah bagaimana rumah sakit itu mempersiapkan kalau mau beralih digitalisasi, tentunya itu kan management change di rumah sakit. Berikutnya, rumah sakit tidak bisa berbuat sendiri kan, pasti harus cari vendor-vendor yang berpengalaman.”

Vendor itu banyak, lanjutnya, tapi alur dan proses di masing-masing rumah sakit berbeda misalnya dari segi laporan-laporan dan hal lainnya.

“Membuat sistem IT di rumah sakit itu tidak segampang itu jadi haru tahu visi kita, strategi kita, ini kan perubahan, bagaimana mengalurkan frame work bisnis internal kita, bahasa kita ke dalam bahasa IT, ini pasti membutuhkan waktu banyak.”


Siap Berubah

Ketua ARSSI Drg. Susi Setiawaty, MARS soal Seminar Nasional Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Rabu (3/8/2022). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Menurut Susi, sistem rumah sakit saat ini memang sudah ada, tapi kemampuan integrasi dengan pihak luar masih menjadi pertanyaan.

Meski begitu, Susi menyatakan bahwa rumah sakit swasta terbuka dan siap untuk melakukan berbagai perubahan khususnya yang terkait dengan digitalisasi.

Susi juga menyinggung bahwa beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan sudah meluncurkan SatuSehat yang diharapkan ke depan bisa mempermudah pasien-pasien untuk berobat ke mana pun.

Seperti yang diucapkan Susi, sebelumnya Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin resmi meluncurkan platform kesehatan terintegrasi Satusehat. Awalnya, aplikasi ini diberi nama Indonesia Health Services (IHS).

Menurut Budi, SatuSehat adalah salah satu perwujudan dari program transformasi kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan.

“Jadi memang kita rujukan roadmap transformasi teknologi informasi kesehatan itu di bulan Desember 2021, nah itu ada beberapa program di dalamnya. Tapi secara garis besar ada program yang mengintegrasikan data, jadi seperti ini (program SatuSehat) adalah salah satu contohnya,” kata Budi kepada wartawan usai peluncuran Satusehat di Jakarta Selatan, Selasa (26/7/2022).

Budi menambahkan, SatuSehat merupakan upaya menyederhanakan aplikasi kesehatan yang ada saat ini.

“Kita mau sederhanakan aplikasi yang ada, jadi kita akan lebih fokusnya ke platform aja. Kita mau membangun ekosistem informasi. Jadi gimana start up bisa masuk, nah itu rencananya sudah ada di sana sampai tahun 2024,” katanya.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya