Liputan6.com, Jakarta - Bulan Muharram adalah bulan kedua paling mulia setelah Ramadan. Pada bulan ini, banyak terjadi kisah kenabian yang terabadikan hingga saat ini.
Salah satunya yakni kisah Nabi Ibrahim AS saat dibakar hidup-hidup oleh tentara Raja Namrud. Sosok terakhir ini adalah penghalang terbesar dakwah Nabi Ibrahim, lantaran kekuasaan dan kekayaannya.
Alkisah, Ibrahim adalah sosok lelaki kuat dan tangguh. Dia risau karena melihat ada berhala yang disembah oleh masyarakat di mana-mana.
Mengutip berbagai sumber, Ibrahim melalui perjalanan spiritual yang panjang, hingga akhirnya menemukan bahwa Tuhan para manusia adalah Allah SWT. Karena itu, ia lantas mengabarkan kepada rakyat untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan Nabi Ibrahim menghancurkan seluruh berhala dan menyisakan berhala yang paling besar dengan mengalungkan sebuah palu di leher berhala itu. Melihat pemandangan tersebut, Raja Namrud pun naik pitam.
Nabi Ibrahim yang dianggap sebagai perusak berhala-berhala itu pun dipanggil untuk diadili. Saat ditanya kerusakan berhala yang disembah, Nabi Ibrahim justru menjawab bahwa patung terbesarlah yang melakukannya.
"Sebenarnya patung terbesar itulah yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda itu jika memang dapat berbicara," kata Nabi Ibrahim.
Jawaban itu dia berikan untuk menyadarkan masyarakat bahwa apa yang mereka sembah sesungguhnya adalah benda mati yang tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun mulai tersadar, lalu dengan kepala tertunduk, mereka berkata: " Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara." Ibrahim berkata: " Lalu mengapakah kalian menyembah kepada yang selain Allah?”.
Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Hal ini membuat Raja Namrud menjadi semakin murka.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dibakar Hidup-Hidup
Mendengar perkataan Nabi Ibrahim yang mampu memengaruhi sebagian masyarakat, Raja Namrud menjatuhkan hukuman dengan membakarnya hidup-hidup. Tentu saja ini adalah bentuk hukuman karena Namrud sangat berkuasa dan tidak ingin kekuasaannya tersaingi.
Kisah ini pun diabadikan dalam Surat Al Anbiya: "Mereka berkata 'Bakarlah Dia dan bantulah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak'." (QS. Al-Anbiya': 68).
"Mereka berkata 'Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.' Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, Maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina'," (QS. As-Saffat: 97-98).
"Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan'Bunuhlah atau bakarlah dia', lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman," (QS. Al-Ankabut: 24).
Lalu Raja Namrud dengan angkuh berkata kepada rakyatnya, hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa.
"Kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!," ucap Namrud.
Advertisement
Namrud Dipermalukan karena Nabi Ibrahim Selamat
Syahdan, saat Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata: "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku." Lalu malaikat tersebut beranjak pergi.
Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim:
"Kami berfirman 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi',". (QS. al-Anbiya': 69-70).
Berkat lindungan dari Allah, Nabi Ibrahim membuat takjub seluruh penduduk yang menyaksikannya, sebab tubuhnya tetap utuh tanpa terbakar sedikitpun. Selamat meski dibakar adalah salah satu mukjizat atau tanda-tanda kenabian Ibrahim.
Melihat Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api, sebagian orang takjub dan menjadi pengikutnya. Namun masih banyak orang yang berpegang teguh pada keyakinan lamanya.
Kemudian Ibrahim maju seraya menyatakan, "Hanya beriman kepada Allah; juga ia hanya berserah diri kepada Kehendak Allah. Maka Allah memilih Ibrahim dari tengah-tengah umat manusia sebagai manusia pilihan Allah, sesuai firman-Nya:
“Dan orang yang membenci kepada agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh." Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: " Tunduk patuhlah!"
Ibrahim menjawab: " Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): " Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." (QS. Al-Baqarah: 130-132).
Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang yang saling berselisih: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian."
Sementara, Raja Namrud dan pengikutnya merasa dipermalukan. Sebab, sebenarnya mereka memahami bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian yang membara. Namun iri dengki dan keangukah menyebabkan hati mereka tak terbuka. Mereka takut akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya.
Tim Rembulan