Tantangan Sido Muncul Hadapi Inflasi

Koreksi saham SIDO terjadi selama tiga hari berturut-turut pada pekan ini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Agu 2022, 06:00 WIB
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta -- Kinerja saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) terpantau berada pada tren pelemahan. Pada perdagangan Rabu, 3 Agustus 2022, saham SIDO ditutup minus 25 poin atau 3,16 persen ke posisi 765. Sejak awal tahun, SIDO turun 105 poin atau 12,07 persen.

Koreksi saham SIDO terjadi selama tiga hari berturut-turut pada pekan ini. Pada Senin, 1 Agustus 2022, saham SIDO melemah 6,63 persen ke posisi Rp 845 per saham. Kemudian tekanan terhadap saham SIDO berlanjut pada 2 Agustus 2022 ke posisi Rp 790 per saham. Pada penutupan perdagangan 3 Agustus 2022, saham SIDO tergelincir 3,16 persen ke posisi Rp 765 per saham.

Penurunan harga saham SIDO sejalan dengan kinerja perseroan sepanjang paruh pertama tahun ini yang juga mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, David Hidayat mengakui dampak dari kenaikan harga komoditas yang berimbas pada kenaikan harga bahan baku. Sehingga perseroan harus menyesuaikan harga.

“Harga jual sudah kami sesuaikan untuk mempertahankan margin kotor perusahaan. Tetapi dampak lain dari inflasi ini adalah melemahnya daya beli masyarakat, ini yang menjadi tantangan kami,” kata dia kepada Liputan6.com, Rabu, 3 Agustus 2022.

Dia menilai, melemahnya daya beli masyarakat berujung pada preferensi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tantangan

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara kesehatan, meskipun juga penting, tetapi disebut berada di bawah kebutuhan pokok lainnya. Kondisi itu disinyalir menjadi tantangan perseroan pada sisa tahun ini.

"Kesehatan sebenarnya juga merupakan kebutuhan primer, dengan menjaga kesehatan akan mengurangi risiko sakit dan tidak produktif. Makanya ini yang sedang kami edukasikan bahwa preventif /menjaga sebelum sakit lebih baik dari mengobati,” imbuh dia.

Sebelumnya, perseroan mematok target di kisaran 15 persen dari sisi penjualan. Meski begitu, perseroan masih membuka kemungkinan untuk merevisi target sampai akhir tahun.

Perseroan akan mengevaluasi kembali target tersebut, menyesuaikan  dengan pilar pertumbuhan di luar penjualan produk kesehatan domestik. Misalnya seperti penjualan ekspor, penjualan bahan baku ekstraksi dan minyak atsiri dari PT Semarang Herbal Indoplant.

Perseroan juga berupaya membuka pasar baru untuk produk B to B (B2B dan mempercepat perluasan pasar ekspor ke negara-negara Eropa Timur yang bisa direalisasikan pada paruh kedua tahun ini.  "Jika memang diperlukan, tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan koreksi target,” imbuh David.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kinerja Semester I 2022

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sidomuncul mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I 2022.

Pada periode tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar.

Raihan itu sejalan dengan penjualan Sidomuncul yang turun 2,58 persen menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2022, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,65 triliun.

Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin (1/8/2022), turunnya pendapatan utamanya disebabkan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.

Sementara dua segmen lainnya tercatat mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.

Saat penjualan turun, beban pokok penjualan justru naik 4,54 persen menjadi Rp 757,61 miliar. Sehingga laba bruto turun 8,13 persen menjadi RP 845,49 miliar. Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 195,25 miliar, beban umum dan administrasi Rp 119,87 miliar, dan beban lain-lain Rp 11 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 19,25 miliar.

 

 

 


Aset Perseroan

Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan penghasilan keuangan sebesar Rp 14,76 miliar dan biaya keuangan Rp 474 juta.

Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mampu mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 445,6 miliar. Turun 11,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 502 miliar.

Dari sisi aset Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul sampai dengan peruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 3,57 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 4,07 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 1,77 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,81 triliun.

Liabilitas juga mengalami penurunan menjadi Rp 337,18 miliar dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 597,79 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 284,34 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 52,85 miliar. Sementara ekuitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 3,24 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 3,47 triliun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya