Liputan6.com, Jakarta - Ketua bidang Hubungan Antar Lembaga Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lame Muhar menyatakan, kenaikan harga telur saat ini dimungkinkan karena harga pakan yang juga naik.
Advertisement
"Menurut info kawan peternak, pakan ternak seperti jagung masih impor. Tapi Pemerintah sepertinya sedang mengupayakan pakan jagung tidak impor, yakni dari NTB supaya bisa nemenuhi pasokan pakan," ujarya Senin (29/8/2022).
Dia menyatakan, kebijakan pemerintah tersebut sangat baik. "Mudah-mudahan langkah kongkretnya bisa dilaksanakan dengan cepat," ujar Andrian.
Andrian menjelaskan, para pedagang pasar sistemnya linier. Jika dari peternak sudah tinggi, pasti masuk ke pasar juga tingg.
"Jadi pedagang pun akan menjual tinggi. Dampaknya konsumen akan berteriak jika pedagang menjual tinggi, Yang jadi terkendala jika konsumen berteriak, maka omset pedagang akan menurun, para penggemar telur mungkin beralih ke protein nabati tidak ke telur lagi," ujarnya.
Namun, t idak semua pasar mengalami hal tersebut. Karena setiap pasar kisaran harga jualnya berbeda- beda, jika yang menjual tinggi otomatis omset akan menurun.
Optimis Segera Turun
"Saya juga bertanya kepada komunitas warteg, kata mereka mulai mengurangi pembelian telurnya, dari komunitas kawan- kawan rumah makan padang juga seperti itu, otomatis omset pedagang menurun, tapi bagi konsumen rumah tangga yang menengah keatas tetap dibeli saja," ujarnya
Dia optimis pemerintah bisa menurunkan harga pakan sehingga biaya produksi ayam petelur bisa murah.
"Kemendag bilang dalam 2 minggu akan berubah maka kita lihat saja caranya mengambil kebijakan supaya para peternak ini bisa menurunkan HPP mereka agar bisa menjual dengan murah ke para pedagang pasar," ujarnya.
Advertisement