Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tahun ini mengalokasikan anggaran Rp 44,8 triliun dari APBN untuk mengatasi anak dengan stunting. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dana tersebut harus bisa menjamin tidak adanya lagi bayi yang terlahir dalam keadaan stunting.
Dia menjelaskan 1.000 hari pertama bayi sejak dalam kandungan menjadi penentu anak lahir dalam keadaan stunting atau tidak. Mengingat kondisi balita usia dini yang mengalami kekurangan gizi bisa terancam masa depannya.
Advertisement
"Stunting ini dimulai dari kondisi ibu yang menjalankan proses kehamilan sampai dengan melahirkan dan membesarkan anaknya," kata Sri Mulyani dalam Webinar Keterbukaan Informasi Publik, Jakarta, Kamis (4/8).
Pencegahan anak stunting bukan hanya menghindari anak kekurangan gizi dari sejak dalam kandungan. Persiapan pra kondisi ibu hamil juga perlu perhatikan.
"Tidak hanya kekurangan gizi pada anak yang kita kejar tetapi dari ibu-ibu sebelum hamil harus ada prakondisi," kata dia.
Hal inilah kata Ani sapaannya, yang kini menjadi fokus pemerintah. Anak-anak yang terlahir dengan stunting dikhawatirkan tidak bisa berkembang dengan baik menjadi manusia dewasa yang bisa menjalankan fungsi-fungsi kemanusiannya secara penuh.
Mereka juga akan mengalami kesulitan dalam mencapai impian dan cita-citanya. Dalam jangka panjang ini bisa mengancam masa depan generasi muda mendatang di Tanah Air.
"Kalau lebih dari 33 persen anak stunting, mereka yang masuk ke pasar kerja ini jadi tidak optimal dan struggle. Jadi yang mempekerjakan ini akan mengalami kesulitan dari sisi produktivitasnya," kata Sri Mulyani.
Makanya, dalam rangka menghindari hal tersebut butuh komitmen antar generasi untuk mengurangi kelahiran bayi dengan stunting. Sebagaimana target Presiden Joko Widodo yang menginginkan angka stunting di Indonesia tinggal 14 persen di tahun 2024 mendatang.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kejar Target Stunting 14 Persen di 2024, Sri Mulyani Gelontorkan Rp 44 T
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan angka anak dengan stunting menurun di tahun 2024 menjadi 14 persen. Sementara per 2021 tingkat angka stunting di Indonesia masih di angka 24,4 persen, lebih baik dari tahun 2018 yang ada di angkan 30,8 persen.
"Stunting pada anak tahun 2018 mencapai 30,8 persen dan sekarang di 2021 kemarin turun ke 24,4 persen dan tahun 2024 ini diturunkan lagi ke 14 persen," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Webinar Keterbukaan Informasi Publik, Jakarta, Kamis (4/8).
Sri Mulyani menuturkan untuk mencapai target presiden, dibutuhkan kerja sama dan mobilisasi dari semua kementerian/lembaga baik di pusat maupun daerah. Mengingat penanganan stunting pada anak bukan menjadi tanggung jawab satu kementerian/lembaga saja.
"Presiden memang menunjuk BKKBN sebagai instansi dan koordinator yang memiliki jajaran di lapangan. Kementerian Kesehatan dari mengomandoi posyandu sampai puskesmas," kata dia.
Namun, mengatasi stunting bukan hanya tugas 2 instansi tersebut. Setidaknya ada 17 kementerian/lembaga yang juga bertanggung jawab dalam hal ini. Semisal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Dinas Pekerjaan Umum di daerah untuk menyediakan akses air bersih dalam rangka penyediaan sanitasi.
"Ini penting, supaya anak-anak tidak diare maka butuh air bersih dan sistem sanitasi yang sehat," kata dia.
Pihaknya pun, dari Kementerian Keuangan telah mengalokasikan anggaran Rp 44,8 triliun untuk mengatasi masalah stunting. Dana tersebut berasal dari APBN 2022 yang disalurkan melalui 17 kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
"Dilakukan pada 17 kementerian/lembaga sebesar Rp 34,1 triliun dan dana alokasi khusus (DAK) (kepada Pemda) sebesar Rp 8,9 triliun," katanya.
Dana tersebut kata Sri Mulyani harus bisa menjamin tidak adanya lagi bayi yang terlahir dalam keadaan stunting. Maka, pemantauannya harus dilakukan sejak bayi dalam kandungan ibu hingga 1.000 hari.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bulog Jual Beras Anti Stunting, Berapa Harganya?
Sebelumnya, Perum Bulog melalui iPangananDotCom menghadirkan beras untuk kesehatan khususnya penanggulangan stunting bermerk Fortivit. Beras sehat ini dijual seharga Rp59.000 per 3 kilogram.
Mengutip Merdeka.com, stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan tidak sempurnanya tinggi badan anak. Kondisi ini biasanya terjadi karena kurangnya gizi pada anak.
Enam+08:34Liputan6 Update: Subsidi BBM Bengkak hingga Rp 502 Triliun, Jokowi Harus Bagaimana? "Kita juga hadirkan beras fortivit untuk stunting bermerk Fortivit," kata Wakil Pimpinan Wilayah Bulog Jawa Tengah Sri Muniati di Gudang IPangananDotCom Tambak Aji, Semarang, Jumat (22/7).
Untuk cara pembelian melalui aplikasi Shopee, bisa dimulai dengan klik IPangananDotCom, kliktujuan kota pengiriman, check out produk, cek alamat pengiriman, pilih sistem pembayaran, buat pesanan dan lakukan pembayaran. Pesanan akan diterima 2-3 hari kerja efektif setelah dilakukan pembayaran.
Apabila pembayaran terverifikasi sebelum pukul 16.00 WIB, pesanan akan diproses pada hari yang sama kecuali Sabtu hanya sampai pukul 12.00 WIB.
Bagi masyarakat yang berminat untuk memesan namun menemui kendala atau ingin bekerjasama, dapat menghubungi Call Centre iPangananDotCom nomor (021) 50986039 atau BULOG KanwilJateng pada nomor 081283288109.
Sebagai informasi, saat ini Bulog hadir di 11 kota besar meliputi Jakarta, Tangerang, Bogor, Karawang, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Medan, dan Makassar.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Ganjar Percepat Program Penurunan Stunting di Jateng
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI) mendatangi anak terindikasi stunting dan ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) di Posyandu Kramat Sari, Desa Pengaradan, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes.
Pada kesempatan itu, Ganjar menemukan satu anak terindikasi stunting berusia 10 bulan yang gizinya kurang baik. Ganjar langsung melakukan intervensi dengan memberikan bantuan asupan bergizi untuk anak dan ibu hamil.
"Kita temukan gizinya kurang baik, langsung kita intervensi. Ibu diintervensi agar gizinya ASI-nya semua keluar, anaknya dikasih juga. Agar dalam usia dini stuntingnya kita tangani dengan baik," kata Ganjar, Kamis (21/7/2022).
Sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021, target angka prevalensi atau lazim stunting nasional yakni sebesar 14 persen pada 2024. Ganjar menegaskan pihaknya akan terus berupaya meraih capaian itu secepat mungkin.
"Sekarang kita mesti berburu karena target penurunan stunting kan cukup tinggi dan Brebes ini salah satu daerah yang jadi perhatian kita. Kita gerakkan partisipasi masyarakat, ada kawan-kawan yang mendampingi posyandu," ujar Ganjar.
Adapun, upaya yang terus dilakukan Ganjar selain dengan mengintervensi ibu hamil dan anak, Ganjar juga terus menggalakkan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5 Ng) untuk mengurangi kasus stunting.
Pelaksanaan program 5 Ng ini dilakukan tim medis seperti dokter, bidan hingga nakes di tiap daerah untuk mengawasi dan mendampingi ibu hamil. Ganjar berharap, ibu yang berisiko tinggi melahirkan anak stunting bisa dicegah sedini mungkin.
"Termasuk yang berisiko tinggi sampe kelahirannya kapan, tolong dijaga. Dari dokter dari puskesmas, nakes dari puskesmas, bidan-bidan kita harapkan mantengin itu semua," ungkap Ganjar.
Baca Juga
Advertisement