Liputan6.com, Jakarta - Bangunan yang didominasi warna abu-abu dan aksen merah menyambut para pengunjung pabrik Ajinomoto di Karawang, dari kejauhan. Itu menjadi kunjungan perdana saya ke pabrik yang berdiri sejak 2012.
Selain di Karawang, Ajinomoto juga memiliki pabrik di Mojokerto. Kepala pabrik sekaligus Direktur PT Ajinomoto Indonesia Pabrik Karawang, Syamsul Bahri mengatakan pabrik tersebut pertama kali memproduksi bumbu masak, disusul dengan varian saus oriental, dan terakhir adalah produk tepung bumbu.
Masing-masing diproduksi dalam bangunan terpisah yang terhubung oleh jembatan. Bangunan pabrik dirancang agar hemat energi. Caranya adalah dengan memanfaatkan daya gravitasi bumi. Karena itu, bangunan dibuat vertikal, hingga empat lantai dengan lantai paling atas berfungsi sebagai area penimbangan bahan baku, disusul produksi, dan lantai dasar untuk mengemas produk.
Baca Juga
Advertisement
Pada 2019, pabrik di Karawang membuka Ajinomoto Visitor Center (AVC). Bangunan itu untuk memfasilitasi orang luar mengetahui bagaimana produk-produk mereka diproduksi. Situasi pandemi memaksa fasilitas itu ditutup selama dua tahun, tetapi kembali dibuka pada Juni 2022 dengan pembatasan kapasitas.
"Kita hanya menerima satu kali kunjungan per hari. Satu rombongan minimal 40--80 orang," kata Rinjani, pemandu tur pabrik, ditemui Selasa, 26 Juli 2022.
Pengunjung diminta sudah tiba di pabrik pukul 8 pagi. Selanjutnya, mereka biasanya akan dibagi dua rombongan, yakni tur pabrik dilanjutkan dengan mengeksplorasi AVC, atau sebaliknya. Selama tur, mereka diminta untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat, khususnya memakai masker selama tur.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tur Pabrik
Rombongan saya kebagian tur pabrik terlebih dulu. Titik pertama yang dikunjungi adalah pabrik Masako. Di bangunan lima lantai itu terdapat area presentasi yang dilengkapi dengan grafis dan contoh produk. Tak lupa ada spot-spot Instagramable untuk latar foto ciamik.
"Daging sapi dan ayam diproses di Mojokerto hingga menjadi ekstrak. Di kita sudah menjadi bahan baku siap pakai," kata Doni, karyawan pabrik yang bertugas saat itu.
Karena sudah setengah jadi, proses produksi pun bisa diselesaikan dalam 30 menit hingga 1 jam per batch. Sekitar 100-an ton Masako dihasilkan sehari dari pabrik di Karawang. Selanjutnya, produk akan dikirimkan ke pusat distribusi. Di sanalah baru ditentukan ke mana produk akan dijual.
Perjalanan selanjutnya menuju stasiun produksi saus oriental Saori. Penghubung antar-bangunan dibuat nyaman dengan lantai jembatan dari keramik dan atap baja ringan.
Begitu masuk, nuansa ala Jepang sangat terasa dengan penggunaan kayu dan lampion sebagai elemen dekoratif. Area presentasi lebih kecil dibandingkan stasiun produksi Masako, sejalan dengan kapasitas produksi yang lebih sedikit, yakni sekitar 30--50 ton per hari, kata petugas yang menyambut kami saat itu.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tiram dan Solar Panel
Saori sebenarnya memiliki enam varian, tetapi dua yang paling favorit adalah saus tiram dan saus teriyaki. Pabrik di Karawang dikatakan hanya memproduksi saus tiram, saus teriyaki, dan saus lada hitam. Sementara, saus asam manis, saus sechuan, dan saus mentega diserahkan produksinya kepada pihak ketiga.
"Yang paling besar ya saus tiram. Prosesnya simpel. Bahan baku disiapkan dulu. Selanjutnya ada pencampuran bahan baku dengan ekstrak tiram asli. Kami tidak menggunakan perisa," kata Fadhila, nama petugas itu.
Bahan baku tiram yang dipakai mayoritas masih diimpor. "Karena untuk tiram berkualitas tinggi yang dihasilkan di Indonesia belum cukup. Kuantitasnya belum cukup, kualitasnya masih perlu banyak diperbaiki," kata dia lagi.
Dari sisi hemat energi, bangunan itu sudah dipasangi solar panel. Energi yang terkumpul kemudian dimanfaatkan untuk penerangan gedung. "Ke depan, seluruh gedung akan dipasangi solar panel sehingga kami ingin lebih banyak berkontribusi pada global sustainability," ucap Syamsul.
Masih di area presentasi itu, pengunjung juga disuguhi permainan interaktif lewat layar sentuh yang ada di meja. Di samping, terdapat beberapa resep yang bisa diakses dengan memindai QR code.
Memahami Umami
Tur pabrik diakhiri dengan mengunjungi stasiun produksi tepung bumbu. Pabrik Karawang kebagian untuk memproduksi varian reguler golden crispy dan bumbu crispy. Saya tidak terlalu menyimak, karena rombongan kembali diarahkan ke AVC. Di sanalah dihadirkan ruang presentasi khusus untuk menjelaskan detail seputar umami atau rasa gurih. Pengunjung diajak untuk menonton video singkat tentang profil penemu umami, yakni Kikunae Ikeda, dilanjutkan dengan penjelasan bahwa bahan-bahan pemberi rasa umami ternyata beragam di seluruh dunia.
Penjelasan yang diterangkan dalam bentuk grafis membuat mata seolah dimanjakan. Selain itu juga dijelaskan soal MSG dan dampaknya pada rasa makanan. Ternyata, kristal MSG yang diproduksi di Indonesia bisa berbeda dari produksi yang dihasilkan di negara lain. Jika di Indonesia diolah dari tetes tebu, di Thailand, misalnya, menggunakan bonggol jagung.
"Kita sesuaikan dengan sumber daya yang paling banyak di negara itu," kata Rinjani.
Perjalanan saya dan rombongan media saat itu ditutup dengan kompetisi memasak bakso sayur. Ini yang membedakan dengan trip kami dengan rombongan umum. Menurut Rinjani, biasanya tim akan mengikuti tes sensori untuk membedakan makanan tanpa MSG dan dengan MSG. Tur pabrik terbuka untuk umum dan gratis dengan syarat mendaftarkan diri terlebih dulu.
"Yang paling banyak datang itu rombongan ibu-ibu pengajian atau ibu-ibu PKK. Kalau pelajar belum, karena kami juga masih membatasi kunjungan dalam jumlah terbatas," kata dia. Namun karena kasus Covid-19 kembali naik, tur pabrik luring saat ini ditiadakan dan diganti dengan format virtual.
Advertisement