Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah bank telah mengumumkan kinerjanya hingga semester I 2022 termasuk bank-bank BUMN. Bank-bank pelat merah yang telah mengungkapkan kinerja antara lain Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Rakyat Indonesia TBk (BBRI), dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), di mana semuanya mencatatkan kinerja mentereng pada semester I 2022.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menilai, pandemi COVID-19 memaksa perusahaan-perusahaan banyak melakukan efisiensi, termasuk mempercepat adaptasi teknologi yang membuat biaya operasional mengalami penurunan. Sehingga kinerja bank-bank itu tumbuh positif.
Advertisement
Alfred mencermati, kondisi khusus di perbankan adalah suku bunga rendah yang masih berlangsung sampai saat ini. Hal itu disebut mampu memberi ruang untuk peningkatan margin perbankan. Ditambah mulai pulihnya ekonomi dari dampak Covid-19, tercermin dari peningkatan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini.
"Jadi penyaluran kredit (Omset) meningkat cost of fund yang rendah dan ditambah efisiensi operasional. Faktor perbaikan kualitas aset (kredit) juga memberikan kontribusi yang signifikan menurunkan beban penyisihan penurunan nilai aset di emiten bank BUMN,” kata dia kepada Liputan6.com, Kamis, 4 Agustus 2022.
Dalam catatannya, Alfred menerangkan Bank BTN (BBTN) memiliki valuasi paling murah untuk ukuran multiple valuation PBV (Price Book Value) dibanding tiga nak lainnya, yakni hanya sebesar 0,7x. Sementara BMRI 1,9x, BBRI 2,3x dan BBNI 1,2x.
“Di antara empat emiten Bank BUMN tersebut kami lebih prefer BBRI dan BMRI. Pertimbangan lebih kepada pertumbuhan yang tinggi ke depan dan pemulihan performa yang lebih cepat. BBRI pasca akuisisi Pegadaian dan PNM akan mendukung performa segmen UKM mereka,” imbuh Alfred.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Memilih Saham di Sektor Bank
Untuk memilih saham-saham di sektor Bank, Alfred menekankan prioritas pada Bank buku IV yang memiliki resiliensi bisnis kuat.
Apalagi bank-bank itu memiliki penguasaan pasar yang besar untuk di industri jasa keuangan. Meskipun tidak sebesar emiten pertambangan untuk pembagian dividen, namun bank-bank BUMN juga memiliki besaran dividen yang menarik, termasuk emiten bank BUMN.
Di sisi lain, status BUMN pada bank-bank tersebut menjadi nilai lebih untuk risk kelangsungan usaha (going concern).
"Saham emiten Bank BUMN memiliki likuiditas yang baik sehingga tidak hanya layak untuk holding periode yang panjang, namun aman juga untuk trading,” kata dia.
Untuk trading, Alfrd mengatakan investor perlu memperhatikan teknikal analis pergerakan sahamnya dan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Hal itu lantaran karena saham bank BUMN seperti BBRI, BMRI dan BBNI memiliki pergerakannya yang in line dengan market.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Ada Potensi Koreksi
Contoh, jika investor optimis dengan kondisi pasar saham, saham-saham dan sektor-sektor first liner seperti bank yaitu bank BUMN akan menjadi target penambahan dalam portofolio mereka.
"Untuk jangka panjang, selain valuasi yang masih murah faktor stabilitas performa dan resiliancy bisnis bisa menjadi pertimbangan dan kami melihat saham BBRI dan BMRI memenuhi kriteria valuasi yang masih murah, first liner (blue chip), resiliancy bisnis, dan potensi pertumbuhan yang besar untuk bisnis jasa keuangan,” ujar dia.
Senada, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan investor dapat melakukan pembalian saat terjadi koreksi. Ia menilai, saham-saham BUMN akan mengalami koreksi jangka pendek, sejalan dengan proyeksi IHSG terkini.
"Secara umum arah saham-saham BUMN ada potensi mengalami koreksi jangka pendek, sejalan juga dengan proyeksi pada IHSG. Oleh karena itu pelaku pasar bisa menunggu untuk nantinya melakukan buy on weakness ketika telah terjadi koreksi,” kata Ivan.
Kinerja Emiten Bank BUMN pada Semester I 2022
Sebelumnya, sejumlah emiten perbankan merilis laporan keuangan untuk periode enam bulan pertama tahun ini. Termasuk tiga bank pelat merah sudah menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tiga bank tersebut, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia atau BRI (BBRI), dan Bank Negara Indonesia atau BNI (BBNI). Secara garis besar, tiga bank BUMN itu mencatatkan kinerja mentereng pada semester I 2022.
Capain itu turut mendapat apresiasi dari Menteri BUMN, Erick Thohir. Dia menilai, kinerja bank-bank pelat merah pada paruh pertama tahun ini salah satunya ditopang oleh digitalisasi. Sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih efisien dan menghasilkan pertumbuhan laba yang signifikan. "Alhamdulillah berkat transformasi dan digitalisasi, bank-bank BUMN bisa bekerja lebih efektif dan efisien dengan hasilnya yang bisa kita saksikan bersama-sama saat ini," kata Erick, dikutip Kamis (4/8/2022).
Lebih lanjut, simak uraian kinerja bank-bank BUMN berikut:
- Laba
Secara konsolidasian, BRI memimpin dengan pertumbuhan laba tertinggi. Hingga Juni 2022, perseroan secara konsolidasian berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 24,88 triliun, tumbuh 98,38 persen year on year (yoy).
Disusul BNI yang mencatatkan laba mencapai Rp 8,8 triliun, atau tumbuh 75,1 persen yoy. Di posisi selanjutnya ada Bank Mandiri yang berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 20,2 triliun atau tumbuh 61,7 persen.
Advertisement
DPK hingga Aset
- Penyaluran Kredit
Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi pada paruh pertama tahun ini. Pada periode tersebut, pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi per kuartal II 2022 menembus Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22 persen.
Disusul BNI yang berhasil merealisasikan kredit sebesar Rp 620,42 triliun atau naik 8,9 persen yoy. Pada periode sama, grup BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75 persen yoy.
- Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) tertinggi juga dicatatkan oleh Bank Mandiri. Hingga Juni 2022 mencapai Rp 1.318,42 triliun, tumbuh 12,76 persen yoy. Pencapaian tersebut juga menjadikan Bank Mandiri dengan total DPK terbesar di industri perbankan Indonesia.
Selanjutnya BNI dengan pertumbuhan DPK sebesar 7 persen yoy mencapai Rp 691,84 triliun pada semester I 2022. Sementara BRI mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 3,7 persen menjadi 1.137 triliun
- Aset
Dari sisi aset, bukan hal baru jika Bank Mandiri menjadi juara. Hingga Juni 2022, aset Bank Mandiri secara konsolidasi mencapai Rp 1.786 triliun atau tumbuh 13 persen yoy. Aset BNI naik 8,15 persen yoy menjadi Rp 946,5 triliun. Kondisi yang sama juga dicatatkan BRI, di mana total aset meningkat 6,37 persen yoy menjadi Rp 1.652,84 triliun pada akhir Juni 2022.