Asosiasi Sebut Kripto dan Blockchain Masih Jadi Lahan Segar untuk Pemodal

Ada 160 investasi publik oleh VC kripto pada Juli dengan total pendanaan yang diraih mencapai USD 1,91 miliar.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 06 Agu 2022, 19:11 WIB
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Industri aset kripto dan blockchain masih menjadi fokus utama para investor modal ventura atau Venture capital (VC), meski market sedang lesu. 

Bitcoin sebagai aset kripto terbesar, turun hampir 70 persen dari level tertingginya pada akhir 2021. Dalam situasi ini, banyak VC menarik kembali investasi di sektor lain, aktivitasnya di startup kripto dan blockchain tetap sibuk seperti biasanya.

Menurut Dove Metrics, ada 160 investasi publik oleh VC kripto pada Juli dengan total pendanaan yang diraih mencapai USD 1,91 miliar atau sekitar Rp 28,4 triliun. 

JP Morgan mencatat sejauh ini pada 2022, investasi VC di industri kripto dan blockchain telah mencapai USD 18,3 miliar. Itu hampir tiga kali lipat jumlah yang diinvestasikan pada 2020.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan walau market aset kripto tengah bearish, minat pemodal untuk mendanai startup atau proyek blockchain masih tinggi. 

Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menentukan startup atau proyek kredibel dan memiliki fundamental yang kuat untuk diinvestasikan.

"Crypto winter tidak menumpulkan selera investasi venture capital. Saya melihat modal tersedia dan bisa digunakan untuk investasi di startup kripto atau blockchain lainnya. Namun, beberapa VC kini lebih selektif untuk menentukan startup atau proyek mana yang akan mereka danai," kata pria yang akrab disapa Manda, dalam siaran pers, Jumat, 5 Agustus 2022.

 

DisclaimerSetiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Investor Bakal Kalibrasi Ulang Fokus

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Menurut Manda, saat ini VC akan semakin fokus untuk melakukan due diligence yang ketat dalam membuat keputusan menggelontorkan dana mereka. Perubahan perilaku VC ini sedikit berpengaruh melihat kondisi market dan risiko ekosistem kripto dan blockchain yang masih pada masa tahap awal perkembangan.

Pergeseran fokus ini berbeda pada bulan dan tahun sebelumnya, satu atau lebih dana VC telah diinvestasikan dalam sebuah startup atau proyek yang biasanya cukup melihat perkembangan dari lonjakan nilai token kripto dalam ekosistemnya. Namun, saat ini tidak menjalankan metode seperti itu lagi.

"Saat ini VC harus lebih berhati-hati dalam melakukan pendanaan ke startup atau proyek kripto maupun blockchain,” jelas Manda.

Menurut Manda, banyak dari mereka telah melihat nilai investasi dan reputasi bisa anjlok, karena proyek yang mereka promosikan secara aktif mengalami kegagalan, seperti kasus Terra yang menghantam seluruh industri kripto.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Melirik Blockchain

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Tidak hanya VC, perusahaan besar atau institusi lainnya juga mulai mantap memasuki industri kripto dan blockchain. Terbaru BlackRock yang kini siap memberikan klien investor institusionalnya mereka akses ke investasi aset kripto.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa perusahaan besar yang sedang menjajaki pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang memiliki keunggulan transparansi, kecepatan transfer data, tingkat keamanan yang tinggi dan interoperabilitas.

"Saat ini ada beberapa perusahaan besar dari berbagai sektor, mulai industri hiburan, media hingga perbankan di Indonesia yang bersama kami melakukan pendekatan kerja sama untuk meningkatkan bisnis mereka melalui pemanfaatan blockchain,” ungkap Manda.

Jadi, meski market kripto secara khusus sedang lesu, teknologi backbone-nya, yaitu blockchain masih menjanjikan untuk jangka panjang. Ini seperti revolusi internet pada 1990-an lalu.


Survei: 54 Persen Investor Kripto Tak Jual Aset Selama Harga Anjlok

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya, menurut sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh platform penelitian intelijen konsumen CivicScience, sekitar 54 persen investor belum menjual cryptocurrency mereka selama beberapa bulan terakhir.

Dilansir dari UToday, Rabu (3/8/2022), adapun survei ini dilakukan terhadap lebih dari 1.000 pengunjung situs CivicScience yang dimulai pada 25 Juli hingga 26 Juli 2022. Namun, seperempat atau sekitar 26 persen investor cryptocurrency menjual hampir semua kepemilikan mereka. Kemudian 20 persen responden hanya menjual sejumlah kecil kripto.

Tidak mengherankan, ada korelasi langsung antara pendapatan seseorang dan kemampuan seseorang untuk memegang simpanan cryptocurrency. 

Para investor yang berpenghasilan lebih dari USD 150.000 atau sekitar Rp 2,2 miliar per tahun biasanya memiliki tingkat keyakinan yang tinggi, dengan sekitar 70 persen dari mereka tidak menjual apapun selama beberapa bulan terakhir. 

Sebaliknya, mayoritas dari mereka yang pendapatan tahunannya di bawah USD 50.000 memang menjual semua atau setidaknya sebagian dari kepemilikan mereka. Adapun menurut laporan CivicScience, 20 persen dari populasi umum telah berinvestasi dalam cryptocurrency.

Persentase mereka yang mengklaim volatilitas cryptocurrency memengaruhi keinginan mereka untuk berinvestasi dalam aset digital, seperti Bitcoin, Dogecoin, dan Ethereum, telah tumbuh dari 54 persen pada Januari menjadi 58 persen pada Juli. 

Ini menunjukkan kecelakaan baru-baru ini membuat cryptocurrency secara signifikan kurang menarik bagi investor yang menghindari risiko. Hanya seperlima investor percaya kripto belum mencapai puncak popularitasnya, yang sekali lagi ini menegaskan pasar sedang berada di pasar beruang.

Alasan utama mengapa investor ragu-ragu untuk mendapatkan eksposur ke kripto adalah kurangnya legitimasi yang dirasakan, menurut 30 persen responden. Responden juga enggan mencelupkan jarinya ke dalam kripto karena tidak memahaminya. Beberapa juga khawatir tentang volatilitas ekstremnya.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya