Liputan6.com, Jakarta - Pauline Hanson, seorang senator Australia membuat sensasi. Ia membuat klaim tak berdasar soal penyebaran sapi di Bali saat berbicara di parlemen. Pernyataan itu dilontarkannya menanggapi antisipasi penyebaran wabah PMK di Australia.
"Bali berbeda dengan negara lain, karena sapi berkeliaran di jalanan, kotoran sapi bertebaran, dan orang-orang menginjak kotoran itu," kata senator One Nation itu, dikutip dari laman new.com.au, Sabtu (6/8/2022).
Baca Juga
Advertisement
"Kotoran itu kemudian menempel di pakaian dan tubuh mereka (turis Australia), dan orang itu kembali ke negara ini," imbuhnya.
Pernyataan itu kemudian ditanggapi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Ia menegaskan bahwa pernyataan Hanson tidak berdasarkan fakta. Ia mengingatkan senator One Nation itu untuk tidak pernah menghina Bali.
"Bali kini sudah bangkit dan lapangan kerja sudah kembali tercipta. Jangan ganggu ketenangan, apalagi kepulihan ekonomi kami dengan ucapan yang tidak benar," demikian pernyataan Sandiaga dalam akun Instagram pribadinya.
Ia juga menyindir Hanson yang menyebut Bali sebagai sebuah negara. Padahal, Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia.
"Pasti dulunya bukan anak IPS. Lain kali dicek dulu ya di mbah google. Matur suksma.. #itstimeforbali," sambung dia.
Ia juga berterima kasih pada Damian Hoo, influencer asal Australia, yang membuat video untuk mematahkan pernyataan senator tersebut. Di dalam video, Hoo membuktikan bahwa sapi tidak dibiarkan berkeliaran bebas, tetapi ditaruh di tanah berpagar dan tidak membuang kotoran sembarangan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Politisasi Masalah
Pejabat Departemen Pertanian memperingatkan agar Koalisi dan One Nation agar tidak terus mempolitisasi isu tersebut. Mereka dianggap berusaha mempermalukan Menteri Pertanian Australia Murray Watt dengan klaim menyesatkan terkait keset sanitasi di bandara dan vaksin untuk mengatasi wabah PMK.
"Sangat mengecewakan bahwa One Nation dan senator koalisi terus mempolitisasi isu ini, meski industri berulangkali meminta mereka menghentikan ini...politisasi mereka ata masalah ini," ujar Watt kepada majelis.
Watt mengonfirmasi akan membentuk gugus tugas yang berfokus pada proses antisipasi atas potensi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Para ahli menyatakan risiko serangan virus di Australia sekitar 11 persen, tetapi dia mengingatkan angka itu bisa lebih tinggi.
"Kami telah belajar dari wabah Covid-19 dan kekurangsiapan pemerintah sebelumnya dalam merespons hal itu. Kami bertekad tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan yang diperbuat mereka sebelumnya," ucap Watt.
"Adalah bijaksana untuk memastikan bahwa kita siap sekarang."
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Perketat Pengawasan
Otoritas Australia telah bersiaga sejak penyakit menular itu pertama kali terdeteksi di Bali bulan lalu. Regulasi biosekuriti diperketat untuk mencegah wabah PMK masuk ke Australia. Salah satunya dengan menerapkan denda sebesar 2.664 dolar Australia atau sekitar Rp27,8 juta bagi penumpang pesawat yang tiba di Australia tanpa mendeklarasikan produk berisiko di form imigrasi.
Salah satu yang mengalami konsekuensi itu adalah seorang penumpang pesawat yang bepergian dari Bali ke Australia. Ia membawa dua McMuffin berisi telur dan sosis sapi, serta croissant ham, di dalam kopernya tanpa mendeklarasikannya kepada pihak bea cukai begitu tiba di Bandara Darwin, Northern Territory, pada pekan lalu.
Pihak Departemen Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia mengatakan, 'berbagai produk berisiko yang tidak dideklarasikan', termasuk makanan cepat saji, terdeteksi di ransel penumpang oleh anjing pendeteksi biosekuriti bernama Zinta.
"Ini akan menjadi makanan McD paling mahal yang pernah dibeli penumpang itu," ujar Murray Watt, Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, dalam sebuah pernyataan.
Denda itu bernilai dua kali lipat dari harga tiket pesawat ke Bali. "Tapi, aku tak bersimpati pada orang-orang yang memilih tidak mematuhi aturan biosekuriti ketat Australia, dan deteksi terbaru menunjukkan bahwa Anda akan tertangkap," ia menambahkan.
Pengetatan ke Kebun Binatang
Kekhawatiran atas masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) ke Australia membuat pihak pengelola kebun binatang di Victoria mengeluarkan aturan pembatasan. Mengutip ABC Australia, Minggu, 31 Juli 2022, kontak dengan binatang seperti jerapah, kanguru dan gajah akan dibatasi bagi pengunjung ke kebun binatang di negara bagian Victoria di Australia termasuk Melbourne.
Zoos Victoria, lembaga yang mengurus beberapa kebun binatang di negara bagian Victoria seperti 'Melbourne Zoo', 'Werribee Zoo' serta 'Healesville Sanctuary' mengirimkan pesan agar mereka menutup jalan pengunjung menuju kandang gajah. Keputusan ini menurut mereka diambil setelah melewati pertimbangan untuk mengurangi risiko terhadap binatang yang melakukan "kontak dengan tanah yang bisa dibawa oleh pengunjung masuk ke kebun binatang."
Tempat bagi jerapah, kanguru dan gajah, yang sebelumnya pengunjung bisa berada di dekat hewan-hewan tersebut, sekarang akan ditutup sementara.
"Kami sudah memantau serius mengenai wabah tersebut dan memutuskan untuk memberi perlindungan lebih besar bagi hewan yang kami miliki," kata Direktur Eksekutif Zoos Victoria Jenny Gray kepada ABC. "Kami memiliki sejumlah binatang yang harus kami lindungi."
Dr Gray mengatakan binatang berkuku keras seperti jerapah, antelop, gajah atau babi sangat rentan. Mereka juga menutup akses pengunjung ke kandang seperti kanguru, walabie dan spesies asli Australia lainnya.
Zoos Victoria juga meminta siapa saja yang memiliki hewan ternak, kecuali kuda, untuk tidak mengunjungi kebun binatang. Siapa saja yang baru kembali dari Indonesia juga diminta untuk menunggu setidaknya 48 jam sebelum mengunjungi kebun binatang.
Advertisement