BNI Tebar Saham kepada Manajemen Senilai Rp 13,18 Miliar

Perubahan kepemilikan saham ini manajemen BNI ini dalam rangka pelaksanaan peraturan OJK terkait penerapan tata kelola dalam pemberian remunerasi bagi bank umum.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Agu 2022, 10:36 WIB
Gedung BNI (Dok: BNI)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI mengumumkan perubahan kepemilikan saham anggota direksi dan komisaris. Terdapat total 2.540.865 lembar saham yang ditransaksikan dengan harga Rp 5.187 per lembar, atau seluruhnya senilai Rp 13,18 miliar.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (6/8/2022), perubahan kepemilikan ini dalam rangka pelaksanaan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 45/POJK.03/2015 tentang penerapan tata kelola dalam pemberian remunerasi bagi bank umum.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar memperoleh porsi paling banyak yakni 235.955 lembar saham senilai Rp 1,22 miliar. Sehingga kepemilikannya menjadi 399.539 lembar saham atau 0,0021425 persen dari sebelumnya 163.584 lembar saham atau 0,0008772 persen.

Disusul Wakil Direktur Utama, Adi Sulistyowati yang menerima 212.359 lembar saham senilai Rp 1,1 miliar. Sehingga ia kini genggam 1.219.732 lembar saham atau 0,0065406 persen dari sebelumnya 1,007.373 lembar saham atau 0,0054019 persen.

Anggota Direksi lainnya menerima masing-masing 200.561 lembar saham atau senilai Rp 1,04 miliar. Di antaranya termasuk Direktur Keuangan, Novita Widya Anggraini yang kini genggam 339.607 lembar saham atau 0,0018211 persen dari sebelumnya 139.046 lembar saham atau 0,0007456 persen.

Lalu Direktur Bisnis Konsumer, Corina Leyla Karnalies dengan kepemilikan menjadi 565.602 lembar saham atau 0,0030329 persen dari sebelumnya 365.041 lembar saham atau 0,0019575 persen.

Direktur IT & Operasi, YB Hariantono yang kini miliki 565.558 lembar saham atau 0,0030327 persen saham perusahaan dari sebelumnya 364.997 lembar saham atau 0,0019572 persen. Kemudian, Direktur Hubungan Kelembagaan, Sis Apik Wijayanto kepemilikannya menjadi 655.558 lembar saham atau 0,0035153 persen dari sebelumnya 454.997 lembar saham atau 0,0024398 persen.

Direktur Manajemen Risiko, David Pirzada menjadi 305.607 lembar saham atau 0,0016388 persen dari sebelumnya 105.046 lembar saham atau 0,0005633 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perubahan Kepemilikan Saham

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). (Foto BNI)

Direktur Treasury & International, Henry Panjaitan menjadi 350.451 lembar saham atau 0,0018792 persen dari sebelumnya 149.890 lembar saham atau 0,0008038 persen.

Direktur Bisnis UMKM, Muhammad lqbal menjadi 339.607 lembar saham atau 0,0018211 persen dari sebelumnya 139.046 lembar saham atau 0,0007456 persen.

Selanjutnya, Direktur Corporate Banking, Silvano Winston Rumantir yang kini genggam 339.607 lembar saham atau 0,0018211 persen dari sebelumnya 139.046 lembar saham atau 0,0007456 persen.

Kemudian Direktur Layanan & Jaringan, Ronny Venir menjadi 645.413 lembar saham atau 0,0034609 persen dari sebelumnya 444.852 lembar saham atau 0,0023854 persen. Sementara dari jajaran Komisaris masing-masing menerima 95.834 lembar saham atau senilai Rp 497,09 juta.

Di antaranya Ratih Nurdiati yang kini memiliki 394.834 lembar saham atau 0,0021172 persen dari sebelumnya 299.000 lembar saham atau 0,0016033 persen.

Lalu Askolani dengan kepemilikan 340.063 lembar saham atau 0,0018235 persen dari sebelumnya 244.205 lembar saham atau 0,0013095 persen, dan Susyanto yang kini genggam 252.817 lembar saham atau 0,0013557 persen dari sebeumnya 156.959 lembar saham atau 0,0008417 persen.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kinerja Semester I 2022

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (BBNI) membukukan tren kinerja solid pada semester I 2022. Laba bersih BNI semester I 2022 ini tercatat mencapai Rp 8,8 triliun, atau tumbuh 75,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjabarkan, pada periode tersebut, perseroan mencatatkan net interest margin yang stabil di kisaran 4,7 persen. Pencapaian non-interest income pada semester I 2022 mencapai Rp 7,6 triliun atau naik 11,0 persen yoy.

“Kami sangat bersyukur dengan pencapaian kinerja sampai dengan pertengahan tahun ini. Kinerja fungsi intermediasi semakin kuat seiring dengan tren pemulihan ekonomi,” kata dia dalam paparan kinerja perseroan, Jumat (29/7/2022).

Penyaluran kredit pada semester pertama 2022 tercatat Rp 620,42 triliun atau naik 8,9 persen yoy. Salah satu program yang patut diperhitungkan sebagai pendorong realisasi kredit terutama di segmen kecil dan menengah adalah Program BNI Xpora.

“Selama semester I 2022 saja, BNI Xpora telah berhasil melakukan penyaluran kredit senilai Rp 7,2 triliun. Bahkan hingga Juni 2022, penyaluran kredit kepada debitur UMKM yang berorientasi ekspor telah mencapai Rp 22,1 triliun dengan jumlah debitur mencapai 39.000 debitur,” imbuh Royke.

Kinerja penghimpunan dana masyarakat juga tetap kuat dengan nilai dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 691,84 triliun, naik 7,0 persen yoy.

DPK tersebut didominasi oleh dana murah (CASA), yang mencapai 69,2 persen dari total DPK terhimpun. Penyumbang terbesar CASA adalah nasabah tabungan yang aktif bertransaksi melalui aplikasi BNI Mobile Banking dan giro dari nasabah pengguna cash management services pada BNI Direct.


Kredit

Gedung BNI (Dok: BNI)

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menambahkan, BNI mampu mendorong kinerja fungsi intermediasi semakin kuat pada kuartal kedua 2022. Kredit di segmen korporasi masih menjadi motor akselerasi kredit BNI.

"Selama kuartal kedua 2022 ini, BNI menyalurkan pencairan kredit Rp 74,3 triliun, lebih tinggi dibandingkan di kuartal kedua 2021 yang mencapai Rp 59,3 triliun. Pencairan kredit di kuartal kedua 2022 ini utamanya disalurkan kepada top tier debitur korporasi,” kata dia.

Akselerasi penyaluran kredit ini menjadikan pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 14,7 persen yoy menjadi Rp 205,3 triliun. Lalu segmen large commercial yang tumbuh 31,2 persen yoy menjadi Rp 48,5 triliun, segmen small juga tumbuh 10,2 persen yoy dengan nilai kredit Rp 100,2 triliun.

Secara keseluruhan kredit di sektor business banking tumbuh 7,7 persen yoy menjadi Rp 512,3 triliun.

"Sektor ekonomi yang dibidik di segmen business banking adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, transportasi dan pergudangan, serta telekomunikasi. BNI juga masuk pada sektor ekonomi hijau seperti energi baru dan terbarukan,” kata dia.


Kredit Konsumer

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dari sisi kredit konsumer, BNI mampu mencetak kinerja positif di bisnis kredit payroll dengan pertumbuhan 19,6 persen yoy menjadi Rp 39,1 triliun dan kredit pemilikan rumah yang tumbuh 7,6 persen yoy menjadi Rp 51,2 triliun.

"Dengan brand consumer banking BNI yang semakin kuat, BNI mampu meningkatkan daya saing, sambil meluncurkan berbagai inovasi guna meningkatkan daya tarik produk konsumer dalam berkompetisi dengan peers,” beber Novita.

Novita meyakini, ruang untuk ekspansi BNI masih sangat terbuka yang ditunjukkan dari loan to deposit ratio (LDR) yang berada pada posisi 90,1 persen. Di sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada pada posisi kuat 18,42 persen.

Peningkatan kinerja yang baik tersebut diiringi oleh penguatan kualitas aset perusahaan yang ditopang berbagai faktor, perbaikan Loan at Risk (LaR) ke posisi 19,6 persen (termasuk kredit restrukturisasi karena Covid-19), dan non-performing loan (NPL) yang menurun ke level 3,2 persen. Cost Of Fund atau Biaya Dana semakin efisien di level 1,4 persen, serta Net Interest Margin stabil di 4,7 persen.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya