Liputan6.com, Jakarta Cacar monyet atau monkeypox merupakan penyakit yang sudah muncul sejak tahun 1958. Bahkan pada tahun 1970, cacar monyet sempat menjadi endemi di Afrika Barat dan Afrika Tengah.
Namun, beberapa orang mungkin masih asing dan jauh lebih mengenal soal cacar air dibandingkan cacar monyet. Pada kasus cacar air, ada kemungkinan manusia dapat terinfeksi kembali untuk kedua kalinya meski jarang terjadi.
Advertisement
Lalu, bagaimanakah dengan cacar monyet? Bisakah seseorang yang pernah terkena cacar monyet terinfeksi kembali untuk kedua kalinya?
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Cacar Monyet Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Hanny Nilasari, SpKK mengungkapkan bahwa infeksi pada cacar monyet pada dasarnya sama seperti infeksi pada virus-virus lainnya.
"Apabila seseorang terkena infeksi virus, pada saat itu tentunya ada gejala dan kemudian tubuh akan membentuk suatu antibodi. Jadi kalau pertanyaannya, apakah ada kemungkinan bisa tertular kembali? Itu masih bisa," ujar Hanny dalam virtual media group interview IDI ditulis Sabtu, (6/8/2022).
"Tapi tubuh tentunya mempunyai antibodi untuk masa waktu tertentu. Sehingga tubuh akan terlindungi. Terkecuali pasien tersebut mempunyai kondisi immunocompromised atau defisiensi imun tubuh" tambahnya.
Pada orang dengan immunocompromised, daya tahan tubuh akan sangat lemah. Sehingga ada kemungkinan sebuah virus dapat menginfeksi tubuh secara berulang-ulang.
Dalam kesempatan yang sama, Hanny mengungkapkan bahwa masa inkubasi virus cacar monyet akan memakan waktu selama satu sampai empat minggu. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan daya tahan tubuh seseorang.
Masa Inkubasi Virus Cacar Monyet
Hanny menjelaskan, masa inkubasi merupakan masa virus sudah masuk ke dalam tubuh manusia hingga akhirnya muncul gejala pada pasien.
"Memang masa inkubasinya (cacar monyet) bisa satu sampai empat minggu. Mengapa lama? Ini tergantung dari daya tahan tubuh manusia. Kalau misalnya daya tahan tubuhnya kuat, biasanya dia hanya dalam beberapa minggu sudah ada respons," ujar Hanny.
"Tapi kalau misalnya dia daya tahan tubuhnya lemah, dia justru menimbulkan waktu masa inkubasi yang agak panjang," tambahnya.
Lebih lanjut Hanny mengungkapkan bahwa gejala yang paling banyak dilaporkan pada pasien cacar monyet adalah demam, sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, dan kelainan di kulit.
"Jadi ada lima yang paling dominan kalau misalnya kita ingin menduga bahwa ini monkeypox. Bagaimana membedakannya dengan infeksi virus lainnya seperti varicella atau cacar air? Kalau cacar air umumnya menjelang anak-anak," kata Hanny.
Advertisement
Gejala Cacar Monyet
Hanny mengungkapkan bahwa gejala demam yang muncul pada cacar air juga biasanya tidak terlalu tinggi dan lesi pada kulit dalam bentuk yang berbeda-beda dapat ditemukan dalam satu periode waktu yang sama.
Sedangkan pada cacar monyet, lesi biasanya akan muncul dengan bentuk yang sama sepanjang pasien terinfeksi.
Menurut Hanny, cacar monyet juga umumnya menyerang bagian wajah pasien, diikuti dengan munculnya gejala di batang tubuh seperti lengan, perut, badan, punggung, dan telapak tangan.
"Jadi bisa jadi ada di telapak tangan dan mukosa, di sekitar mata, mulut, atau bahkan di dalam mulut, dan di sekitar anus atau area genital lain. Masih mungkin ada di area-area tertentu," kata Hanny.
Hingga saat ini, vaksin cacar monyet juga belum tersedia di Indonesia. Namun sudah terdapat dua jenis vaksin yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.
Vaksin Cacar Monyet Belum Dapat Restu BPOM
Dalam kesempatan berbeda, Hanny mengungkapkan bahwa permintaan terkait vaksin cacar monyet sebenarnya sudah sempat diterima olehnya. Namun persetujuan terkait vaksin cacar monyet belum mendapatkan restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
"Sudah ada dua orang yang japri saya, karena memang saya juga dibidang infeksi menular seksual. Ada yang menanyakan vaksinasi. Jadi mereka inginya secara preventif untuk melakukan vaksinasi, karena mereka merasa bahwa mereka adalah populasi sangat berisiko," ujar Hanny dalam virtual media briefing Monkeypox bersama PB IDI pada Selasa, 2 Agustus 2022.
"Vaksin untuk monkeypox ini memang belum di approve oleh BPOM meskipun sudah ada dua vaksin yang menjadi rekomendasi CDC atau WHO," kata Hanny.
Sehingga menurut Hanny, upaya yang bisa dilakukan saat ini hanyalah dengan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada masyarakat terkait cacar monyet. Terutama pada populasi khusus yang masuk kategori berisiko.
"Menjaga juga supaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tetap dan menjaga imunitas karena virus ini tidak mudah menular. Tapi kalau kita mempunyai imunitas yang rendah tentunya daya penularan menjadi lebih tinggi," ujar Hanny.
Advertisement