Liputan6.com, Jakarta World Breastfeeding Week selalu diperingati mulai dari tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya di 170 negara termasuk Indonesia. Dalam momentum kali ini, salah satu yang menjadi pembahasannya adalah menyusui untuk ibu penyintas kanker payudara.
Kanker payudara sendiri menjadi kanker yang paling banyak terjadi pada perempuan Indonesia. Berdasarkan data Global Cancer Observatory tahun 2020, jumlah pasien kanker payudara di Tanah Air mencapai 68.858 kasus.
Advertisement
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa saat seorang ibu mengalami kanker payudara, maka sulit baginya untuk dapat menyusui saat memiliki bayi. Padahal nyatanya, tak selalu begitu lho.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Naomi Esthernita F Dewanto, SpAK mengungkapkan bahwa menyusui untuk ibu penyintas kanker payudara tetap dapat dilakukan dan bergantung pada bagian mana di payudara ibu yang terkena kanker.
"Kalau dia tumor, tergantung operasinya di sekitar mana. Kalau mengenai areola dan pusat-pusat ASInya itu terkena, mungkin ada pengaruhnya," ujar Naomi dalam seminar media World Breastfeeding Week bersama IDAI pada Sabtu, (6/8/2022).
"Tetapi saya punya pengalaman, ada satu pasien dengan kanker payudara yang sebelah sudah dimastektomi, dengan satu payudara saja dia bisa menyusui eksklusif. Jadi tergantung bagaimana kita men-support dan me-manage," tambahnya.
Sehingga menurut Naomi, bila memang pasien sudah melakukan operasi dan check up satu payudara yang tersisa, masih kemungkinan untuk yang bersangkutan tetap menyusui dan memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Pentingnya Dukungan Orang Sekitar
Dalam proses menyusui, dukungan dari orang-orang sekitar ibu menjadi sangat penting, termasuk suami sekaligus ayah. Hal tersebut juga bisa berlaku dalam hal ibu penyintas kanker payudara.
"Suami, ayah, itu penting banget support yang paling dekat sama ibu. Jadi dia harus benar-benar mengerti. Bapak itu juga terkadang kita harus ajarin," ujar Naomi.
Terutama bila istri memiliki semangat yang tinggi untuk memberikan ASI, maka menurut Naomi, suami maupun anggota keluarga lainnya seperti ibu dan mertua juga sebaiknya mendukung.
"Kalau istrinya mungkin lagi semangat-semangatnya menyusui, terus anaknya nangis karena enggak pas posisinya. Nah si ayah jangan ikut-ikutan, biasanya juga mertua suka 'Sudah-sudah ASI-nya enggak ada, kasih formula saja'. Nah sebaiknya suami jangan begitu," kata Naomi.
"Dia harusnya benar-benar men-support, mengerti bahwa ini baru awal-awal (menyusui). Jadi dia harus bantu supaya si istri enggak stres," tambahnya.
Advertisement
Peran Suami Agar Istri Tidak Stres Menyusui
Lebih lanjut Hanny mengungkapkan bahwa suami juga dapat membantu istri dalam hal lain. Apabila memiliki anak dengan usia lebih tua, maka suami pun dapat membantu mengurus anak yang lebih tua.
"Kalau dia punya anak yang lebih besar, mungkin suaminya bisa bantu urus anak yang pertama, ganti popok si bayi. Jadi ibu merasa diperhatikan oleh suami dan didukung mentally support-nya dengan tindakan nyata," ujar Naomi.
Selain itu, suami juga dapat melakukan bantuan lewat memberikan pijat oksitosin sebelum ibu menyusui. Pijat oksitosin dapat dilakukan dengan memijat area tulang belakang yang dapat membantu ibu menjadi lebih rileks sehingga dapat melancarkan produksi ASI.
Jenis pijatan satu ini dianggap bisa efektif bila dilakukan secara rutin dan penuh kasih sayang. Sehingga istri pun bisa merasa diperhatikan mulai dari mental hingga fisiknya.
"Ada pijat oksitosin. Jadi sebelum menyusui, suaminya suruh pijat. Supaya oksitosinnya keluar. Wah, keren," kata Naomi.
Menyusui Dapat Cegah Kematian pada Ibu
Dalam kesempatan yang sama, Naomi mengungkapkan bahwa menyusui juga dapat mencegah 20.000 kematian pada ibu setiap tahunnya. Hal tersebut lantaran memberikan ASI dipercayai dapat menurunkan berbagai penyakit.
"Pada kasus-kasus pendarahan, dengan menyusui itu bisa mengurangi kontraksi risiko pendarahan. Jadi banyak hal-hal yang dapat dicegah dengan pemberian ASI. Risiko-risiko kanker, obesitas, diabetes itu akan berkurang pada ibu yang memberikan ASI," ujar Naomi.
Terlebih menurut Naomi, risiko depresi pasca melahirkan juga bisa menurun jika ibu dapat menyusui dengan baik, yang mana secara tidak langsung dapat berhubungan dengan angka bunuh diri pada ibu.
"Kalau dia bisa menyusui dengan baik dapat mengurangi angka depresi. Itu semua punya peran yang sangat penting. Sekarang banyak sekali peristiwa yang kita harus melihat dari segala faktor," kata Naomi.
Advertisement