Hari Keantariksaan Nasional, BRIN Ajak Masyarakat Padamkan Lampu 1 Jam untuk Nikmati Langit Malam

Lewat kampanye #MalamLangitGelap, BRIN melalui media sosialnya mengajak masyarakat mematikan lampu luar dari pukul 20.00 hingga 21.00 dalam rangka peringatan Hari Keantariksaan Nasional.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 06 Agu 2022, 15:12 WIB
Ilustrasi bintang di langit. (Bola.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Hari Keantariksaan Nasional pada hari ini, Sabtu (6/8/2022), BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) mengajak masyarakat untuk ikut memperingatinya dengan cara mematikan lampu selama satu jam.

Lewat kampanye #MalamLangitGelap, BRIN melalui media sosialnya mengajak masyarakat mematikan lampu luar dari pukul 20.00 hingga 21.00. Dengan mematikan lampu, BRIN ingin agar masyarakat bisa menikmati keindahan langit malam ini.

"Yuk #KawanBRIN kita nikmati keindahan langit malam ini pada pukul 20.00 s.d 21.00," tulis BRIN dalam unggahannya. Masyarakat juga diajak untuk mengunggah kegiatan ini di media sosial mereka dan membagikannya dengan BRIN.

Untuk diketahui, 6 Agustus dipilih sebagai Hari Keantariksaan Nasional untuk memperingati disahkannyua UUN Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. UU itu telah menjadi payung hukum segala kegiatan keantariksaan di Indonesia.

"Dengan adanya Undang-Undang Keantariksaan, seluruh kegiatan pengembangan sains dan teknologi antariksa di Indonesia memiliki pondasi yang kuat," tulis Pusat Antariksa BRIN seperti dikutip dari akun media sosialnya.

Selain itu, peringatan Hari Keantariksaan Nasional ini juga dimaksudkan untuk membangun kesadaran publik dan semua pihak terkait di Indonesia mengenai pentingnya pengembangan sains sekaligus teknologi antariksa.

Dijelaskan, dengan mematikan lampu, masyarakat bisa mengurangi polusi cahaya di malam hari. Sebab, polusi cahaya tidak hanya memengaruhi keindahan langit malam, tapi juga berdampak pada kesehatan, lingkungan hidup, bahkan budaya.

"Pendahulu kita, bahkan sampai sekarang, banyak memanfaatkan langit malam untuk beraktivitas. Katakanlah untuk keperluas navigasi dan penanggalan," tulis akun tersebut menjelaskan lebih lanjut.

Untuk itu, kampanye #MalamLangitGelap diharapkan bisa menjadi cara masyarakat Indonesia untuk menjaga keindahan langit malam. Kampanye ini bukan kali pertama diadakan, sebab tahun lalu badan yang bernama LAPAN ini juga menggelar kampanye serupa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sempat Melewati Malaysia, Sampah Antariksa RRT Jatuh di Samudera Hindia

Ilustrasi sampah antariksa di orbit Bumi (NASA)

Di sisi lain, sampah antariksa CZ5B atau sisa roket Long March 5B milik Tiongkok jatuh tidak terkendali memasuki atmosfer Bumi, dan melintasi wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat.

“Sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa RRT (Republik Rakyat Tiongkok) diprakirakan jatuh malam ini, 30-31 Juli 2022,” tulis pesan singkat Peneliti Senior BRIN, Thomas Djamaludin ke Humas BRIN, Sabtu (30/7).

Dengan ketinggian sekitar 120km, terpantau sampah antariksa RRT ini melintasi wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat, dan saat ini sudah jatuh di lautan.

“Alhamdulillah, bekas roket peluncuran RRT CZ5B berbobot sekitar 20 ton berukuran 30 meter telah terkonfirmasi atmospheric re-entry di Samudera Hindia tadi malam, 30 Juli 2022, pk 23.45 WIB,” demikian informasi terbaru dari Thomas.

Dia juga mengatakan, sampah tersebut tidak berbahaya bagi biota laut di Samudera Hindia. Ia menerangkan, data orbit dari pemantauan space-track.org menunjukkan titik jatuh di barat daya Indonesia.

“Namun bisa jadi ada pecahannya tersebar sepanjang lintasan terakhir, orbitnya melintasi Sumatera bagian selatan."

"Bila ada penduduk yang melihat objek langit jatuh sekitar pukul 23.45 WIB segera melaporkan ke Pusat Riset Antariksa BRIN melalui email prantariksa@brin.go.id,” imbaunya.


Sempat Diduga Jatuh di Sekitar Selatan Filipina

Roket Long March 5B membawa modul inti Stasiun Luar Angkasa Tianhe lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, Rabu (29/4/2021). China terlambat memulai dalam hal eksplorasi ruang angkasa. (STR/AFP)

Menurut Kepala Pusat Riset Antariksa, Emanuel Sungging Mumpuni, sampah antariksa yang mengalami atmospheric re-entry tersebut akan jatuh di sekitar wilayah selatan Filipina, dan berada pada ketinggian 10 km di atas wilayah Sarawak Malaysia (Panah Merah).

Sungging mengatakan, proses benda jatuh antariksa ini juga berhasil direkam oleh pengamat di Lampung melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL).

Di wilayah Malaysia, juga terpantau serpihan roket sama. "Serpihan roket berkenaan telah terbakar semasa memasuki ruang udara bumi," demikian informasi resmi dari Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) melalui maklumat tertulis Agensi Angkasa Malaysia (MYSA), pada 31 Juli 2022.

"Pergerakan serpihan yang terbakar berkenaan turut melintasi ruang udara Malaysia, serta dapat dikesan di beberapa kawasan termasuk melintasi ruang udara sekitar negeri Sarawak," ujar mereka.

Fenomena ini turut dibuktikan dengan kesaksian dari masyarakat di wilayah Malaysia yang berhasil merekam fenomena tersebut dari perangkat seluler mereka dan menjadi viral.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Bahaya Sampah Antariksa Mengancam Manusia dan Bumi

Sampah antariksa. (Photo by Bill INGALLS / NASA / AFP)

Sebagai informasi, sampah antariksa dapat didefinisikan sebagai objek yang sengaja ditinggalkan di orbit Bumi atau pun hasil dari tubrukan dua objek ketika ada misi luar angkasa.

Karena saking banyaknya jumlah dan beragam bentuk ukuran sampah antariksa yang mengorbit di atas Bumi, setiap penerbangan ke luar angkasa saat ini hingga masa mendatang semakin berbahaya setiap misinya.

Adapun sampah antariksa ini mulai menumpuk di orbit setelah manusia memulai percobaan untuk terbang ke luar angkasa, dan mulai mengirim satelit ke orbit pada akhir 1950-an.

Alih-alih kembali ke Bumi, kebanyakan satelit yang sudah mati atau rusak sengaja ditinggal di luar angkasa sehingga berpotensi memicu tabrakan dengan meteor atau puing-puing buatan manusia lainnya.

Seperti yang dapat kamu bayangkan, sampah antariksa tidak terbang begitu saja ke luar angkasa setelah ditabrak. Mereka akan terjebak di orbit terdekat karena gravitasi, atau turun ke Bumi.

(Dam/Isk)


Infografis Sampah Antariksa dan Potensi Bahaya Masa Depan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Infografis Sampah Antariksa dan Potensi Bahaya Masa Depan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya