Wisata Bouwplan, Penataan Pedestrian ala Tata Kota Malang Masa Kolonial

Pedestrian bakal ditata dan dilengkapi berbagai sarana dalam kemasan wisata bouwplan atau sejarah tahapan tata Kota Malang pada masa kolonial Hindia Belanda

oleh Zainul Arifin diperbarui 07 Agu 2022, 22:00 WIB
Pemkot bakal membongkar pagar Alun-alun Tugu Malang lalu diperlebar pedestriannya. Penataan itu bagian dari rencana penataan pedestrian dengan konsep wisata bouwplan atau rencana tata Kota Malang pada masa kolonial Hindia Belanda (Liputan6.com/Zainul Arifin) 

Liputan6.com, Malang - Pemerintah Kota Malang terus berusaha memoles wajah kotanya. Terbaru, ada gagasan wisata bouwplan atau penataan kawasan kota. Berupa pembenahan pedestrian yang saling terhubung antar beberapa kawasan.

Bouwplan merupakan 8 tahap perencanaan Kota Malang periode 1914-1940 masa kolonial. Dirancang Herman Thomas Karsten, arsitek asal Belanda. Konsep perencanaannya memanfaatkan gunung-gunung di sekelilingnya serta Sungai Brantas yang membelah kota.

Membuat kota ini sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial terbaik di Hindia Belanda pada jamannya. Sisa-sisa tata kota itu seperti jaringan jalan dan taman kota yang masih bisa dilihat sekarang ini.

Sedangkan gagasan pemkot tentang wisata bouwplan berupa penataan pedestrian terhubung antar kawasan merujuk pada sejarah itu. Penataan menyerupai proyek penataan Kayutangan Heritage yang dikerjakan sejak 2019 sampai sekarang ini dengan anggaran puluhan miliar rupiah.

“Kalau kita punya konsep wisata bouwplan kan asyik. Berupa penataan kawasan mirip di kayutangan herigate,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang, Diah Ayu Kusuma Dewi.

Ide awal wisata bouwplan itu, lanjut dia, karena melihat Kota Batu memiliki wisata alam dan Kabupaten Malang kaya dengan wisata pantai. Sedangkan kota Malang berkembang sebagai kota jasa, perdagangan, kuliner dan lainnya.

“Maka sayang kalau orang ke kota ini hanya untuk itu tapi tak melihat kotanya,” kata Diah Ayu.

Karena Kota Malang punya sejarah tahapan perencanaan tata kota pada masa kolonial, maka itu yang akan dijadikan daya tarik wisata. Pedestrian di sejumlah kawasan akan ditata serta dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang layaknya Kayutangan sekarang ini.

Rencananya pedestrian di sejumlah kawasan Kota Malang bakal diperlebar lagi jadi 4,5 meter. Lalu ada delienasi atau penggambaran kawasan di beberapa titik yang menyediakan informasi wisata dan sejarah tiap tahapan bouwplan pada masa Belanda.

“Ini masih rencana, perlu dibuatkan masterplan dulu. Dikaji delienasinya mana, bangunan yang bisa untuk spot foto dan lainnya. Nanti dilaksanakan secara bertahap,” ujar Diah Ayu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 


Wisata Nostalgia

Batu andesit di depan Monumen Chairil Anwar zona III Kayutangan Heritage Malang yang dibangun pada 2019 silam akan dibongkar ulang diganti yang baru pada tahun ini (Liputan6.com/Zainul Arifin) 

Diah Ayu menyatakan konsep tata kota rancangan masa kolonial Belanda sudah tidak mungkin lagi bisa diadopsi. Sebab Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang sekarang sudah mengikuti perkembangan jaman.

“Kalau (wisata bouwplan) sekarang agar orang punya memori, nostalgia. Kota-kota lain punya sejarah kota lama, tapi kita tak punya. Maka sejarahnya yang bisa jadi wisata,” ucapnya.

Selain pembenahan pedestrian Kayutangan Heritage, salah satu tahap realisasi wisata bouwplan tahun ini adalah membongkar Alun-alun Tugu Malang. Agar pedestriannya bisa diperlebar jadi sekitar 4,5 meter. Pemugaran Tugu Malang itu ditaksir menelan anggaran Rp 4,5 miliar.

“Dilaksanakan setelah perubahan APBD tahun ini dan ditarget selesai pada Desember tahun ini,” ucap Diah Ayu.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, mengatakan wisata bouwplan merupakan wisata heritage yang menceritakan tentang klaster-klaster pembangunan Kota Malang pada masa lampau.

“Kami akan bekerjasama dengan himpunan pramuwisata, agar bisa memandu wisatawan yang berminat jelajah ke tempat mana saja dan menceritakan sejarahnya,” kata Ida Ayu.

Ia mencontohkan, penataan zona tiga Kayutangan Herigate yang telah selesai dikerjakan. Maka sejarah tahapan penataan kawasan itu bisa diceritakan ke wisatawan, bagaimana kondisi dahulu masa kolonial dan perkembangannya sekarang ini.

“Tiap tempat berdasarkan bouwplan bisa diceritakan secara unik untuk menarik wisatawan,” tutur Ida Ayu.

Di Kota Malang sebenarnya masih ada beberapa kawasan kental dengan nuansa heritage. Seperti kawasan Kayutangan, Idjen Boulevard, sepanjang Balai Kota Malang sampai Stasiun Kota baru. Sayangnya, hanya segelintir bangunan yang telah berstatus cagar budaya.

Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya