Fakta-Fakta 78,65 Persen Warga Makassar Tak Tahu Mitigasi Perubahan Iklim

Lebih parahnya lagi 81.45 persen warga Kota Makassar ternyata tidak mengetahui dampak perubahan iklim yang terjadi di sekitar lingkungan mereka.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 08 Agu 2022, 00:00 WIB
FKH Makassar merilis hasil survei tahunan (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Makassar - Forum Komunitas Hijau (FKH) Makassar merilis laporan survei tahunan tentang perubahan iklim. Survei tersebut digelar di 14 kecamatan yang ada di Kota Makassar pada pertengahan Januari 2020 lalu. 

Ironisnya, dari hasil survey tersebut ditemukan fakta bahwa hanya 48 persen warga mengetahui apa itu perubahan iklim, dan lebih parahnya lagi 81.45 persen warga Kota Makassar ternyata tidak mengetahui dampak perubahan iklim yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, 78.65 persen warga tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dalam memitigasi dampak perubahan iklim tersebut.

Menariknya dari hasil survei FKH Makassar yang dikomandoi Ahmad Yusran dan kawan-kawan itu, terungkap bahwa kondisi kesehatan lingkungan terutama Malaria dan ISPA meningkat di kecamatan yang dihuni oleh warga dengan pendapatan rendah. Selain itu, berubahnya pola cuaca berpengaruh pada pendapatan mereka.

"Hasil temuan itu kemudian kami tindaklanjuti dengan memvalidasi melalui diskusi dan kajian sejumlah aspek bahwa di beberapa pemangku kepentingan seperti pemerintah kota Makassar dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan 4 representasi pemangku kepentingan lainnya menemukan beberapa poin yang berkorelasi dengan temuan survey komunitas," kata Yusran dalam keterangan Pers di Baruga Angin Mammiri rumah jabatan Walikota Makassar, Sabtu (6/8/2022). 

 


6 Poin Warga Tak Tahu Mitigasi Perubahan Iklim

Ke-enam poin tersebut adalah:

1) Pengetahuan dan Pemahaman dampak dan risiko perubahan iklim warga kota yang masih minim

2) Kualitas dan Kuantitas Ruang terbuka hijau (RTH) yang minim. 3) Partisipasi dan kolaborasi para pihak yang masih kurang dalam mendukung eksistensi fungsi RTH dalam mitigasi perubahan iklim

4) Tidak adanya pusat Data (data Base) RTH yang komprehensif

5) Program pengembangan RTH tidak berbasis komunitas dan kolaboratif

6) Kurangnya Aturan pendukung kebijakan pengembangan dan pengelolaan RTH dan terintergrasi dengan usaha mitigasi perubahan iklim.

 


Program Strategis

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, terang Yusran, inisiasi program strategis FKH Makassar bersama para stakeholder adalah menyusun sebuah program strategis yang berbasis kolaborasi untuk menjawab konteks masalah-masalah utama yang ada.

"Dimana diketahui bahwa perubahan iklim merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya bersifat global, yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia. Dampak perubahan iklim dirasakan seluruh makhluk hidup di bumi," imbuhnya.

Meskipun prosesnya perlahan, Ketua FKH Makassar ini membeberkan bahwa dampak perubahan iklim tidak dapat dihindari.

Upaya mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim adalah menambah dan mempertahankan ruang terbuka hijau. Penanaman pohon memang sangat diperlukan karena kemampuannya menyerap CO2 sebagai salah satu GRK (gas rumah kaca) pemicu pemanasan global yang menyebabkan iklim berubah.

Solusi bersifat global dalam bentuk aksi lokal dari semua sektor. Beberapa hal yang menjadi solusi dari hal tersebut secara umum adalah; solusi berbasis alam seperti menanam pohon, pengelolaan daerah aliran sungai, dan solusi drainase perkotaan yang berkelanjutan adalah salah satu tindakan yang paling menarik karena dampaknya dalam mengurangi risiko dan kelayakannya.

Selain itu FKH Makassar mengungkapkan bahwa solusi berbasis alam juga sering memberikan manfaat di luar adaptasi di bidang-bidang seperti dekarbonisasi, pertumbuhan ekonomi, dan kesehatan. Sebuah kolaborasi pentahelix (komunitas, pemerintah, swasta, akademisi dan media) yang terintegrasi (terstruktur dan terukur) diperlukan dalam peningkatan kualitas (daya dukung ekologis 30% lahan RTH) dan kuantitas (Potensi Biomassa Dan Karbon) Ruang Terbuka Hijau/RTH di kota Makassar yang secara efektif berdampak peningkatan upaya mitigasi perubahan iklim dan berdampak pada komunitas kota Makassar (pemberdayaan berbasis sirkular ekonomi pada komunitas kelompok rentan).

"Oleh sebab itu, kami bersama Yayasan Hadji Kalla melalui program Lingkungannya bekerjasama dengan Forum Komunitas Hijau (FKH) Makassar, sebuah forum komunitas yang sangat konsen dengan aksi aksi hijau untuk pelestarian lingkungan hidup serta Pemerintah Kota Makassar melalui DInas Lingkungan Hidup menggalang semua pihak berkolaborasi bergotong royong dengan tema AKSI HIJAU TANGGUH IKLIM, yang sejalan dengan program proritas Pemerintah kota Makassar untuk peningkatan kualitas dan kuantitas RTH dikota Makassar sebagai solusi dalam mitigasi perubahan iklim," jelasnya.

Kegiatan ini berbentuk penanaman pohon di jalur RTH dengan zona Tanjung Bunga ini selain itu juga digelar untuk menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 77 dengan melibatkan berbagai unsur antara lain; Kalla Group yang juga menyambut Ulang Tahun ke 70, Institut Teknologi dan Bisnis Kalla, Komunitas Relawan penanam dari berbagai wilayah di kota makassar, Forum Komunitas Hijau, Mahasiswa Pecinta Alam, Komunitas Ecobrick Makassar, CV, Resky Abadi, Etika Studio, dan dukungan dari Dunia usaha usaha.

"Semoga aksi ini akan selalu berkelanjutan dan semangat kolaborasi bergotong royong untuk menjaga bumi menjadi lebih berkembang dan berkelanjutan," Yusran memungkasi.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya