Liputan6.com, Jakarta Sambil menyelam minum air, itulah peribahasa yang cocok disematkan untuk perempuan asal Banyuwangi Sulistyowati (38 tahun). Perempuan yang biasa disapa Sulis ini memiliki usaha warung makan yang terletak tepat di depan pintu masuk pelabuhan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Ketapang-Gilimanuk, sekaligus menjadi agen BRILink.
“Saya punya rumah makan juga. Kalau untuk rumah makan kurang lebih sudah 8 tahunan. Kebetulan di depan pintu keluar penyeberangan jadi kita bukalah agen BRILink disitu. Mengerjakan dua pekerjaan atau lebih dalam waktu yang bersamaan,” kata Sulis kepada Liputan6.com.
Advertisement
Awal Sulis menjadi agen BRILink dimulai pada November 2020. Saat melihat ada peluang yang sangat menjanjikan di Pelabuhan selain membuka warung makan, yaitu menjadi agen BRILink. Selain lokasi warung makannya yang strategis dekat Pelabuhan, juga banyak mobilitas masyarakat yang hendak menyeberang melalui Pelabuhan.
“Mulai jadi agen BRILink awal November 2020, ceritanya karena ASDP ada peluang penjualan tiket. Saya inisiatif sendiri. Prosesnya saya melengkapi persyaratan melalui BRILink, saya cari tau sendiri cara menjadi agen BRILink,” ujar Sulis.
Sulis bercerita, awal mula menjadi agen BRILink mengalami kendala teknis yaitu kesulitan menjalankan transaksi. Kendati begitu, dia dibantu oleh karyawan BRI. Seiring berjalannya waktu, kini ia tidak menemukan kendala lagi.
“Jelas ada, awal-awal tidak bisa transaksi. Tapi akhirnya dibantu sama petugas agen BRILink. Kalau sekarang jarang sekali mengalami kesulitan,” imbuhnya.
Saat itu modal menjadi agen BRILink sebanyak Rp 50 juta, ternyata modal tersebut tidak cukup. Akhirnya, Sulis meminjam ke pihak BRI Rp 25 juta untuk tambahan modal perputaran uang penjualan tiket ASDP.
“Untuk modal kurang lebih Rp 50 jutaan, ternyata kurang. Akhirnya pinjam lagi ke BRILink Rp 25 juta. Uangnya itu digunakan untuk perputaran uang penjualan tiket,” ujarnya.
Dalam sehari ia mampu melayani 200 transaksi. Bahkan dirinya sudah masuk sebagai agen BRILink kelas jawara dengan rata-rata 4.000 transaksi per bulan penjualan tiket penyebrangan ASDP Ketapang-Gilimanuk.
“Perhari saya rata-rata bisa melayani 200 transaksi. Iya betul (jadi agen kelas Jawara), itu 4000 transaksi per bulan,” katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penjualan Tiket ASDP Melalui BRILink
Perempuan 38 tahun ini menegaskan, dia hanya melayani penjualan tiket ASDP melalui BRILink. Sehari-harinya selain menjadi ibu rumah tangga, Sulis juga aktif mengelola usaha warung makan dan BRILink-nya. Saat ini dia mengelola satu BRILink saja.
“Saya hanya melayani penjualan tiket melalui BRILink. Saya sehari-hari berjualan dan menjadi agen BRILink. Saya hanya punya satu BRILink,” ujarnya.
Ketika awal jadi agen BRILink, dia hanya dibantu sang suami. Kemudia, dia mempekerjakan tiga karyawan untuk mengelola BRILinknya. Setiap karyawan mendapatkan gaji masing-masing Rp 3,5 juta per bulan. Jam operasional agen BRILink-nya 24 jam, oleh karena itulah ia membutuhkan karyawan.
“Awalnya saya sendiri dan dibantu suami, tapi sekarang ada karyawan tiga orang. Gaji karyawannya per bulan Rp 3,5 juta. Jam operasionalnya 24 jam,” ujarnya.
Setiap nasabah rata-rata melakukan transaksi di kisaran Rp 300ribu -700ribu tergantung jenis kendaraannya. Dari situlah, Sulis mampu mendapatkan cuan hingga Rp 20 juta per bulan dari penghasilan menjadi agen saja.
Dari penghasilan tersebut, Sulis gunakan untuk membeli rumah dan kendaraan, tak lupa ia juga sisihkan untuk menabung.
“Kalau dari agen BRILink naik turun penghasilannya, rata-ratanya Rp 20 juta per bulan. Dari penghasilan itu saya tabungkan, dan sebagian dibelikan kendaraan maupun rumah,” kata Sulis.
Selain aktif mengelola warung usaha dan menjadi agen BRILink, Sulis juga aktif memasarkan produk BRI, baik simpanan pinjaman maupun asuransi mikro kepada para tetangganya. Karena, Sulis mengaku sudah akrab dengan pegawai BRI Kantor Cabang Banyuwangi.
“Iya, kalau itu saya tawarkan ke tetangga kalau mau pinjam saya arahkan ke BRI, soalnya saya sudah kenal baik dengan karyawan BRI,” imbuhnya.
Advertisement
Tak Terlalu Terdampak Pandemi
Adapun selama pandemi, kata Sulis usahanya tidak terlalu terdampak. Pendapatannya masih seperti biasa, karena kondisi perekonomian Indonesia sudah mulai pulih saat itu.
“Kalau penurunan pasti, tapi sangat kecil. Tidak terlalu berdampak pada usaha,” katanya.Selama menjadi agen BRILink, Sulis mengaku pernah menjadi juara dalam program agen BRILink yaitu mendapatkan sepeda motor.
“Pelatihan sih tidak ada dari BRI. Saya pernah dapat hadiah sepeda motor dari BRI dalam salah satu program BRILink,” ujarnya.
Sulis pun berharap usahanya semakin maju, dan bisa terus mengajukan pinjaman usaha kepada BRI melalui KUR. Sebelumnya, ia pernah meminjam ke BRI sebanyak Rp 25 juta, dan sekarang setelah usahanya semakin berkembang, dia meningkatkan pinjaman menjadi Rp 150 juta.
“ Saya sering ajukan KUR, waktu itu mengajukan Rp 25 juta kemudian sekarang mengajukan lagi menjadi Rp 150 juta, sangat mudah sekali mengajukan ke BRI, karena cepat dan bunganya kecil,” pungkasnya.