Jika China dan Taiwan Perang seperti Rusia-Ukraina, Apa Dampaknya?

Jika China dan Taiwan perang seperti Rusia dan Ukraina maka akan menyebabkan pasokan chip global terganggu.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Agu 2022, 10:30 WIB
Pembawa bendera Angkatan Udara Taiwan melewati salah satu jet tempur F-16V yang baru di pangkalan Angkatan Udara di Chiayi di barat daya Taiwan, Kamis (18/11/2021). Langkah Taiwan tersebut untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dalam menghadapi ancaman berkelanjutan dari China. (AP Photo/Johnson

Liputan6.com, Jakarta Konflik yang kian tegang antara Taiwan dan China semenjak kedatangan Ketua DPR AS Nancy Pelosi memicu pertanyaan, akankah berakhir seperti Rusia dan Ukraina?.

Menanggapi, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, mengatakan jika China-Taiwan perang seperti Rusia dan Ukraina maka akan menyebabkan pasokan chip global terganggu.

“Dampak yang paling nyata bagi global dan Indonesia khususnya adalah pasokan chip untuk berbagai produk elektronik akan turun. Produk semakin langka dan harga bisa tambah mahal,” kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Senin (8/8/2022).

Menurutnya, semakin rebutan perusahaan-perusahaan mobil, elektronik untuk mendapatkan chip dari Taiwan. Makanya kalau sampai perang dan pasokan chip global terganggu, pasti bisa melambatkan perkembangan teknologi global termasuk Indonesia.

Tak hanya itu saja, dia memprediksi ekspor ke Taiwan juga pasti akan terganggu terutama untuk produk besi dan baja. Ekspor ke Taiwan setara 10 persen ekspor besi dan baja secara nasional. Pasti permintaan dari Taiwan akan berkurang.

“Terlebih hubungan Indonesia dengan China juga relatif tinggi, yang menurutnya rasa jika China berperang melawan blok barat (AS, Taiwan, Jepang, dan sekutu), maka Indonesia akan sangat terganggu ekonominya,” katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dampak Lain

Barisan prajurit Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang dikerahkan dalam latihan militer di Pegunungan Pamir, Kashgar, wilayah Xinjiang, barat laut China (4/1/2021). (AFP/STR)

Dampak lainnya yaitu ekspor Indonesia ke China akan berkurang, terlebih untuk ekspor komoditas seperti batubara, CPO, dan sebagainya.

“Maka jika diukur dengan hubungan Indonesia-China, dibandingkan Indonesia-Rusia dan Ukraina, dampak dari perang antara China vs Taiwan akan lebih besar bagi Indonesia,” ujarnya.

Untuk menghadapi hal tersebut, dia menyarankan agar Pemerintah Indonesia bersiap untuk mencari pasar alternatif untuk produk-produk ekspor ke China ataupun Taiwan. Menurutnya hal itu menjadi salah satu strategi.

“Tapi saya rasa untuk beberapa barang dari China seperti bawang putih, sulit untuk mencari negara substitusinya,” pungkasnya. 

 


Konflik China dan Taiwan Makin Panas, Apa Dampaknya bagi Dunia? Ini Penjelasan Pengamat

Pilot Angkatan Udara Taiwan berlari dekat jet tempur F-16V saat latihan di Chiayi, Taiwan, Rabu (5/1/2022). Pilot Angkatan Udara Taiwan melakukan latihan untuk mensimulasikan intersepsi pesawat China ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. (Sam Yeh/AFP)

Sebelumnya, Konflik yang kian tegang antara Taiwan dan China semenjak kedatangan Ketua DPR AS Nancy Pelosi memicu pertanyaan, "Akankah berakhir seperti Rusia dan Ukraina?"

Teuku Rezasyah, selaku ahli hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran menyatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi.

"Konflik China-Taiwan tak akan berkembang menjadi konflik seperti Rusia-Ukraina," tegasnya ketika dihubungi Liputan6.com, Jumat (5/8/2022). 

Hal tersebut ia sampaikan dengan alasan bahwa masyarakat Taiwan dan pemerintahnya memiliki militansi yang sangat tinggi untuk mempertahankan sistem politik dan sistem demokrasi yang lama mereka, dan sudah terbukti menjadikan Taiwan sebagai negara unggulan saat ini. 

Menurutnya China memahami bahwa konflik bersenjata antara keduanya akan menjerumuskan Amerika Serikat dan para sekutunya dalam ANZUS, Quad, dan AUKUS, termasuk pelibatan persenjataan dengan teknologi terkini. Dengan demikian, ada resiko penggunaan senjata Nuklir dalam skala kecil.

"Karena itu, China tetap mengamuk seraya menahan diri, dan menjawabnya dengan terus menyelenggarskan latihan militer diperbatasan lautnya dengan Taiwan," tambahnya lagi. 

Sementara China melakukan latihan besar-besaran dan mengirimkan serangan drone ke selat Taiwan, China diperkirakan akan memperluas latihan militernya hingga perairan Laut China Selatan, dan sekali-sekali mendekati wilayah yang dipersengketakan dengan beberapa negara dalam ASEAN dan juga Taiwan.

 


Dampak Global

Ilustrasi (iStock)

Teuku Rezasyah menyampaikan beberapa dampak yang berpotensi akan terjadi akibat ketegangan antara China dan Taiwan.

"Dampak global yang telah terjadi antara lain adalah kekuatiran atas konflik China-Taiwan itu sendiri, sehingga memudahkan beberapa negara ASEAN menyelenggarakan latihan militer dalam skala besar, dengan Amerika Serikat," paparnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ampak global lainnya adalah kesulitan Amerika Serikat dan para sekutu globalnya mengelola dua konflik besar sekaligus, yakni yang melibatkan Rusia di Eropa, serta China di Asia Timur.

Dampak lainnya lagi adalah akan terjadi pacu senjata dalam skala besar di Indo-Pasifik, melalui percepatan pembelian alutsista, yang proses pembelian dan penbayarannya dipercepat oleh negara-negara penjualnya.

Sementara itu, potensi lainnya adalah diplomasi AS dan China untuk diam-diam berkonsultasi dengan negara-negara di dunia, untuk mendalami posisi mereka, seandainya konflik sekecil apapun yang melibatkan Taiwan ini terjadi.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya