China dan Taiwan Siap Perang, Apa Ancaman Buat Indonesia?

Kementerian Keuangan akan memantau dampak ketegangan politik antara China dan Taiwan pasca kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2022, 13:50 WIB
Pembawa bendera Angkatan Udara Taiwan melewati salah satu jet tempur F-16V yang baru di pangkalan Angkatan Udara di Chiayi di barat daya Taiwan, Kamis (18/11/2021). Langkah Taiwan tersebut untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dalam menghadapi ancaman berkelanjutan dari China. (AP Photo/Johnson

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan akan memantau dampak ketegangan politik antara China dan Taiwan pasca kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan tensi politik beberapa blok dengan negara maju dan negara berkembang menjadi tantangan baru dalam pemulihan ekonomi nasional

"Ini akan kita pantau karena resikonya ke harga komoditas dan pemulihan ekonomi di banyak negara," kata Febrio dalam Taklimat Media, Jakarta, Senin (8/8/2022).

Dia menuturkan konflik yang muncul antara China dan Taiwan konteksnya geopolitik. Dampak terhadap ekonomi domestik pun bersifat eksogen atau pertumbuhan yang muncul karena pengaruh di luar perekonomian.

"Ini diluar kontrol dari perekonomian Indonesia. Sehingga dampak yang kita perkirakan spillover," kata Febrio.

Dalam hal ini, yang menjadi perhatian pemerintah di setiap kondisi yang memanas yakni potensinya terhadap mobilitas perdagangan dan investasi. Hingga kini dia memastikan belum ada dampak yang terasa usai konflik tersebut terjadi pekan lalu.

"Sejauh ini belum terlihat ada dampak signifikan tapi ini jadi bagian yang diwaspadai," kata dia.

 


Harapan

Pilot Angkatan Udara Taiwan berlari dekat jet tempur F-16V saat latihan di Chiayi, Taiwan, Rabu (5/1/2022). Pilot Angkatan Udara Taiwan melakukan latihan untuk mensimulasikan intersepsi pesawat China ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. (Sam Yeh/AFP)

Mengingat geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina bisa mengganggu ekonomi global dan setiap negara di dunia. Namun dia berharap, tidak menimbulkan ekshalasi politik yang membuat ekonomi global makin tidak pasti.

"Sehingga perekonomian global dan regional tetap terjaga," kata dia.

Untuk itu dalam hal ini Indonesia akan mengedepankan diplomasi ekonomi dalam konteks geopolitik. Mengingat saat ini sudah banyak negara miskin di Afrika yang terkena imbasnya.

"Bahkan di G20 sudah menyuarakan negara miskin masuk ke krisis pangan dan malnutrisi. Kita juga mulai suarakan kemanusian agar eskalasi terus dipertahankan," kata dia.

Sehingga bisa terus menjaga terus pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terbatas. Namun tetap harus diwaspadai ke depannya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Dunia Makin Tak Aman

Ilustrasi bendera Taiwan (unsplash)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ketegangan antara China dan Taiwan menimbulkan eskalasi baru konflik global.

Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi ke Taiwan pekan lalu berakhir dengan ketegangan politik baru di regional Asia.

"Hadirnya Ketua DPR AS di Taiwan (menimbulkan) eskalasi yang luar biasa. Tentunya menimbulkan kemungkinan dari sisi keamanan namun juga dari sisi politik ekonomi," kata Sri Mulyani Indrawati dalam Kuliah Umum PPKMB Universitas Indonesia, Jakarta, Senin (8/8).

Sri Mulyani menuturkan geopolitik yang luar biasa sekarang ini membuat ketidakpastian global semakin meningkat. Rasa tidak aman ini makin terasa belakangan ini.

"Dengan dunia memiliki geopolitik yang luar biasa besar maka seluruh dunia merasa tidak aman," kata dia.

 


Ancaman

Ilustrasi (iStock)

Rasa tidak aman ini mengancam hubungan antara negara yang dalam 3 dekade terakhir. Padahal selama ini diasumsikan hubungan setiap negara akan saling berhubungan baik dari sisi perdagangan, investasi, lalu lintas manusia, lalu lintas modal, barang dan informasi.

"Ini semuanya sekarang di riset. Banyak dunia sekarang, masyarakat atau negara melakukan review terhadap hubungan antara negara," kata dia.

Dia menuturkan kondisi geopolitik yang penuh kompetisi dan potensi perang membuat semua negara semakin hati-hati. Tiap negara sekarang mencari hal-hal yang bisa meningkatkan ketahanan dari perekonomiannya masing-masing.

"Artinya proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, blok akan semakin menguat," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya