Liputan6.com, Jakarta Tak hanya bermanfaat bagi ibu, menyusui atau memberikan ASI tentunya memiliki sederet manfaat lainnya untuk bayi. ASI diketahui mengandung banyak hal. Mulai dari air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, enzim, mineral, bahkan zat antibodi untuk bayi.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Naomi Esthernita F Dewanto, SpA(K) mengungkapkan bahwa ASI justru merupakan imunisasi pertama yang dapat diberikan pada bayi.
Advertisement
"Kita tahu bahwa ASI itu juga merupakan imunisasi pertama pada bayi untuk menghindari penyakit dan mencegah kematian," ujar Naomi dalam seminar media World Breastfeeding Week bersama IDAI ditulis Senin, (8/8/2022).
Hal tersebut lantaran ASI memiliki komposisi yang mengandung banyak zat bioaktif seperti imunoglobulin, laktoferin, dan lain-lainnya yang berfungsi untuk membentuk daya tahan tubuh bayi.
"Bayi itu lahir dengan imun yang masih sangat rendah, masih belum berkembang. Jadi faktor-faktor bioaktif yang ada di dalam ASI merupakan metode pertahanan pertama pada bayi," kata Naomi.
"Misalnya si ibu sakit, dia punya imunoglobulin yang akan keluar lewat ASI. Itu akan sampai ke bayi. Jadi imunoglobulin merupakan imunisasi pertahanan tubuh bayi," tambahnya.
Naomi menjelaskan, seperti dalam hal COVID-19 misalnya. Bayi hingga kini belum dapat melakukan vaksinasi COVID-19. Sehingga jika ibunya lebih dulu divaksinasi atau terinfeksi COVID-19, maka imunoglobulin dapat diterima oleh bayi melalui ASI yang diberikan.
ASI Sulit Keluar
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpAK. Piprim mengungkapkan bahwa pada proses awal menyusui terutama dua hari pertama, ASI memang umumnya akan lebih sulit keluar.
Biasanya, ibu dan orang-orang di sekitar ibu menyusui ikut khawatir karena bayi tidak segera diberikan ASI. Sehingga seringkali menyarankan untuk langsung memberikan susu formula (sufor) saja.
"Kalau ibunya paham, dokternya paham, perawatnya paham, suaminya paham, eyangnya paham. Enggak bakal tergoda (untuk memberikan sufor) gitu, karena bayi itu 24 jam pertama bahkan dua hari pertama itu bisa tanpa ASI," ujar Piprim.
Piprim menjelaskan, bayi memiliki lemak coklat dalam tubuhnya yang dapat diubah menjadi keton dan menjadi nutrisi bagi otak bayi. Ibu dan orang-orang di sekitarnya pun sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir jika bayi tidak langsung diberi ASI pada 2 hari pertama sejak kelahiran.
"Kuncinya adalah kesabaran semua pihak di hari-hari pertama kehidupan bayi, karena di situ ketika langsung dikasih sufor, bayinya kenyang. Nah kalau bayinya kenyang, nyedotnya lemah. Kalau nyedotnya lemah, produksi ASInya makin seret. Sudah, muter-muter di situ saja," kata Piprim.
Advertisement
Jangan Langsung Panik Bila ASI Sulit Keluar
Lebih lanjut Piprim mengungkapkan bahwa ASI biasanya akan mulai banyak keluar pada hari ketiga. Sehingga saat masih sulit keluar, penting untuk lebih tenang dulu.
"Bayi rewel hari-hari pertama enggak ada ASI diapain? Dibiarkan saja, dipukpuk saja, didoain supaya bayinya tenang. Sama-sama tenang semua. Tunggu tanggal mainnya, ASI akan deras sendiri di hari ketiga dan keempat," ujar Piprim.
"Tapi memang kalau saya suka (sarankan) ke anak-anak saya, kamu minum banyak sehari tiga liter minimal. Jadi siapkan botol air mineral 1.5 liter itu dua, nih jatah habisin sehari semalam," tambahnya.
Piprim menambahkan, selain mengonsumsi air putih yang banyak, ibu juga bisa mengonsumsi lebih banyak protein seperti ikan, ayam, dan telur. Serta sayuran, agar kualitas ASI dapat lebih baik.
Selain itu, penting pula untuk ibu mengatur kondisi mentalnya agar ASI dapat keluar dengan lebih baik. Menurut Naomi, salah satu upaya yang bisa dilakukan suami agar istri lancar menyusui adalah dengan melakukan pijat oksitosin.
Upaya untuk Memicu ASI Keluar Lebih Mudah
Pijat oksitosin dapat dilakukan dengan memijat area tulang belakang yang dapat membantu ibu menjadi lebih rileks sehingga dapat melancarkan produksi ASI.
Jenis pijatan satu ini dianggap bisa efektif bila dilakukan secara rutin dan penuh kasih sayang. Sehingga istri pun bisa merasa diperhatikan mulai dari mental hingga fisiknya.
"Ada pijat oksitosin jadi sebelum menyusui, suaminya suruh pijat. Supaya oksitosinnya keluar. Wah, keren," ujar Naomi.
Selain itu, suami juga dapat membantu istri dalam hal lain. Apabila memiliki anak dengan usia lebih tua, maka suami pun dapat membantu mengurus anak yang lebih tua.
"Kalau dia punya anak yang lebih besar, mungkin suaminya bisa bantu urus anak yang pertama, ganti popok si bayi. Jadi ibu merasa diperhatikan oleh suami dan didukung mentally support-nya dengan tindakan nyata," ujar Naomi.
"Suami, ayah, itu penting banget support yang paling dekat sama ibu. Jadi dia harus benar-benar mengerti. Bapak itu juga terkadang kita harus ajarin," pungkasnya.
Advertisement