Liputan6.com, New York - Gedung Putih meminta Rusia pada Senin (8 Agustus) untuk menghentikan semua operasi militer di sekitar fasilitas nuklir di Ukraina.
"Berperang di dekat pembangkit nuklir itu berbahaya," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan di atas Air Force One selama penerbangan ke Kentucky, di mana Presiden Joe Biden akan mengunjungi daerah-daerah yang dilanda banjir.
Advertisement
"Dan kami terus meminta Rusia untuk menghentikan semua operasi militer di atau dekat fasilitas nuklir Ukraina dan mengembalikan kendali penuh ke Ukraina," kata Jean-Pierre.
Dikutip Channel News Asia, Selasa (9/8/2022), Zaporizhzhia - kompleks tenaga atom terbesar di Eropa - diduduki oleh Rusia pada awal invasi dan pertempuran baru-baru ini di sana telah menimbulkan kekhawatiran akan kecelakaan nuklir.
Jean-Pierre mengatakan Amerika Serikat terus "memantau dengan cermat" situasi di fasilitas itu dan sensor radiasi "untungnya" tidak menunjukkan indikasi peningkatan atau tingkat radiasi yang tidak normal.
"Kami juga mengetahui laporan perlakuan buruk terhadap staf (pembangkit) dan kami memuji otoritas dan operator Ukraina atas komitmen mereka terhadap keselamatan dan keamanan nuklir dalam situasi sulit," katanya.
Juru bicara Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat mendukung upaya pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional, untuk membantu Ukraina dengan langkah-langkah keselamatan dan keamanan nuklir.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Zona Nuklir
Kiev pada hari Senin menyerukan pembentukan zona demiliterisasi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina timur.
Dalam beberapa hari terakhir, telah terjadi serangan yang merusak beberapa struktur, memaksa penutupan reaktor.
"Apa yang perlu dilakukan adalah menyingkirkan pasukan pendudukan dari stasiun dan menciptakan zona de-militerisasi di wilayah stasiun," kata Petro Kotin, presiden perusahaan energi nuklir Ukraina, Energoatom.
Pertempuran baru-baru ini di pabrik telah mendorong IAEA untuk memperingatkan "risiko yang sangat nyata dari bencana nuklir."
Kremlin pada hari Senin menuduh pasukan Ukraina menembaki pabrik Zaporizhzhia, memperingatkan potensi "konsekuensi bencana" bagi Eropa.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Zelensky Tuduh Rusia Hancurkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu (6/8) menuduh Rusia menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia "untuk kepentingan teror" setelah operator fasilitas tersebut melaporkan kerusakan besar.
Energoatom, operator pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di selatan negara itu, mengatakan bahwa bagian dari fasilitas tersebut telah "rusak parah" oleh serangan militer dan salah satu reaktornya terpaksa ditutup.
Serangan hari Jumat telah merusak sebuah stasiun yang menampung nitrogen dan oksigen dan sebuah bangunan tambahan, kata Energoatom pada layanan pesan Telegram, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (7/8/2022).
Saat perang berkecamuk di timur dan selatan Ukraina, otoritas pro-Moskow di wilayah Kherson yang diduduki Rusia melaporkan pembunuhan seorang pejabat senior.
Dan kepala kantor Amnesty International Ukraina mengumumkan bahwa dia telah mengundurkan diri dari organisasi tersebut atas publikasi laporan kontroversial kelompok tersebut yang menuduh militer negara itu membahayakan warga sipil.
Saling Menyalahkan
Kiev dan Moskow saling menyalahkan atas serangan terhadap pabrik Zaporizhzhia, kompleks tenaga atom terbesar di Eropa.
Zelenskyy, dalam pidato malamnya pada hari Sabtu, menuduh Moskow melakukan terorisme, dengan mengatakan, "Teroris Rusia menjadi yang pertama di dunia yang menggunakan pembangkit listrik untuk teror."
Diplomat top Uni Eropa Josep Borrell mengutuk serangan itu "sebagai pelanggaran serius dan tidak bertanggung jawab terhadap aturan keselamatan nuklir dan contoh lain dari pengabaian Rusia terhadap norma-norma internasional".
Kepala pengawas nuklir PBB juga menyatakan kekhawatirannya. Serangan itu menggarisbawahi "risiko yang sangat nyata dari bencana nuklir", kata Rafael Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Advertisement