Liputan6.com, Jakarta Indonesia di tahun 2045 memiliki target yaitu menjadi negara maju. Pada saat itu Indonesia genap berusia 100 tahun dan inilah menjadi generasi emas 2045.
Oleh karena itu ekonomi hijau sebagai bagian dari strategi transformasi ekonomi untuk mendorong Indonesia lepas dari middle income trap sebelum 2045.
Advertisement
Untuk mencapai target tersebut pertumbuhan ekonomi per tahun harus bisa mencapai 6 persen.
“Kita harus kerja extra dan itulah Pak Presiden (Joko Widodo) kita perlu melakukan rebound transformasi ekonomi yaitu ekonomi hijau,” Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam, Selasa (9/8).
Dia menjelaskan untuk rencana strategis transformasi ekonomi yaitu dengan sumber daya manusia berdaya saing, produktivitas sektor ekonomi, transformasi digital, integrasi ekonomi domestic pemindahan IKN, dan ekonomi hijau.
“Salah satu strategi transformasi ekonomi adalah melalui ekonomi hijau dengan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim,” terangnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menuju Masa Depan Ekonomi Hijau
Medrilzam menerangkan untuk menuju masa depan ekonomi hijau diperlukan peran pengukuran capaian ekonomi hijau. Indeks ekonomi hijau dapat digunakan untuk menilai interaksi sosial, ekonomi, lingkungan dalam lingkup ekonomi hijau dan mengidentifikasi potensi risiko dan peluang untuk merancang kebijakan ekonomi hijau yang lebih baik kedepannya.
“Ada 15 indikator yang kami gunakan untuk mengukur performa ekonomi hijau di Indonesia. Kita coba kembangkan indikator-indikator ini sudah digunakan oleh global dan kita saringkan kita ambil indikator yang tetap relevan sesuai di Indonesia,” ungkapnya.
Dari 15 indikator tersebut terpilih yang mewakili 3 pilar sustainable development yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. Skor pilar dari tahun 2011-2020 untuk pilar sosial secara keseluruhan menunjukkan peningkatan selama 10 tahun terakhir.
Pilar ekonomi sebagian besar memiliki skor yang baik dengan intensitas energi menunjukan kinerja paling progresif selama 2011-2020.
“Pilar lingkungan meskipun tren di lima tahun awal kurang baik. Namun mulai tahun 2015 dan seterusnya performa menunjukkan tren yang meningkat terutama karena tingginya pertumbuhan bauran energi baru dan terbarukan dan sampah terkelola,” tuturnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal 5,5 Persen di Akhir 2022
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara optimis di akhir tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di kisaran 5,2 persen hingga 5,5 persen. Mengingat pada kuartal I dan kuartal II tahun ini sudah bisa tumbuh 5,01 persen dan 5,44 persen.
"Kita bayangkan ekonomi kita 5,01 dan 5,44 dan di Q3 dan Q4 sekitar di atas 5 persen, jadi di akhir tahun bisa 5,2 persen sampai 5,5 persen," kata Suahasil dalam Talkshow bertajuk: Laju Pemulihan RI Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global, Jakarta, Selasa, (9/8/2022).
Suahasil menerangkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 pada bulan April, Mei dan Juni ditopang belanja konsumsi rumah tangga yang sangat tinggi. Mengingat ada momentum bulan puasa, lebaran dan libur panjang.
"Saya senang sekali angka konsumsi kita 5,51 persen, ini di atas konsumsi tahun lalu di kuartal II yang tahun lalu juga tinggi," kata dia.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, tahun 2021 di kuartal II mampu tumbuh 7,07 persen dari baseline -5,39 persen di tahun 2020. Kemudian tahun ini pertumbuhan ekonomi kuartal II naik 5,44 persen dari base line 7,07 persen.
"Konsumsi rumah tangga kontribusinya 56 persen dari PDB. Kalau masyarakat tidak konsumsi, PDB kita anjlok. Jadi kalau dilihat, konsumsi yang tinggi artinya belanja sudah terbuka," kata dia.
Momentum Mudik
Apalagi pada kuartal II juga didorong momentum mudik lebaran setela dilarang selama 2 tahun. Pelaksanaan mudik ini juga makin berjalan lancar karena pemerintah menekan kenaikan harga BBM.
"Mudik lebaran yang aikd an lancar didukung dengan infrastruktur yang semakin baik, harga BBM yang masih murah padahal di luar masih gonjang-ganjing," kata dia.
Dari angka-angka tersebut Suahasil menyebut pondasi pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan menjadi fundamental yang baik untuk menghadapi risiko ekonomi global di tahun depan. Sehingga diharapkan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin tinggi ini bisa berlanjut pada kuartal III dan IV tahun ini.
"Ini yang ingin kita dorong ke Q3 dan Q4 karena tahun depan kita akan hadapi volatilitas yang lebih tinggi," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement