Liputan6.com, Jakarta Almira Zahra Annisa Putri adalah penyandang gangguan pendengaran sedang berat 70 dan 80 desibel.
Menurut sang ibu, Maya Kusumawati, awal mula buah hatinya didiagnosis mempunyai gangguan dengar saat usia 4,5 tahun yaitu di bulan Desember 2014.
Advertisement
“Saat itu Almira melakukan tes ASSR (Auditory Steady-State Response) di RSAL Surabaya, di situ dokter memvonis Almira mengalami gangguan pendengaran. Dan dianjurkan untuk segera memakai alat bantu dengar juga segera melakukan habilitasi,” ujar Maya kepada Disabilitas Liputan6.com, Selasa (9/8/2022).
Sebelumnya Almira juga pernah diperiksa di RS Siti Hajar, Sidoarjo, di bagian tumbuh kembang anak. Di sana, Almira dites beberapa kali sebelum akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSAL) Surabaya.
Sejak lahir gadis yang hobi menggambar ini sudah menunjukkan gejala khusus. Ia cenderung jarang menangis meskipun di sekelilingnya sangat bising dan banyak suara keras. Bahkan, di situasi bising seperti itu ia tetap bisa tidur tanpa merasa terganggu sama sekali.
“Sebenarnya dari kecil saya sudah mulai curiga karena Almira tidak melalui fase layaknya bayi-bayi lainnya, Almira tidak melalui fase merangkak dan juga tidak melalui fase berjalan. Jadi dalam fase duduk pun dia susah, sebentar duduk, sebentar jatuh, saat fase berdiri dia langsung lari bukan berjalan.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Demam Saat Hamil
Dengan demikian, fase merangkak dan berjalan yang biasanya dilewati oleh bayi-bayi pada umumnya tidak dialami oleh Almira.
“Almira baru bisa berdiri dan berlari baru di usia hampir 3 tahun. Saat anak seusianya bisa berceloteh.”
Almira terlahir pendiam, saat dipanggil tidak menoleh, saat diajak bicara dia hanya memerhatikan gerak bibir, saat diajari bicara dia tidak bisa mengucapkan kata-kata, tambah Maya.
Ibu usia 40 itu pun berkisah, di masa kehamilan, ia memang mengalami sedikit masalah.
“Di masa kehamilan saya memang mengalami sedikit masalah, yaitu saat kandungan usia 3 bulan saya mengalami demam tinggi, dan sekujur tubuh saya terdapat bintik-bintik merah. Banyak orang yang bilang itu gabaken (campak) menurut orang Jawa.”
“Karena demam tak kunjung turun, dan kondisi saya agak lemas maka suami saya membawa saya untuk berobat ke rumah sakit di kota Denpasar, kebetulan saat saya mengandung Almira saya tinggal di Bali. Dokter mengatakan bahwa itu tidak apa-apa, itu suatu hal yang wajar, saya hanya diberi obat dan vitamin.”
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Perawatan Terbaik untuk Almira
Selang satu minggu, demam tinggi, badan sakit, ngilu, dan bintik-bintik itu hilang dengan sendirinya.
Namun, saat kehamilan menginjak 7 dan 8 bulan, bintik-bintik itu kembali muncul dan hilang kembali setelah melahirkan. Menurut dokter di RSAL Surabaya, ternyata ini disebabkan virus Rubella.
Usai Almira didiagnosa gangguan pendengaran di usia 4,5 tahun, sesuai anjuran dari dokter, habilitasi dan pemasangan alat bantu dengar pun segera diusahakan walau banyak rintangan yang perlu dilalui.
“Saat itu jujur kami merasa sangat shock, bingung, campur aduk rasanya. Kenapa harus anak saya, bagaimana dia nanti dan dapat uang dari mana untuk membeli alat bantu dengar yang harganya puluhan juta yang tidak bisa kami jangkau.”
Meski sulit, segala daya dan upaya tetap dilakukan, bahkan Maya sempat berangkat ke Jakarta pada 2015 demi mendapatkan donasi alat bantu dengar yang diberikan oleh Kementerian Sosial waktu itu.
“Tapi kami pulang dengan kecewa, Almira hanya mendapat 1 buah alat bantu dengar saja dan alat bantu dengar itu pun tidak bisa meng-cover gangguan dengar Almira.”
Harapan Baru
Di tahun berikutnya yakni 2016, Maya kembali mendaftar guna mendapat alat bantu dengar untuk buah hatinya.
“Tapi kali ini dari Starkey Hearing Foundation dan PT. ABDI (pusat alat bantu dengar Indonesia) Alhamdulilah, setelah mendaftar selama 1 tahun akhirnya di tahun 2017 Almira terdaftar sebagai penerima alat bantu dengar.”
“Beberapa tahap Almira jalani, Alhamdulilah akhirnya Almira bisa memakai alat bantu dengar, saya sangat bersyukur untuk itu.”
Setelah memakai alat bantu dengar, Maya pun berusaha mencari tempat terapi untuk Almira. Setelah melakukan pencarian yang cukup panjang, ia pun menemukan tempat pelayanan anak berkebutuhan khusus yang tanpa memungut biaya.
“Karena UPTD anak berkebutuhan khusus ini adalah program dari pemerintah kabupaten Sidoarjo. Akhirnya saya pun mendaftarkan Almira. selang 3 bulan kemudian dipanggil untuk melakukan terapi wicara, dan sampai sekarang pun Almira juga masih terapi.”
Kini di usia 12, Almira masih membutuhkan dukungan dari orangtua untuk melakukan berbagai hal. Ia pun masih berjuang dengan emosinya yang cenderung naik turun dan suka marah. Meski begitu, ia membuktikan bahwa dirinya bisa membuat orangtuanya bangga dengan meraih berbagai prestasi di bidang menggambar.
Salah satunya yakni juara 1 lomba menggambar dan mewarnai dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional peserta didik berkebutuhan khusus pada 2021.
Advertisement