Liputan6.com, Seoul - Wilayah Seoul dan sekitarnya dilanda banjir pada Senin malam (8/8). Curah hujan yang tinggi disebut menjadi penyebab banjir tersebut.
Wali Kota Seoul, Oh Sehun (Oh Se Hoon), sampai harus kembali ke kantornya pada malam hari untuk membantu mengendalikan situasi.
Baca Juga
Advertisement
Gangnam yang elit pun turut tenggelam akibat banjir tersebut. Warga di media sosial ramai-ramai menunjukkan foto dan video ketika hujan deras dan angin kencang menghantam ibu kota Korea Selatan itu.
Menurut laporan CNN, Selasa (9/8/2022), sejauh ini ada delapan orang yang meninggal akibat banjir tersebut. Mati lampu juga terjadi dan ratusan orang harus dievakuasi.
Untungnya banjir tidak bertahan lama. Pada Selasa pagi, warga Seoul sudah mulai bisa menggunakan jalan. Akan tetapi, macet tidak terhindarkan.
Terlihat pula kendaraan-kendaraan yang rusak akibat terjangan banjir. Kendaraan-kendaraan yang rusak itu tampak memblokir jalanan.
Bukan Pertama Kali
Seoul sebetulnya adalah area pegunungan. Sejumlah daerah berada di dataran yang lebih rendah, sehingga lebih terancam banjir.
Pada tahun 2011, banjir juga melanda Seoul, tanah longsor juga terjadi. Akibatnya, 49 orang meninggal dunia. Saat itu, Oh Sehun juga menjabat sebagai wali kota di Seoul.
Sembilan tahun kemudian di 2020, hujan besar juga melanda Seoul, sehingga menyebabkan banjir di area Sungai Han.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemlu RI: Banjir Korea Selatan Landa Seoul, Incheon, Gyeonggi, dan Gangwon
Kementerian Luar Negeri RI memberikan update terbaru mengenai banjir yang melanda ibu kota Korea Selatan. Banjir menghantam Seoul dan wilayah sekitarnya seperti Incheon dan Provinsi Gyeonggi.
"Bencana banjir tengah melanda Korea Selatan dengan daerah terdampak antara lain melanda daerah Incheon, Seoul, sebagian daerah di Provinsi Gyeonggi dan Gangwon," tulis Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha dalam keterangannya, Selasa (9/8).
"KBRI Seoul telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan menghubungi simpul-simpul masyarakat Indonesia. Hingga saat ini tidak terdapat WNI yang terdampak langsung akibat bencana banjir tersebut," jelas Judha.
KBRI Seoul mencatat totalnya 36.399 orang WNI yang menetap di Korea Selatan.
Masyarakat Indonesia di Korea Selatan diminta untuk terus memantau informasi dan petunjuk dari otoritas setempat. Hotline KBRI Seoul dapat dihubungi di nomor +82 10-5394-2546.
Pada Senin malam (8/8), Seoul terancam banjir parah yang menenggelamkan sejumlah ruas jalan. Foto-foto kendaraan tenggelam di tengah jalan juga viral di media sosial. Stasiun-stasiun juga terdampak.
Wali Kota Seoul, Oh Sehun, juga memutuskan kembali ke kantornya ketika banjir meluas di daerahnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Seoul Terendam Banjir di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19
Banjir yang menghantam ibu kota Seoul dan sekitarnya di Korea Selatan mengakibatkan sejumlah ruas jalan terendam air, tak terkecuali Gangnam yang elit. Curah hujan ekstrim dinilai menjadi penyebab wilayah Seoul terdampak banjir.
Selain Seoul, wilayah lain yang terdampak adalah Incheon dan sejumlah wilayah di Provinsi Gyeonggi. Banjir ini terjadi ketika kasus COVID-19 juga sedang meningkat di Korea Selatan.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Korsel, Selasa (9/8/2022), ada 149 ribu kasus harian di negara tersebut. Rata-rata mingguan ada 100 ribu kasus baru. Kasus kematian harian tercatat ada 40 orang, namun ada 420 orang yang masuk rumah sakit dalam 24 jam terakhir.
149 ribu kasus baru itu adalah lonjakan tajam dari sehari sebelumnya, yakni 55 ribu kasus. Data Johns Hopkins University menunjukkan bahwa Korea Selatan berada di nomor empat dunia pada kasus baru tertinggi dalam 28 hari terakhir.
Berikut data 10 negara dan wilayah dengan kasus tertinggi dalam 28 hari terakhir, serta total kasusnya.
1. Jepang: 4,5 juta kasus baru (total 14,4 juta)
2. Amerika Serikat: 3,5 juta kasus baru (total 92,2 juta)
3. Jerman: 2,2 juta kasus baru (total 31,3 juta)
4. Korea Selatan: 2 juta kasus baru (total 20,6 juta)
5. Prancis: 1,9 juta kasus baru (total 34,2 juta)
6. Italia: 1,8 juta kasus baru (total 21,3 juta)
7. Australia: 1,13 juta kasus baru (total 9,6 juta)
8. Brasil: 1,12 juta kasus baru (total 34 juta)
9. Turki: 1,11 juta kasus baru (total 16,2 juta)
10. Taiwan: 656 ribu kasus baru (total 4,7 juta)
Curah Hujan Tinggi
Sebelumnya dilaporkan, hujan mengguyur wilayah tengah Korea Selatan, termasuk wilayah ibu kota, pada Senin (8/8) kata Badan Cuaca di Seoul.
Administrasi Meteorologi Korea (KMA) mengeluarkan peringatan hujan lebat di pagi hari di seluruh ibu kota dan kota pelabuhan barat Incheon serta bagian utara Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi Seoul dan Provinsi Gangwon utara.
Peringatan tersebut dikeluarkan ketika curah hujan diprediksi melebihi 60 milimeter dalam rentang tiga jam atau 110 mm dalam 12 jam, seperti dikutip dari laman en.yna.co.kr, Senin (8/8/2022).
Di Yeoncheon, 62 kilometer utara Seoul, hujan turun pada pukul tiga sore waktu setempat. Serta banjir dengan ketinggian 87,9 mm di Incheon, kata KMA.
Di Seoul, curah hujan mengakibatkan banjir setinggi 60 mm, sedangkan curah hujan 78,5 mm di Cheorwon, dan sekitar 71 di timur laut Seoul.
Hujan deras melanda Seoul terutama di sore hari, menyebabkan banjir dan pemadaman listrik di beberapa daerah.
Sementara itu, penduduk di daerah dataran rendah mengungsi untuk alasan keselamatan. Bagian dari jalur kereta bawah tanah terpaksa berhenti akibat banjir.
Pada pukul 9 malam waktu setempat, beberapa toko di terminal bus ekspres di distrik Gangnam Seoul selatan juga ikut terendam air.
Tidak ada korban yang dilaporkan di daerah tersebut, tetapi kerusakan properti terjadi.
Pihak berwenang juga menerima banyak laporan tentang kendaraan dan lahan pertanian yang terendam, kerusakan jalan dan pohon tumbang juga dilaporkan dari daerah yang terkena hujan deras.
Badan cuaca di Seoul sebelumnya mengatakan wilayah tengah negara di Korsel dan Provinsi Gyeonggi utara diperkirakan akan mengalami hujan deras yang dikombinasikan dengan angin kencang, guntur dan kilat karena benturan massa udara dingin dan hangat menghasilkan front stasioner.
Advertisement