Liputan6.com, Jember - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa angkat bicara soal kerusuhan pembakaran beberapa rumah dan belasan kendaraan warga di Desa Mulyorejo Jember.
“Pokok persoalanya adalah adalah lahan kepemilikan kebun kopi di Desa Mulyorejo yang merupakan lahan Perhutani. Kami minta Perhutani untuk melihat data dan peta, apakah lahan itu bisa masuk dalam perhutanan sosial," ujar Khofifah, Selasa (9/8/2022).
Advertisement
Menurutnya, Jawa Timur mendapat alokasi perhutani sosial seluas 500 ribu hektare pada 2022, sehingga kalau kawasan yang menjadi konflik tersebut bisa masuk dalam katagori perhutani sosial maka lebih mudah untuk membuat legalitas atas lahan tersebut.
"Saya berharap pihak Perhutani bisa mendapatkan kejelasan lahan itu sebelum dilakukan pertemuan antara warga Desa Mulyorejo dengan warga Desa Banyuanyar Banyuwangi," tambahnya.
Selain masalah lahan, lanjut dia, persoalan premanisme yang terjadi saat musim panen kopi di Desa Mulyorejo harus dihentikan. Kalau dibiarkan maka patensi muncul kembali pada musim panen.
"Forkopimda Jember dan Banyuwangi harus bersama-sama menghentikan,” tegasnya.
Khofifah mengatakan, persoalan infrastuktur harus segera diperbaiki karena sulitnya akses jalan menuju lokasi dapat menjadi salah satu pemicu untuk potensi konflik sosial.
"Kami berharap pertemuan yang akan dilakukan kedua belah pihak desa dapat menyepakati sejumlah poin penting agar kedua desa bisa guyub rukun, sehingga lahan kebun kopi itu menjadi berkah, bukan petaka," tambahnya.
Apresiasi Langkah Cepat Pihak Berwajib
Khofifah mengapresiasi langkah cepat Forkopimda Jember menangani konflik di Desa Mulyorejo
Dalam rapat koordinasi itu, dia mendapatkan pejelasan dari Bupati Jember Hendy Siswanto dan Sekda Banyuwangi Mujiono beserta jajaran hingga tingkat desa terkait dengan persoalan kerusuhan yang terjadi.
Sebelumnya, 7 rumah warga dan belasan kendaraan di Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember dibakar oleh sekelompok orang dari Desa Banyuanyar, Kecamatan Kalibaru yang marah akibat premanisme yang dilakukan oleh salah satu warga di Desa Mulyorejo.
Advertisement