Mentan: Hati-hati yang Makan Mie, Besok Harga Naik 3 Kali Lipat

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap harga mie instan akan meningkat 3 kali lipat dalam waktu dekat. Menyusul kondisi tertahannya 180 juta ton gandum di Ukraina.

oleh Arief Rahman H diperbarui 11 Agu 2022, 18:39 WIB
Ilustrasi resep masakan, mie. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap harga mie instan akan meningkat 3 kali lipat dalam waktu dekat. Menyusul kondisi tertahannya 180 juta ton gandum di Ukraina. (Photo by Miles Burke on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap harga mie instan akan meningkat 3 kali lipat dalam waktu dekat. Menyusul kondisi tertahannya 180 juta ton gandum di Ukraina.

Mentan Syahrul mengatakan, ini jadi salah satu dampak perang antara Rusia dan Ukraina yang beleum selesai. Ditambah kondisi konektivitas logoistik yang tertahan di banyak negara.

"Belum selesai dengan climate change kita dihadapkan perang Ukraina dan rusia, dimana disana gandum tertimbun 180 juta ton, ndak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mie banyak dari gandum besok harganya (naik) 3 kali lipat itu," kata dia mengutip webinar Direkorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Selasa (9/8/2022).

Ukraina jadi salah satu penyuplai gandum terbesar di dunia. Terhentinya arus logistik membuat harga komoditas gandum meningkat berkali-kali lipat. Indonesia seabgai pengimpor gandum turut merasakan dampaknya.

"Maafkan saya, saya bicara ekstrem aja ini, ada gandumnya, tapi hargana akan mahal banget, sementara kita impor terus," ujar dia.

Sebagai salah satu solusinya, Mentan Syahrul mengajak pada jajarannya untuk adanya diversifikasi pangan. Artinya, menggunakan alternatif dari bahan lain, seperti singkong hingga shorgum.

"Kalau saya sih jelas, gak setuju (selalu impor), apapun kita makan saja, singkong, shorgum, makan saja sagu. Kenapa? inilah yang meghadapi juga tantangan ini gak kecil, terutama di Kementan," paparnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


62 Negara Menuju Krisis Pangan

Foto: faowashington.org

Lebih lanjut, Mentan Syahrul kembali menyebut ada potensi 62 negara di dunia masuk dalam kategori krisis pangan. Ini diperkuat dengan pernyataan yang ia dapatkan dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Bahkan beberapa negara lain mengisyaratkan ada kelaparan kurang lebih 13 juta orang di dunia, itu mulai di Ethiopia, ada 62 negara menuju kondisi krisis pangan," ungkapnya.

Ia mengisahkan, rantai pasok dunia terganggu dengan adanya pandemi Covid-19, kemudian diperparah dengan ancaman perubahan iklim, ditambah adanya perang Rusia-Ukraina.

"Climate change (perubahan iklim) membuat semua menjadi tidak linear, tak seperti apa adanya, unpredictable, tak bisa diperkirakan, itu kata dunia, everything non-continous anymore," kata dia.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Jokowi Minta Ada Alternatif Pangan

Presiden Jokowi saat berpidato di hadapan menteri-menterinya

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih sorgum, sagu dan singkong sebagai substitusi pengganti gandum yang tengah krisis stok akibat perang Rusia dan Ukraina.

"Tentu kita harus mengembangkan tanaman pengganti ataupun substitusi dari gandum. Indonesia tentu punya beberapa alternatif selain sorgum, itu bisa juga dari tanaman sagu dan singkong," kata Airlangga di Istana Negara Jakarta, Kamis (4/8/2022).

Menko Airlangga menambahkan, Presiden Jokowi sudah meminta kepada Kementerian Pertanian untuk menyiapkan sintan dan ternak dan Kemenko Perekonomian road mapnya. Sehingga, ekosistem daripada sorgum bisa terbentuk di Kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur.

"Sekaligus (perintah Presiden Jokowi) juga perlu dipersiapkan oleh Kementerian BUMN dan ESDM agar kesiapan untuk pengembangan bio ethnanol," tambah ketua umum Partai Golkar ini.

 


Perluas Lahan

Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Airlangga mencatat, saat ini pemerintah tengah mendorong kapasitas luasan lahan supaya diperluas untuk penanaman tumbuhan-tumbuhan tersebut.

Selain itu, keberlanjutan produk dan juga mendapatkan off taker atau penjamin komoditas hasil hutan kelompok tani hutan.

"Salah satu off taker dipertimbangkan oleh pemerintah adalah industri pakan ternak, di mana industri pakan ternak sekarang bahan bakunya 50 persen jagung dan 50 persen protein lain dan tentu dari protein lain ini salah satunya sorgum bisa dijadikan off taker untuk pakan ternak," yakin Airlangga.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Ancaman Krisis Pangan Sudah Didepan Mata? (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya