Rahasia Kesaktian Jenderal Soedirman Selalu Lolos Kepungan Saat Perang Gerilya, Salat 5 Waktu

Saking takjubnya, bahkan diyakini Jenderal Soedirman adalah orang sakti. Kesaktian Jenderal Soedirman membuatnya lolos dari upaya pembunuhan oleh Belanda dalam perang gerilya

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 10 Agu 2022, 02:41 WIB
Repro foto Panglima Jenderal Besar Soedirman perang gerilya tujuh bulan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Perang gerilya yang dilakukan oleh Jenderal Besar Soedirman selalu dikisahkan dari masa ke masa. Semangat juang, keteguhan, dan dampak signifikan perang gerilya ini banyak dibukukan, dan jadi kurikulum militer di masa modern.

Perang gerilya itu bahkan dilakukan saat sang jenderal besar dalam kondisi sakit. Salah satu paru-parunya sudah tak berfungsi.

Namun dalam kondisi itu, terbukti Jenderal Soedirman mampu menggerakkan tentara dan rakyat untuk mempertahkan kedaulatan Indonesia yang kala itu baru seumur jagung.

Jenderal Soedirman keluar dari Yogyakarta untuk memulai perang gerilya dengan dikawal oleh Kompi 1 Mobile Batalyon Polisi Militer, pasukan elit pertama cikal bakal pasukan-pasukan pilihan di periode berikutnya. Selama perang gerilya, tak jarang pasukannya yang kecil terlibat pertempuran sengit dengan tentara Belanda.

Belanda, dengan pasukan berkekuatan besar dan bersenjata lengkap selalu pasukan Jenderal Soedirman. Bahkan, beberapa kali pasukan Jenderal Soedirman terkepung.

Bom dan desingan peluru telah menjadi menu harian. Tak terhitung kusuma bangsa yang gugur dalam perang ini. Namun, secara ajaib, Jenderal Soedirman selalu lolos dari maut.

Saking takjubnya, bahkan diyakini Jenderal Soedirman adalah orang sakti. Kesaktian Jenderal Soedirman membuatnya lolos dari upaya pembunuhan. Padahal, ia hanya dikawal hanya oleh puluhan orang

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Dukungan Rakyat dan Tak Pernah Tinggalkan Salat

Repro foto kepulangan Panglima Jenderal Besar Soedirman dari perang gerilya tujuh bulan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

 

“Tidak lebih dari satu seksi, ya orang-orang yang biasa mengawal di rumah dinasnya saja, sekitar 40 orang,” kata mantan pengawal Jenderal Soedirman, Mayor (Purn) Abu Hasan, yang kini menetap di Purbalingga, September 2019.

Adalah keajaiban Jenderal Soedirman yang dalam kondisi sakit bisa memimpin perang gerilya dan bergerak begitu cepat. Bahkan, banyak yang menyangka sang Jendera Besar memiliki azimat yang membuatnya sakti.

Tetapi, rupanya ada rahasia kenapa Jenderal Soedirman bisa bergerak dengan cepat. Jawabannya adalah dukungan rakyat di tiap wilayah yang dilalui.

“Di setiap desa yang dilalui, sudah ada tandu untuk Jenderal Soedirman. Yang menandu adalah warga setempat. Jadi tenaga pengangkut tandu selalu terjaga,” dia menerangkan.

Dukungan rakyat tak sekadar tenaga. Mereka pun kerap menyediakan makanan untuk logistik pasukan Jenderal Soedirman. Tetapi, sering kali pula pasukan tak makan berhari-hari.

“Kami sering tidak makan selama dua atau tiga hari. Tapi kami sudah bertekad, Belanda bisa menangkap Jenderal Soedirman tapi harus menghadapi kami dulu sampai mati,” Arifin menegaskan.

 


Tak Pernah Tinggalkan Salat 5 Waktu

Mayor (purn) Abu Arifin, mantan pengawal Panglima Jenderal Besar Soedirman. (Foto: Liputan6.com/Humas Protokol PBG/Galoeh-Ridlo)

Soal kesaktian Jenderal Soedirman ini, Abu Arifin bilang di dunia tidak ada orang yang sakti. Rahasia kenapa Jenderal Soedirman tak pernah tertangkap, selain karena dukungan rakyat dan pengawal setia adalah ketaatannya kepada Tuhan.

Seingat Abu Arifin, yang Nasrani dan pendeta, Jenderal Soedirman selalu salat lima waktu. Ia tak pernah sekali pun meninggalkan kewajiban muslim ini.

Menurut Arifin, ini lah yang membuat Jenderal Soedirman dilindungi oleh Tuhan. Ia dicintai rakyat dan begitu disayangi oleh pasukannya.

“Pak Dirman adalah simbol. Ia adalah tumpuan harapan rakyat Indonesia. Karena itu harus dilindungi dengan taruhan nyawa,” ucapnya.

Perlawanan gerilyanya ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit de corps bagi tentara Indonesia, dan rute gerilya sepanjang 100-kilometer (62 mil) yang ditempuhnya harus diikuti oleh taruna Indonesia sebelum lulus dari Akademi Militer.

Tim Rembulan-TG

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya