Dua Emiten Jadi Pendatang Baru di Pasar Modal Indonesia

PT Hetzer Medical Indonesia Tbk dan PT Toba Surimi Industries Tbk merupakan perusahaan tercatat ke-42 dan ke-43 di BEI pada 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 10 Agu 2022, 09:27 WIB
Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan dua emiten baru yaitu PT Hetzer Medical Indonesia Tbk dan PT Toba Surimi Industries Tbk pada perdagangan Rabu (10/8/2022).

PT Hetzer Medical Indonesia Tbk dan PT Toba Surimi Industries Tbk merupakan perusahaan tercatat ke-42 dan ke-43 di BEI pada 2022. Berikut sekilas mengenai pendatang baru di BEI pada perdagangan Rabu pekan ini:

1.PT Hetzer Medical Indonesia Tbk

PT Hetzer Medical Indonesia Tbk mencatatkan saham perdana di papan pengembangan BEI dengan kode saham MEDS. Jumlah saham yang dicatatkan 1,56 miliar saham terdiri dari saham pendiri sebesar 1,25 miliar saham dan penawaran umum kepada masyarakat atau initial public offering (IPO) sebesar 312,50 juta saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham. Harga penawaran saham perdana Rp 125 per saham. Dengan demikian, perseroan meraup dana Rp 39 miliar dari IPO.

Jumlah saham free float perseroan berdasarkan ketentuan Peraturan Bursa Nomor I-A yang tidak di lock-up sebesar 312,50 juta saham atau 20 persen.

Perseroan telah menunjuk PT Wanteg Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam rangka IPO. Penjamin pelaksana emisi efek menjamin dengan kesanggupan penuh atau full commitment terhadap penawaran umum perdana saham.

Dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan sekitar 8,56 persen untuk renovasi untuk renovasi gudang Perseroan, sekitar 4,44 persen untuk pengembangan produk Perseroan dengan pembelian mesin produksi masker Duckbill.

Kemudian, sekitar 11,11 persen untuk pembelian mesin produksi masker untuk memproduksi varian masker baru yaitu masker KN95, masker KF94, dan masker N95 dan sekitar 2,82 persen untuk pembelian peralatan penunjang produksi yaitu kompresor, dryer, mesin welding, mesin L- String, dan toolkit.

Selain itu, sekitar 73,07 persen sebagai modal kerja Hetzer Medical Indonesiauntuk pembelian bahan baku produksi masker Duckbill, masker KN95, masker KF94 dan masker N95.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2.PT Toba Surimi Industries Tbk

Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

PT Toba Surimi Industries Tbk mencatatkan saham perdana di papan pengembangan BEI. Jumlah saham yang dicatatkan sebesar 1,95 miliar saham. Saham tersebut terdiri dari saham pendiri sebesar 1,56 miliar saham dan IPO sebesar 390 juta dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Harga penawaran saham Rp 150 per saham. Dengan demikian, perseroan meraih dana Rp 58,5 miliar dari IPO.

Perseroan telah menunjuk PT KGI Sekuritas Indonesia  sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam rangka IPO. Penjamin pelaksana emisi efek menjamin dengan kesanggupan penuh atau full commitment terhadap sisa saham yang ditawarkan yang tidak dipesan dalam penawaran umum perdana saham.

Sementara itu, seluruh dana yang diperoleh dari IPO ini, akan digunakan sekitar 94,35 persen akan digunakan untuk modal kerja Perseroan antara lain tetapi tidak terbatas pada pembelian bahan baku dan bahan penunjang, gaji dan tunjangan karyawan, serta biaya operasional lainnya.

Selain itu, sekitar 5,65 persen akan digunakan untuk belanja modal Perseroan dalam rangka ekspansi kapasitas produksi dengan pengadaan 5 unit kapal laut untuk penangkapan bahan baku utama Perseroan yaitu hasil laut. Dengan indikasi nilai pembelian sekitar Rp3,1 miliar. 

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


45 Emiten Proses Rights Issue

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 45 perusahaan tercatat atau emiten sedang dalam proses rights issue hingga 1 Agustus 2022. Total dana yang diperkirakan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 36,9 triliun.

"Berdasarkan catatan kami, sampai dengan 1 Agustus 2022 terdapat 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue. Total dana yang diperkirakan diperoleh melalui rights issue sebesar Rp 36,9 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (3/8/2022).

Ia menuturkan, dari 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue antara lain:

6 perusahaan dari sektor basic materials

5 perusahaan dari sektor consumer cyclicals

2 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

3 perusahaan dari sektor energy

17 perusahaan dari sektor financials

1 perusahaan dari sektor healthcare

2 perusahaan dari sektor industrials

2 perusahaan dari sektor properties & real estates

1 perusahaan dari sektor teknologi

3 perusahaan dari sektor transportation & logistics

3 perusahaan dari sektor infrastructures

Nyoman menuturkan, ditinjau dari jumlah emiten yang berada pada pipeline rights issue, mencerminkan ada kepercayaan untuk memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan.

Ia mengatakan, hal ini sejalan dengan perusahaan yang menggalang dana melalui pencatatan saham di BEI. Hingga 1 Agustus 2022 terdapat 29 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 19,5 triliun.

"Sedangkan pada pipeline Pencatatan saham, masih ada 32 calon Perusahaan Tercatat yang berada dalam antrian untuk mencatatkan sahamnya di BEI,” tutur dia.

 


Jumlah Emiten

Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Berdasarkan catatan BEI, dengan memperhitungkan jumlah pipeline Pencatatan saham saat ini,  diperkirakan pada Jumat 5 Agustus 2022, total Perusahaan Tercatat yang mencatatkan saham di BEI menembus angka 800.  Nyoman menilai, hal tersebut merupakan pencapaian BEI yang patut disyukuri.

"Pencapaian ini juga tidak terlepas dari dukungan dan kebijakan dari Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BEI dan self-regulatory organization (SRO) lainnya dalam rangka membuat kondisi pasar modal yang kondusif pada masa yang dinamis,” kata dia.

Sebelumnya pada 2020, total emiten yang mencatatkan saham telah mencapai 700. Hal ini diharapkan sebagai tonggak awal BEI ke depan untuk menjadi Bursa yang paling aktif di ASEAN. Pada 2021, BEI merupakan Bursa di ASEAN dengan Pencatatan saham baru terbanyak selama empat tahun berturut-turut.

"Selain Pencatatan saham baru, pada 2021 juga menjadi tonggak sejarah baru bagi BEI di mana nilai rights issue perusahaan tercatat mencapai angka Rp180,7 triliun. Pada tahun tersebut, satu Perusahaan Tercatat yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah melakukan rights issue dengan nilai fund raised tertinggi sebesar Rp95,9 triliun,” ujar dia.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya