Liputan6.com, Jakarta Prilly Latuconsina mengungkap bahwa dia pernah mengalami depresi di awal kariernya sebagai aktris. Kala itu dia masih berusia sangat muda, 18 tahun.
Depresi itu disebabkan dari banyaknya komentar negatif yang dialamatkan padanya. Banyak warganet yang merundungnya soal penampilan, sampai soal pemberitaan yang tidak benar.
"Karena aku orangnya, cuek, tidak menjaga penampilan sehingga akhirnya akumulatif, di-bully masalah fashion, di-bully masalah pemberitaan yang ada padahal enggak tahu pemberitaan datang dari mana," kata Prilly latuconsina di YouTube Denny Sumargo, Selasa (9/8/2022).
Dia juga pernah diserang ketika dianggap tak bisa memenuhi ekspektasi publik soal kehidupan asmaranya.
"Waktu itu karena sinetronnya meledak terus dipasangkan sama pasangan aku saat itu, terus orang menuntut aku pacaran sama dia, padahal aku punya kehidupan normal lain," ujarnya.
"Orang ngeship. Positif thinkingnya akting kita bagus, dikira beneran, sinetronnya laku, tapi negatifnya jadi banyak tekanan, berita di infotainment yang menekan aku," imbuh Prilly.
Baca Juga
Prilly Latuconsina Ungkap Perjuangannya untuk Dapat Peran di Film 12 Cerita Glen Anggara, Menunggu Telepon Setiap Hari
Heboh Kantung Mata Prilly Latuconsina Hilang Tanpa Operasi oleh Dokter Evelyne Anggun
Film 12 Cerita Glen Anggara Luncurkan Program Make A Wish, Prilly Latuconsina Ingin Dirikan Sekolah TK
Advertisement
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Depresi
Akibat akumulasi berbagai permasalahan, Prilly Latuconsina akhirnya mengalami depresi. Keluarganya bingung karena dia terus menerus mengurung diri.
"Saat itu namanya juga masih kecil, saat itu aku inget depresi banget, empat hari enggak keluar kamar, enggak mau makan, mamaku nangis-nangis lihat aku, takut buka IG," ungkapnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Niat Buruk
Bahkan Prilly sampai berniat mengakhiri hidupnya. Dia sempat memikirkan berbagai cara untuk mati.
"Saya kan anaknya emang rada sengklek, jadi saat itu mau bunuh diri tapi gini, 'Ya Allah aku mau mati aja tapi takut sakit, ngapain ya?' mikir dulu," tuturnya.
Melewati Fase Berat
Beruntung logikanya bekerja sehingga niatan buruk itu tak terealisasi. Dia sadar, ucapan buruk orang lain tentang dirinya adalah hal yang salah.
"Akhirnya melewati fase itu, nangis-nangisan, terpuruk, setelah itu aku sadar apa gunanya mengakhiri hidup karena judgement dari orang lain yang enggak benar. Karena yang tahu diri kita itu kita sendiri," paparnya.
Simak juga informasi berikut ini:
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda Depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.
Advertisement