Liputan6.com, Jakarta Alam memberikan berbagai manfaat bagi setiap orang termasuk anak-anak disabilitas. Manfaat alam dirasakan oleh para orangtua anak berkebutuhan khusus yang tergabung dalam grup mendaki di Singapura.
Mereka mengklaim bahwa anak-anak yang menyandang autisme dan Down syndrome atau sindrom Down cenderung memperlihatkan perkembangan yang baik setelah mengikuti pendakian secara rutin.
Advertisement
Terkait hal ini, psikolog sosial dari Enlightmind Nirmala Ika menjelaskan bahwa alam bisa membantu karena umumnya masalah yang dihadapi anak-anak disabilitas terutama autisme dan sindrom Down adalah masalah sensori.
“Sensori mereka tidak berkembang dengan sempurna, sensori itu kan bukan cuman di indera yang kita tahu peraba, pengecap yang begitu-begitu ya, ada juga keseimbangan. Ketika berinteraksi dengan alam, si sensori ini distimulus,” ujar Nirmala kepada Disabilitas Liputan6.com Selasa (10/8/2022).
Sensori anak dapat distimulus misalnya dengan menginjak rumput, bermain tanah, menyentuh pohon, dan bermain air. Itu semua melatih sensori sehingga timbul perkembangan yang lebih baik.
“Mereka menjadi lebih peka dan lebih sensitif. Terutama bagi anak-anak yang tinggal di kota-kota seperti Jakarta sensorinya enggak terasah, dengan bermain di alam mereka bisa tahu bagaimana bedanya tanah lempung dengan tanah biasanya.”
Kegiatan alam seperti mendaki juga memang lebih baik dilakukan secara rutin ketimbang satu kali saja.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lebih Baik Rutin
Merutinkan kegiatan di alam disebut lebih baik karena dapat membawa manfaat yang lebih besar. Nirmala mengumpamakan rutinnya kegiatan tersebut dengan belajar sepeda.
Menurutnya, jika belajar sepeda hanya dilakukan satu kali, maka tidak akan mahir mengendarai sepedanya. Jika latihan dilakukan secara rutin, maka kemampuan mengendarai sepeda akan lebih baik.
“Ini kan melatih sensori, kalau enggak rutin ibaratnya ya tadi sesuatu yang belum kebentuk tapi sudah kembali lagi ke kebiasaan (tidak diasah) ya kita enggak akan terlatih lagi.”
Kegiatan rutin itu membuat anak-anak menjadi terbiasa dan kemampuan sensori pun akan menjadi lebih baik.
“Dan akan lebih baik juga jika dilakukan pada anak-anak di usia awal maksudnya di usia masih anak-anak dibandingkan di usia yang sudah remaja atau dewasa, tetap ada manfaatnya tapi tidak secepat ketika mereka masih kecil.”
Anak-anak lebih cepat menyerap berbagai hal ketika mereka masih kecil. Di samping itu, sensori anak-anak juga belum stabil sehingga ketika dikenalkan dengan sensasi-sensasi baru anak akan lebih bisa beradaptasi dan cepat menyerapnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kendala Bermain
Sebelumnya disampaikan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus menghadapi berbagai kendala bahkan saat mereka bermain.
Hal ini disampaikan Nadia (nama samaran), ibu asal Singapura yang harus bergulat dengan berbagai kendala saat bermain dengan anaknya.
Putranya yang berusia 12 adalah penyandang autisme dan perilakunya sering menimbulkan tatapan dari anak-anak lain di taman bermain.
“Anak-anak jadi anak-anak, mereka akan menatap. Bertentangan dengan apa yang orang lain pikirkan, anak-anak kami (berkebutuhan khusus) lebih sensitif terhadap orang lain. Mereka bukannya tidak sadar, mereka sangat sadar,” kata ibu rumah tangga berusia 40 yang berhenti dari pekerjaannya untuk merawat putranya mengutip Channel News Asia Selasa (9/8/2022).
“Ketika orang berbicara tentang mereka atau melihat mereka secara berbeda, itu menjadi titik stres bagi mereka. Kemudian menjadi stres bagi kita orangtua. Jadi, penting bahwa ada tempat di mana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri. Ini seperti yang diinginkan orang lain.”
Dua Manfaat Bermain di Alam
Bagi Nadia, tempat yang cocok adalah di antara pepohonan, seperti di jalur pendakian bersama rombongan orangtua dan anak berkebutuhan khusus lainnya.
Setelah pindah ke Singapura dari India pada 2015 bersama keluarganya, dia menganggap dirinya sebagai anggota yang relatif baru dari kelompok pendukung orangtua yang kecil dan erat, yang telah ada selama bertahun-tahun.
Dia biasa mengikuti pendakian sesekali dengan mereka, tetapi sekarang mencoba untuk muncul secara teratur bersama putranya untuk ekspedisi pendakian kelompok pada akhir pekan atau hari libur.
Melakukan pendakian ini penting karena dua alasan: Pertama, itu memberi putranya kesempatan untuk mengambil bagian dalam merasakan sentuhan alam atau disebut pula mandi hutan. Sekadar menghabiskan waktu di alam yang dikatakan dapat meningkatkan kesejahteraan.
Kedua, itu memberinya akses ke komunitas orangtua setempat dengan perjuangan serupa dalam membesarkan anak-anak berkebutuhan khusus – sebuah jalan dukungan yang tidak ia miliki saat pertama kali tiba di Singapura.
Advertisement