Kemenkes: Suspek Monkeypox RI Bertambah 17 Kasus, Semua Negatif

Suspek cacar monyet (monkeypox) di Indonesia bertambah 17 kasus dengan hasil negatif.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 10 Agu 2022, 16:08 WIB
Cacar monyet bukan penyakit menular seksual. (pexels/miguel a padrinan).

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril menyampaikan, suspek cacar monyet (monkeypox) di Indonesia bertambah menjadi 17 kasus. Data ini hingga per 9 Agustus 2022.

"Sekarang sudah ada 17 kasus, semuanya suspek. Begitu dicek PCR, negatif. Semuanya sudah discarded," kata Syahril usai acara peluncuran 'YouTube Health' di Kantor Google Indonesia, Pacific Century Place, SCBD, Jakarta Selatan pada Rabu, 10 Agustus 2022.

Sebelumnya, per tanggal 7 Agustus 2022, Kemenkes mencatat ada 15 kasus suspek monkeypox di Indonesia. Artinya, dalam dua hari terakhir terdapat penambahan dua kasus suspek, sehingga total 17 kasus dengan hasil seluruhnya discarded.

Discarded artinya kasus suspek atau probable dengan hasil negatif PCR dan/atau sekuensing monkeypox.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, Indonesia terus melakukan surveilans monkeypox, terutama di pintu masuk kedatangan dan di komunitas.

"Tetap surveilens kita lakukan. Surveilens di pintu masuk dan surveilens di komunitas. Ketika ada orang yang bergejala, kemudian dilaporkan," terang Maxi di sela-sela acara Visioning The Digital Health Transformation in Indonesia with Smile Application di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Senin (8/8/2022).

"Dan itu kan (cacar monyet) penyakit yang bukan seperti COVID-19 ini enggak bisa sembunyi, udah bentol-bentol (lesi cacar kulit) di muka, di kaki, bagaimana sembunyi di rumah? Enggak mungkin juga."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


12 Lab Disiapkan

Ilustrasi Lab | unsplash.com/@anikolleshi

Sebagai upaya penguatan surveilans cacar monyet di Indonesia, Kemenkes menyiapkan tambahan 10 laboratorium. Total laboratorium menjadi 12 lab.

"Iya, ada tambahan 10 lab. Semua Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) kita, balai besar teknologi kesehatan kita dipakai," Maxi Rein Rondonuwu menambahkan.

"Itu ada di Medan, Palembang, Kalimantan adanya di Banjarmasin. Lalu Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Ambon, Manado, Makassar ada juga."

Seluruh lab tambahan juga tersedia peralatan dan perlengkapan untuk pendeteksian sampel, termasuk kelengkapan reagen. Adanya penambahan 10 lab bertujuan memprioritaskan kasus yang kemungkinan datang dari pintu masuk kedatangan Indonesia.

"Sudah siap kok (lab), kan PCR kita lengkap, reagennya sudah didistribusikan," lanjut Maxi.

"Kita perluasan (lab), pertama karena (tadinya) sedikit (jumlah lab). Kemudian mempertimbangkan yang prioritas, yang agak banyak pintu masuk internasional. Di Bali juga ada lab-nya, di Jakarta, Manado, pertimbangannya itu," sambung Maxi.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Tingkatkan Kewaspadaan Diri

Ilustrasi pakai masker. (dok. Unsplash.com/@duongdaihiep123)

Berbagai mitigasi telah dilakukan Kemenkes untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya monkeypox di Indonesia di antaranya, memperkuat pemeriksaan surveilans di pintu masuk ke negara baik darat, laut dan udara.

Kemudian, meminta seluruh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), laboratorium, rumah sakit, puskesmas, dan fasyankes lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan.

Upaya pencegahan di tingkat masyarakat, menurut Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril, masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Misal, menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun/alkohol, menggunakan masker serta membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Protokol kesehatan (prokes) masih menjadi cara paling ampuh untuk mencegah cacar monyet, terlebih karakteristiknya yang hampir mirip dengan COVID-19, yakni self limiting disease atau bisa sembuh sendiri dengan gejala yang muncul sekitar 2 sampai 4 minggu serta belum adanya obat khusus ataupun vaksin untuk monkeypox.

“Prokes adalah kebutuhan wajib kita untuk menghindari penularan baik dari COVID-19 maupun penyakit infeksi emerging lainnya, termasuk monkeypox,” pesan Syahril saat konferensi pers pada 27 Juli 2022.


Siapkan Pemenuhan Logistik

Ilustrasi vaksin. Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Dalam upaya perawatan (treatment) dan vaksin, Kemenkes sedang menyiapkan pemenuhan logistik antivirus dan vaksin untuk monkeypox.

"Kami berkomunikasi dengan dunia internasional yang sudah melakukan vaksin dan pengobatan," tutur Mohammad Syahril.

Selain itu, Syahril menyampaikan, Kemenkes juga sudah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan ke seluruh maskapai, pengelola transportasi darat dan laut, rumah sakit, puskesmas dan fasilitas layanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan kewaspdaan terhadap monkeypox.

"Bahwa kasus ini bisa saja masuk Indonesia dan kita harus siap," tegas Juru Bicara Kemenkes ini.

Infografis WHO Tetapkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya