Warga Daerah Butuh Buku, Pengembangan Perpustakaan Digital Jadi Harga Mati

Pengembangan ekosistem perpustakaan digital di Indonesia menjadi penting untuk memeratakan bahan bacaan masyarakat di kota dan desa.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 10 Agu 2022, 16:24 WIB
Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-13 digelar di Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/8/2022). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Solo - Memperluas akses digital perpustakaan demi mempercepat terwujudnya manusia unggul secara pengetahuan dan teknologi, kini menjadi tugas berat yang harus diemban Perpusnas. 

Hal tersebut disampaikan Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, saat membuka Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-13 di Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/8/2022). Dia menjelaskan, banyak tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan transformasi digital.

"Mengubah kebijakan, menciptakan regulasi, apalagi mengubah dari manual ke digital itu luar biasa tidak mudah," ungkapnya.

Namun demikian, dirinya menegaskan Perpusnas akan memberikan dukungan penuh kepada program-program yang diselenggarakan Forum Perpustakaan Digital Indonesia ke depannya.

"KPDI merupakan mitra penting bagi Perpusnas untuk mempercepat transformasi digital," imbuhnya.

Di samping itu, transformasi digital harus terus didukung, mulai dari menyiapkan infrastruktur digital, mengubah cara berpikir ke arah digital, hingga bagaimana produk digital dapat dijual di pasar digital.

Menurutnya, literasi bermuara pada munculnya inovasi yang dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan masyarakat untuk bersaing dalam kancah global.

"Tantangannya adalah bagaimana memperbanyak buku digital, buku-buku life skill, buku-buku tutorial," sebutnya.

KPDI ke-13 sendiri digelar Perpusnas bekerja sama dengan Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) juga dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, dan Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa.

Dalam sambutannya, Sumarno mengatakan hadirnya KPDI ke-13 membuktikan bahwa perpustakaan tidak pernah tertinggal dan terus beradaptasi. Perpustakaan digital, menurutnya, seharusnya menarik minat masyarakat karena aksesnya jauh lebih mudah dibandingkan perpustakaan konvensional.

"Kalau perpustakaan konvensional harus datang, perpustakaan digital jauh lebih mudah diakses. Yang menjadi tantangan kita semua adalah bagaimana kita mensosialisasikan ke masyarakat yang tidak banyak yang tahu masalah perpustakaan digital ini," paparnya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pentingnya Perpustakaan Digital

 

Perpustakaan digital juga memiliki peran penting dalam meminimalkan dampak negatif munculnya era digital. Salah satunya adalah masyarakat mudah terpapar dan membagikan informasi yang belum diklarifikasi dan belum teruji kebenarannya alias hoaks.

Sumarno berharap hadirnya KPDI ke-13 dapat mendorong perpustakaan digital ke arah yang semakin maju demi menciptakan manusia unggul yang dapat bersaing di kancah internasional.

"Kita berharap apa yang kita inginkan terkait revitalisasi perpustakaan digital dalam mempercepat transformasi pengetahuan untuk masyarakat sejahtera ini terwujud melalui forum ini. Dan tentu saja perpustakaan digital menjadi lebih maju serta lebih banyak berperan menghasilkan manusia yang unggul Indonesia di Kancah internasional,” pungkasnya.

KPDI ke-13 mengangkat tema “Revitalisasi Perpustakaan Digital dalam Percepatan Transformasi Pengetahuan Untuk Masyarakat Sejahtera”.

Ada empat topik yang menjadi isu utama, antara lain perpustakaan digital dalam percepatan transformasi pengetahuan ke masyarakat pinggiran (marjinal), pustakawan inovatif dan kreatif mentransformasikan pengetahuan untuk masyarakat produktif, pengembangan perpustakaan digital untuk layanan inklusif pemustaka difabel, dan peran perpustakaan digital dalam percepatan transformasi masyarakat di wilayah pedesaan dan wilayah Terdepan, Terpencil, Tertinggal (3T).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya